Tuesday, October 31, 2006

Tuesday's Song - 26

KasihMu Tiada Duanya
Penyanyi : Samuel - AFI Junior ; Ciptaan : Jonathan Prawira

Belum pernah ada kasih di dunia
Sanggup menerima diriku apa adanya
Selain kasihMu, Yesus

Takkan ada lagi kasih s'perti ini
Sanggup mengubahkan hidupku
menjadi baru
Selain kasihMu, Yesus

Reff.
Kau kukagumi dalam hati
kasihMu tiada duanya
Sampai kini kuakui
KasihMu tiada duanya

Renungan :
Tiada kelegaan yang lebih besar daripada ketika kita diterima tanpa memandang siapa kita. Tanpa melihat masa lalu kita. Tak memperhitungkan semua kesalahan kita. Tiada pandangan menghakimi. Tiada ucapan penuh tuduhan. Menerima kita apa adanya. Hanya kasih sejati yang sanggup melakukan itu. Unconditional love.

Catatan Harian

Day - 153

Senin, 30 Oktober 2006 -- Hari ini ga ada acara khusus. Pagi on internet. Tiga hari ga buka imel. Numpuk. Lebih dari 200 tuh. Beberapa yang penting saya balas. Selebihnya rasanya sudah "kadaluarsa". Baca langsung delete. Tiba-tiba saya pengen banget kembali ke masa dulu, dimana ga ada internet. Juga ga ada hand phone. Hehehe.

Dewi ikut ke sekolah Karen. Beberapa hari yang lalu katanya ia "ditegur" gurunya Karen, koq ga kembali-kembaliin raport. Padahal kita merasa ga pernah terima raport. Ia sudah beberapa kali bilang ke Karen, supaya kasih raport ke orang tua. Kita sudah tanya-tanya Karen dan ia bilang ga ada. Jadi untuk jelasnya Dewi datang ke Sekolah. Ternyata gurunya yang salah. Karen belum ada raport. Baru nanti term keempat katanya terima raport. Dasar!!!

Siang sama ponakan ke West Mall. Ada beberapa keperluan. Ponakan saya tuh sementara tinggal di rumah karena minggu depan ia mau test masuk sekolah di sini. Ia sebenarnya sudah harus masuk sekolah di Jakarta. Jadi bolos tuh seminggu. Yang ditest matematika dan bahasa Inggris. Kalau matematika kata beberapa teman, lulusan Penabur Jakarta sih ga kalah loh sama anak-anak sini.

Tadi sempet beli webcam. Saya beli yang agak bagusan. Tapi waktu dicoba-coba, dasar gaptek tetep saja hasilnya ga bagus. Kata teman sih mungkin soal settting-nya. Susah nih saya kalau soal teknologi. Mungkin memang baiknya saya tuh tinggal di kampung. Ga usah hidup dengan teknologi macam-macam :). Apalagi saya juga ga telaten nyoba-nyoba. Ntar lagi deh. Habis juga kepotong harus ngerjain beberapa tulisan buat buletin.

Monday, October 30, 2006

I Like Monday - 09

Inspiring Singapore
Accessible for Everyone


Singapore Zoo terus berbenah diri. Kali ini dengan menambah berbagai fasilitas khusus bagi penyandang tuna netra. Selain menyediakan guide para siswa yang bekerja secara sukarela. Saat ini ditambah dengan buku petunjuk kebun binatang serta koleksi hewan dalam bentuk buku braile. Selain itu ada petunjuk-petunjuk yang tersebar di dalam kebun binatang yang menggunakan huruf braile. Tepat di sampingnya juga terdapat diagram tiga dimensi dari beberapa hewan koleksi taman itu. Seperti Harimau putih, kangguru, juga buaya. Dengan adanya diagram 3 dimensi berukuran sebenarnya itu, maka para tuna netra pengunjung kebun binatang dapat mendapatkan gambaran secara "visual" tentang hewan-hewan tersebut. Dengan demikian, Singapore Zoo dapat dinikmati oleh semua kalangan. * Keterbatasan fisik bukan berarti juga keterbatasan rasa ingin tahu. Maka dengan menyediakan akses seluas-luasnya ke berbagai sarana umum, sebagaimana orang kebanyakan, akan membuat saudara-saudara kita yang memiliki keterbatasan fisik mendapatkan informasi yang sama. Mendapatkan pengetahuan yang sama. Demi kemajuan bersama.
*(sumber berita : Channel News Asia/Yahoo Singapore)

Catatan Harian

Day - 154

Minggu, 29 Oktober 2006 -- Kita ikut kebaktian jam 6 pagi di GPIB Immanuel, Pekanbaru. Jemaat yang hadir ga ada sepertiga ruangan kebaktian. Kayaknya hampir di mana-mana kebaktian paling pagi kurang "peminat". Rata-rata kebaktian yang banyak peminat tuh antara jam-jam 8 sampai 10-an. Bisa banyak sebab sih. Sebenarnya kebaktian pagi lebih "enak" selain udara yang masih sejuk, juga ga ramai kan. Kebaktian terlalu ramai juga jadi ga khusuk. Apalagi kalau bicara parkir. Wuh. Di banyak gereja di Jakarta parkir jadi masalah tersendiri tuh.

Dari gereja terus ke bandara. Kita naik Lion Air jam 9.15 ke Batam. Tadi kebaktian jam 7-an sudah selesai. Jadi masih banyak waktu. Kita minum kopi dan makan kue-kue di cafe di bandara. Aneh deh. Ruangannya kan ber-AC. Tertutup. Tapi di dalamnya orang-orang dengan bebas pada merokok. Asap rokok di ruang ber-AC ga saja mengganggu kenyamanan, tapi juga membahayakan kesehatan orang lain. Saya ga ngerti, orang koq bisa secuek begitu.

Jam 11-an sampai Batam. Makan siang Sop Ikan di daerah Nagoya. Saya sempet telepon-teleponan dengan kakak dan keluarga. Hari ini mereka pulang dari Singapura lewat Batam. Tapi kita berselisih jalan. Mereka tiba Di Batam Centre, kita masih di Bandara Hang Nadim. Kita tiba di Batam Centre mereka sampai di Hang Nadim. Jadi ga ketemuan. Teman juga beliin saya mangga harum manis. Di Singapore susah nyari mangga yang bagus katanya :)

Perjalanan lancar. Sampai Harbourfront jam 1-an waktu Singapore. Pulang ga kemana-mana lagi. Sebenarnaya ada acara Family Fellowship di daerah Cementi. Tapi saya ijin ga ikut. Ga enak badan juga. Terutama sariawan nih. Teman saya bilang, mungkin karena perutnya sudah terbiasa “steril”. Hehehe. Beberapa teman pernah bilang, mereka yang sudah terbiasa di luar negeri kalau kembali ke Indonesia mesti ada masalah dengan perut. Entah baner ga-nya. Saya sendiri sih belum pernah ngalamin masalah dengan perut. Mungkin karena saya baru tiga bulan di Singapore :). Tapi untuk urusan makan, perut saya sih biasa tahan banting-lah. Hehehe.

Sunday, October 29, 2006

Sunny Sunday - 07


Indonesia Plus
MUDIK


Hari Idul Fitri di Indonesia, selain ditandai dengan kesibukan persiapan perayaan. Juga selalu ditandai dengan budaya mudik. Orang berbondong-bondong kembali ke daerah asalnya. Ke kampung halaman. Untuk bersilahturahmi dalam rangka hari lebaran. Biasanya, pada setiap Lebaran, televisi dan radio di Indonesia punya mata acara tambahan. Siaran khusus arus mudik. Mulai dari H minus 7, sampai H plus 7. Isinya situasi lalu lintas sepanjang jalur utama mudik. Khususnya jalur-jalur favorit lewat darat seperti jalur Pantura (Pantai Utara) Jawa, jalur penyeberangan Merak - Bakaheuni Lampung, serta jalur selatan. Karena biasanya terjadi kemacetan panjang. Demikian juga pemantauan arus mudik di berbagai bandara, stasiun kereta api, terminal bis, dan pelabuhan. Perusahaan-perusahaan juga menyelenggarakan berbagai kegiatan corporate service seperti Mudik Gratis ke beberapa kota di Jawa dan Sumatera. Mulai dari perbankan (untuk para nasabah), perusahaan jamu (untuk para penjual jamu gendong), perusahaan mi instan (untuk para pedagang mi jalanan), sampai perusahaan teh celup. Kota besar seperti Jakarta biasanya berbalik lenggang pada saat-saat tersebut. (dari berbagai sumber)

Ayah's plus point :
Adalah baik untuk tidak melupakan dari mana asal kita, akar kita. Sehingga kita dapat bersyukur untuk apa yang kita miliki sekarang. Bersyukur untuk setiap rajutan kenangan yang pernah kita lewati. Bersyukur untuk kerabat dan handai taulan. There's no others place better than home. Selamat Mudik. Drive safely home, everybody.

Saturday, October 28, 2006

Catatan Harian

Day - 155

Sabtu, 28 Oktober 2006 -- Pagi-pagi sekali bangun, terus ke luar rumah. Pemandangannya oke banget. Sejauh mata memandang hanya pohon dan pohon. Embun. Udara dingin. Sepi. Hanya suara alam. Hati terasa damai. Rasanya pengen berlama-lama ada di tempat ini. Coba ada Dewi, Kezia dan Karen. Teman yang tinggal di sini cerita, ia sering nangkap babi hutan, ular, monyet. Sebagian buat lauk pauk. Sebagian dijual.

Agak siang ada acara dengan teman-teman staf Mitra Sejati. Dari semua tim. Tim yang berbasis di bengkel, bimbingan belajar, daur ulang kertas, perikanan dan perkebunan. Hampir 20 orang. Kita sharing, mendengar langsung pengalaman mereka di lapangan. Saya bawakan renungan singkat. Kita terus makan siang bersama. Dilanjutin dengan ngobrol santai sampai agak sore.

Karena ga ada acara laen,kita terus ke kota. Teman di sini juga harus jemput tamu laen. Kita didrop di Mal Pekanbaru. Hehehe. Kontras banget, dari desa ke mal. Mungkin mereka mikir kita "orang kota". Pasti senang dengan keramaian Mal :). Saya sih sebetulnya lebih senang tinggal di desa. Cuma malam ini kami nginap di rumah teman di kota. Kejauhan kalau mesti bolak-balik. Pekanbaru kotanya okelah dibanding kota-kota laen di Indonesia. Lebih bersih dan teratur. Tapi kata teman, Padang dan Bukittinggi lebih bersih dan tertib.

Buat saya itu artinya, di Indonesia kalau mau kotanya bersih dan tertib sebetulnya bisa. Yang penting ada kemauan dari pemerintahnya. Kalau tiap kota punya semangat seperti itu kan lama-lama juga jadi “budaya bersama”. Bersih dan tertib itu indah. Bikin nyaman dan betah. Malam teman jemput lagi. Kita makan di Pondok Patin di simpang tiga Jl. Sudirman. Makanan khas Malayu. Pulang masih mampir makan jagung bakar di pinggir jalan. Nginap di rumah teman. Kita masih sharing lagi dengan teman-teman dari Mitra Sejati.

Renungan Sabtu - 25


Kenangan


Malam ini hujan. Cukup deras. Saya duduk di teras depan rumah. Sendiri. Belum seminggu saya pindah rumah; masih sangat berantakan, dan banyak debu. Anak-anak dan istri saya masih tinggal sementara di rumah mertua. Rencananya setelah semuanya beres mereka baru menyusul.

Saya memandang titik-titik hujan jatuh di atas rumput, di atas tanaman, di ujung teras, di pagar. Berlatar belakang gelapnya malam. Sesekali, cahaya lampu mobil lewat menerebos masuk. Ada rasa tentram yang menyelinap ke dalam hati. Entah. Barangkali itu adalah reaksi dari kelelahan fisik dan kegalauan batin yang saya alami beberapa hari terakhir; istri baru melahirkan lewat operasi caesar, lalu pindahan rumah, lalu pembantu pulang kampung. Kelegaan, bukankah kerap mengiringi saat-saat berat dalam hidup bila semuanya itu berlalu?

Tanpa saya mauin pikiran saya jadi mengembara ke masa-masa lalu. Pada masa kanak-kanak; kalau dikenang, itulah masa-masa manis dalam hidup saya. Betul, di sana tidak selalu ada kelimpahan, bahkan lebih kerap keserbaterbatasan. Betul, di sana tidak selalu ada keriangan, bahkan lebih kerap air mata yang terurai.

Pada masa remaja ketika saya aktif di gereja; kalau dikenang, itulah masa-masa menyenangkan dalam hidup saya. Di sana, tidak selalu memang keberhasilan saya gapai dan nikmati; tidak selalu harapan dan keinginan menjadi kenyataan. Bahkan tidak sedikit kegagalan saya alami, tidak sedikit keinginan dan harapan yang menguap tanpa pernah menjadi kenyataan.

Pada masa kuliah di Jogyakarta; kalau dikenang, itulah masa-masa indah dalam hidup saya. Masa dimana saya bertemu dengan diri saya, dan dengan panggilan itu; masa yang menjadi titik balik dalam hidup saya. Ada memang di sana kekecewaan, yang bahkan sampai kini kerap masih tersisa. Ada memang di sana kebodohan, yang bahkan sampai kini kerap masih saya sesali.

Begitulah, masa lalu memang selalu indah bila dikenang. Betapa pun pedih dan getir. Kenangan akan masa lalu selalu menggoda. Tetapi hidup kita toh tidak surut ke belakang. Betapa pun kenangan bukanlah kenyataan. Maka, jangan biarkan ia menjebak dan memenjarakan kita. Supaya kita tidak kehilangan kesempatan untuk merasakan dan menyadari, betapa bernilainya masa sekarang.

Dari Potret Diri Tanpa Bingkai oleh Ayub Yahya - diterbitkan Gloria

Catatan Harian

Day - 156

Jumat, 27 Oktober 2006 -- Hari ini saya dan dua rekan anggota Majelis Jemaat GPBB berangkat ke Pekanbaru. Dalam rangka Mission Trip GPBB. Sempat miskomunikasi. Jam 6.20 saya sudah dijemput. Saya pikirnya baru mau dijemput 7.20. Jadi saya masih santai-santai saja sambil beberes. Tau-tau teman telpon sudah di car park. Padahal saya belum apa-apa. Wah. Wah. Wah. Udah deh, gedebag gedebug. Sampai ga sempet mandi :). Saya juga sih yang salah.

Tiba di Harbourfront pas banget waktunya. Kita lewat Batam. Karena ga dapat tiket yang langsung Singapore-Pekanbaru. Orang-orang yang dari Singapore ke Batam banyak banget tuh. Perjalanan kita lancar. Sampai di Batam Centre jam 8-an WIB. Dijemput teman, terus diantar ke bandara Hang Nadim. Naik Citilink. Jam 10-an udah sampai di bandara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru. Ini pertama kali saya ke Pekanbaru.

Kita dijemput oleh teman dari Mitra Sejati. Mitra Sejati tuh lembaga missi di bawah Yayasan Terang Nusa yang berpusat di Jakarta. GPBB kerjasama dengan lembaga ini dalam rangka pelayanan "suku terabaikan" di sekitar Pekanbaru. Sambil ber-PI. GPBB ga hanya bantu karitatif atau cuma ngasih dana. Tapi juga support mereka dalam hal pengembangan program. Mereka punya home industry produk kertas daur ulang yang dibuat jadi kartu ucapan dan diekspor ke USA. Juga bimbingan belajar dari TK-SMU. Selain itu ada bengkel sepeda motor, serta usaha perkebunan dan perikanan.

Saya ga tau apa istilah kayak "suku terasing" atau "suku terabaikan" sudah tepat. Istilah itu kan muncul dari "orang kota". Mereka sendiri belum tentu merasa terasing atau terabaikan. Kita nginap di desa Sungai Pagar. Tempatnya agak terpencil. Tapi saya pribadi sangat senang dengan suasana desa seperti ini. Jauh dari keramaian. Makan dari "kebun" sendiri; daun singkong tinggal metik, ikan tinggal nangkap di kolam dan sungai. Hidup terasa damai gitu. Saya ingin deh sesekali ngajak Dewi, Kezia dan Karen ke tempat-tempat seperti ini. Mengalami teduh dan indahnya hidup di desa. Ga cuma melihat gedung-gedung mall dan pertokoan :).

Friday, October 27, 2006

Friday's Joke - 21


Saya Mau Turun


Seorang gadis cantik menaiki bus. Seorang laki-laki yang duduk dekat gadis itu langsung berdiri, mempersilakan gadis itu duduk. Tetapi gadis itu langsung mendorong perlahan laki-laki itu ke tempat duduknya sambil berkata, "Terima kasih, saya berdiri saja".
Laki-laki itu langsung berdiri lagi, tetapi lagi-lagi gadis itu mendorongnya sambil mengatakan bahwa ia berdiri saja. Pada kali ketiga pria itu berdiri, ia langsung membentak, "Nona saya mau turun. Pemberhentian saya sudah terlewat!".
Renungan :
Kerap kita salah duga dengan maksud seseorang. Kita salah mengartikan perhatian seseorang. Atau kita kerap pula terlalu curiga dengan ketulusan seseorang.

Catatan Harian

Day - 157


Kamis, 26 Oktober 2006 -- Masih cuti. Pagi berdua papa pergi jalan. Yang laen mau pada ke Mustafa Mall. Terus ke Suntec city. Pasti banyak jalan kaki. Papa milih diam di rumah. Papa sudah agak susah kalau mesti jalan jauh. Dan memang sudah rencana pula pagi ini saya akan ajak jalan naik MRT. Toh saya juga ga bisa ikut yang lain karena siang harus tunggu Kezia dan Karen pulang sekolah.

Lagian papa nih belum pernah naik MRT. Selama di sini naik taxi terus. Habis kan rambongan jadi lebih "murah" naik taxi gitu. Kita naik MRT di Bukit Batok. Ke Choa Chu Kang naik LRT Bukit Panjang. Balik lagi Bukit Batok. Papa senang banget. Ga bosan-bosan ia bilang, "Singapore hebat yah." :).

Terus kita makan di Food Court Bukit Batok. Papa tuh sudah hampir 80 tahun. Sudah banyak sakitnya. Boleh dibilang sudah lama sekali saya ga jalan berdua papa. Selama ini biasa kalau pergi ramai-ramai. Saya jadi punya banyak kesempatan untuk lebih memperhatikan papa. Ga kerasa papa ternyata sudah begitu "rapuh". Waktu bawain makan siang buatnya, saya sempat terharu melihat papa. Ia kelihatan tua banget.

Terharu oleh karena tiba-tiba saya sadar betapa selama ini saya kurang sekali perhatian kepada papa. Papa tuh sudah hampir ga bisa mendengar. Sebelah matanya pun sudah hampir ga bisa melihat. Saya malah kerap suka ga sabaran dengerin keluhan-keluhan papa. Andai waktu bisa diputar saya ingin sekali diberi kesempatan untuk membahagiakan papa. Saya akan lakukan apa pun. Apalagi kalau ingat kenakalan saya dulu.

Pulang saya sih ga kemana-mana lagi. Biasalah tunggu Kezia dan Karen. Hujan deras pula. Tadinya rencana kalau Kezia pulang terus kita nyusul ke Suntec. Tapi tanya mereka juga tanya papa, males katanya. Ya sudah di rumah. Dewi dan keluarga baru datang sore. Hehehe lihat para istri belanaja, ampun deh. Saya dan Dewi sih bisa kebayang nanti repotnya bawa ke Indonesia. Padahal saya lihat barang-barangnya sih ga penting-penting amat. Cuma murah saja katanya. Singapore selain jago narik turis, jago juga bikin orang mau belanja.

Thursday, October 26, 2006

Thursday Hot Issue - 09


Holiday

The Fact :
Seminggu ini di Indonesia liburan panjang. Dalam rangka Idul Fitri. Sebagaimana biasanya, maka liburan selalu digunakan untuk berwisata. Semua tempat pariwisata di Indonesia penuh. Di Jakarta dan sekitarnya, kawasan Monas, Ancol, Taman Mini, Kebun Binatang Ragunan, Taman Safari Cisarua, Kebon Raya Bogor dan kawasan pantai Anyer padat pengunjung. Di Sumatera ada kawasan Brastagi. Di Jawa Timur ada kawasan wisata baru, lokasi lumpur panas Lapindo. Kawasan Pulau Dewata, Bali juga kebanjiran turis domestik, sampai kawasan Pantai Kuta macet total berkilometer-kilometer. Di Jawa Tengah, kawasan Baturraden juga padat pengunjung. Bahkan turis Indonesia menyeberang jauh sampai ke Singapore; Orchard, Singapore Zoo, Sentosa Island, dipenuhi orang Indonesia. Memanfaatkan hari libur panjang. Sekedar keluar dari rutinitas. Menghibur diri. Sayangnya nggak jarang, keinginan untuk bersenang-senang ini sering diwarnai dengan insiden bahkan musibah. Seperti yang terjadi di Baturraden yang sampai menelan korban jiwa.

The Lessons:
Melepas diri dari kepenatan dan kesibukan rutinitas itu perlu. Sekedar me-recharge diri kita. Sehingga punya energi baru untuk menghadapi hari-hari berikutnya. Memanjakan diri sesekali perlu. Baik untuk jiwa kita. Berkumpul bersama keluarga. Sekedar rileks dari hingar bingar pekerjaan. Maka liburan itu perlu. Istirahat itu harus. Selamat berlibur.

Wednesday, October 25, 2006

Catatan Harian

Day - 158

Rabu, 25 Oktober 2006 -- Hari ini dan besok saya ambil cuti. Temeni keluarga yang lagi ada di sini. Niat luhur-nya sih begitu. Tapi yang banyak nemenin keluarga malah Dewi. Hehehe. Dewi lebih banyak tahu jalan dan gimana-gimananya di sini. Jadi saya sih banyak di rumah :). Tunggu Kezia dan Karen sekolah; temeni mereka makan, tidur dan belajar. Besok Kezia ulangan umum.

Saya tuh kadang "nyeselin diri" juga. Koq ya saya ini ga telaten untuk tahu ini dan ini selama di sini. Jadi ya banyak ga tahunya gitu. Kecuali untuk sesuatu yang biasa dilakukan, dan yang langsung berhubungan dengan aktivitas rutin. Selebihnya saya banyak di rumah. Kalau ga baca ya ngetik. Atau di gereja. Kalau pun sengaja jalan-jalan, paling ya West Mall. Habis paling deket dari rumah. Kayak dulu waktu tinggal di Pulomas-lah; paling ke mal Kelapa Gading atau Artha Gading :).

Selama di sini pergi-pergi ke tempat lain, kerapnya buat ketemu teman dari Indonesia atau kunjungi orang sakit. Biasanya bareng sama teman atau Dewi. Itu pun biasanya kalau sudah selesai, ya terus pulang. Atau cari makan dulu. Bagus jugalah buat Dewi. Dewi tuh senang jalan-jalan. Kasihan juga ia kalau mesti teus-terusan ngikutin "ritme" saya :). Bisa-bisa ga tahu apa-apa juga kayak saya. Hehehe.

Jadi seharian ini juga gitu lah. Dewi sama para wanita jalan ke China Town, pulang bawa belanjaan ini itu. Para prianya jalan cari makan dan keliling-keliling mall. Saya sama anak-anak dan ponakan di rumah. Berenang. Main di Play Ground. Pingpong. Saya sih lebih nikmat dengan peran begini, daripada harus nemenin jalan :).

Wednesday's Games Idea - 21


Permainan Tradisional - 1

Berkumpul bersama keluarga. Kembali ke kampung halaman. Mungkin akan membuat kita mengenang kembali permainan-permainan tradisional yang pernah kita mainkan di masa kecil. Bersama teman sekampung.

1. Congklak
Permainan ini menggunakan alat khusus, biasanya terbuat dari kayu atau plastik. Berbentuk panjang lonjong dengan lubang-lubang di atasnya. Ada tujuh lubang yang berjejer di tiap sisi, dan dua lubang besar di ujungnya. Jumlah pemainnya dua orang. masing-masing pemain harus mengumpulkan biji sebanyak-banyaknya di lubang besar dengan memasukkan secara berurutan di tiaplubang. Yang paling banyak yang menang. Biji congklak terbuat dari biji buah asam, kulit lokan atau kulit kerang. Permainan ini di Jawa Tengah disebut dakon, di Sri Lanka disebut canka, di Afrika disebut cankala, di Filipina disebut cunkayon.

2. Engklek
Juga disebut tapak bulan. Tempat bermainnya adalah tanah atau lantai yang bisa digambari kotak dengan kapur tulis. Bagian atas ditambahkan gambar setengah lingkaran, mirip bulan. Pemain bergantian melompati kotak dengan satu kaki, hanya di kotak tertentu pemain bisa menggunakan kedua kakinya. Biasanya ada batu jago untuk menandai kotak. Di Jawa Tengah disebut jengklek. Di Sulawesi Utara disebut cengek. Permainan ini sudah dikenal sejak jaman Romawi kuno. Konon prajurit Romawi yang menyebarkannya ke negara-negara jajahannya.

3. Kelereng (gundu)
Alatnya adalah kelereng atau gundu. Cara bermainnya adalah dengan menjentikkan jari pada kelereng agar mengenai kelereng lawan. Ada beragam variasi permainan kelereng. Ada yang menggunakan lubang tempat memasukkan kelereng. Ada yang menggunakan kelereng aduan. Permainan ini juga termasuk permainan kuno. Bangsa Romawi dan Yunani menggunakan tulang, batu dan tanah lempung. Kelereng baru dikenal pada tahun 1884.
(sumber : Kompas)

Catatan Harian

Day - 159

Selasa, 24 Oktober 2006 -- Hari Idul Fitri. Libur. Di gereja ga ada kegiatan. Kantor gereja juga tutup. Seharian, dari pagi sampai malam, temenin keluarga ke Sentosa Island. Sentosa Island lebaran begini ya ampun penuhnya luar biasa deh. Kita cuma bisa ke lima tempat. Setiap tempat ga lebih 30 menit. Yang lama antrinya sampai puluhan meter; bukan hanya antri naik bis dari satu tempat ke tempat lain, tapi juga antri masuk ke tempat "main-nya".

Saya tuh benar-benar ga habis pikir, apa enaknya "umpel-umpelan" begitu. Sebagus apa pun sebuah tempat, tapi kalau "crowded" gitu, kan ga "nikmat" rasanya. Jujur kalau bukan karena nganterin keluarga, saya sih dibayarin pun ga mau. Hehehe. Tapi ada juga sih hiburannya ngelihat anak-anak senang. Selama di sini saya belum pernah ke Sentosa Island sengaja buat main gitu. Dua bulan lalu pernah ke sini antar teman juga. Waktu itu ga seberapa penuh seperti sekarang.

Pengunjung rasanya kebanyakan turis asing deh. Kalau denger orang di kanan-kiri ngomong sih kebanyakan ya orang Indonesia:). Di Indonesia katanya sedang libur panjang sampai seminggu lebih. Di sini libur hanya hari ini saja. Satu hari. Singapore memang "jago" narik turis asing. Terutama asal Indonesia. Padahal kalau dipikir dari sisi sumber daya alam, jauhlah dengan yang dimiliki Indonesia. Tempat wisata alamnya jumlahnya jauh lebih terbatas.

Pulang setelah nonton "dirre mountain". Mau naik bis antrinya panjang banget. Hampir setengah jam antri belum juga bisa naik. Jadi terpaksa mau naik taxi. Habis sudah pada kecapekan. Anak-anak sudah rewel. Kasihan Mama Papa juga. Tapi naik taxi pun ternyata ga gampang. Ada beberapa taxi, termasuk taxi mini-van yang ngetem. Tapi ga mau ke daerah Hillview. Katanya kejauhan. Kita sampai tawar-menawar. Akhirnya mau juga dua taxi angkut, tapi dengan harga diatas normal. Rupanya dimana-mana sama juga, ga di Indonesia ga di Singapore, ada saja orang yang suka memanfaatkan kesempatan dalam “kesempitan” orang lain.

Tuesday, October 24, 2006

Tuesday's Song - 25

Hati S'bagai Hamba
Penyanyi : Herlin Pirena; Ciptaan : Jonathan Prawira



Ku tak membawa apapun juga
Saat kudatang ke dunia
Ku tinggal semua pada akhirnya
saat ku kembali ke surga

Reff.
Inilah yang kupunya Hati s'bagai hamba
yang mau taat dan setia padaMu, Bapa
Kemanapun ku bawa, hati yang menyembah
dalam roh dan kebenaran sampai s'lamanya

Bridge :
Bagaimana ku membalas kasihMu
Segala yang kupunya itu milikmu
itu milikmu

Renungan :
Hidup ini fana. Tidak ada yang abadi. Tidak ada yang dapat disebut sebagai milik kita. Pada saatnya akan kita tinggalkan semua. Maka orientasi kita jangan terbatas pada apa yang berlaku di dunia ini; harta, kemasyuran, jabatan. Dan mari kita hidup sebaik-baiknya sambil terus berjaga-jaga.

Catatan Harian

Day - 160

Senin, 23 Oktober 2006 -- Pagi antar ponakan daftar sekolah. Di Jakarta ia sudah SMU kelas 1. Mau masuk secondary three. Turun satu kelas. Ada beberapa sekolah yang menyelenggarakan placement test sendiri. Tapi sebagaian besar sih placement test diselenggarakan semacam academy. Apa gitu namanya. Jadi barengan gitu. Jadi kalau sudah lolos tes di academy ini, nanti tinggal cari sekolah dan daftar.

Cuma test di academy ini pertengahan Desember. Dan pengumuman hasil testnya awal Januari. Jadi kalau misalnya ga lolos test di sini, waktu daftar ke sekolah lain. Sebab tahun ajaran baru di sini mulainya januari. Jadi untuk jaga-jaga kita daftar ke sekolah juga yang menyelenggarakan placement test sendiri.

Sebetulnya kalau mau ga repot daftar-daftar begini bisa lewat agent. Tapi kakak saya mau nyoba sendiri. Biar tahu "repotnya", katanya :). Tapi ternyata untuk daftar sekolah harus ada "penjamin" pemegang permanent resident. Rupanya bukan hanya mau "pasang" listrik dan telepon atau langapan HP pra bayar yang butuh jaminan orang yang punya permanent resident. Untuk sekolah juga. Saya kan ga punya. Jadi minta tolong teman lagi :).

Siang keluarga ke Zoo. Kezia dan karena masuk sekolah. Liburan sekolah di sini tuh ga sama dengan di Indonesia. Malah lusa kezia ulangan umum. Dewi yang antar keluarga. Saya di rumah. Pertimbangan Dewi tuh lebih bisa jadi guide daripada saya :). Ia lebih banyak tahu jalan dan lebih banyak tahu begini-begini-nya di Singapore daripada saya. Jadi Saya di rumah tunggu dan temenin Kezia dan Karen sekolah.

Monday, October 23, 2006

I LIke Monday - 08


Inspiring Singapore :
Children on Research



Sebuah lembaga swadaya masyarakat, Children's Society, baru-baru ini merilis sebuah laporan hasil survei mereka terhadap lebih dari 1000 orang tua dan anak-anak di Singapore. Isi survei mengenai bentuk hukuman yang diberikan kepada anak-anak dan reaksi mereka terhadap hukuman itu. Hasilnya, cara yang paling efektif untuk mendisiplinkan anak adalah dengan memberi larangan dengan disertai alasan yang masuk akal. Sementara cara yang paling mengecewakan anak adalah, kalau orang tuanya sampai mengatakan bahwa mereka tidak mencintainya. Survei itu juga menunjukkan, bahwa anak-anak membutuhkan penerimaan, unconditional love, dari orang tuanya; bahwa anak-anak merasa disayang jika ia berhasil memenuhi keinginan orang tua, misalnya mendapat nilai sekolah yang baik (ini biasanya yang paing kerap dituntut ortu), bersikap sesuai yang diingin orang tua, mencapai sesuatu hal sesuai harapan orang tua. Dan jika anak-anak gagal memenuhi itu, maka mereka merasa tidak dicintai orang tuanya. Akibatnya anak menjadi tidak menghargai dirinya sendiri. Survei juga membuktikan bahwa anak-anak yang ditangani langsung oleh orangtuanya lebih bahagia daripada anak yang ditangani baby sitter. *Orang tua kerap punya standar keberhasilan dan kesuksesan versi mereka. Tanpa disadari, anak-anak dipacu dan dipicu memenuhi keinginan orang tua. Bukan keinginan anak. Tidak sedikit orang tua malah kemudian memaksakan kehendaknya pada anak-anak. Mengintervensi secara membabi buta dengan alasan demi kebaikan sang anak. Padahal yang lebih dibutuhkan anak-anak kita adalah penerimaan. Tidak saja pujian saat ia berhasil. Tapi juga dukungan ketika ia gagal. Tidak saja hadiah atas prestasi yang dicapainya. Tapi juga pelukan menenangkan ketika ia harus kalah dan kecewa.
(sumber berita : Yahoo Singapore/Channel News Asia)

Catatan Harian

Day - 161

Minggu, 22 Oktober 2006 -- Pagi ke gereja. Sambut jemaat. Ga ada tugas khotbah. Dewi ikut Paduan Suara ngisi pujian di kebaktian jam 9. Papa, mama, dan kakak sekeluarga nyusul ke gereja, ikut kebaktian jam 11. Siang ga ada hujan ga ada angin, mendadak hujan deras. Mana ga bawa payung. Ada beberapa jemaat tamu yang ikut kebaktian, mereka yang lagi liburan di sini.

Kemarin-kemarin bawa payung, ga hujan-hujan. Giliran ga bawa payung, eh hujan. Rupanya harus selalu sedia payung. Ga peduli cuaca cerah, sinar matahari panas menyengat, payung mesti ada di tas :). Seperti itu jugalah "hidup", bukan?! Harus senantiasa berjaga-jaga. Kita toh ga tahu, apa yang akan terjadi "esok". Bisa saja tiba-tiba "hujan" deras.

Setelah rapat bentar dengan teman-teman dari Tim Musik, saya terus temeni keluarga dolan ke Orchad. Di sepanjang Orchad kalau hari Sabtu dan Minggu, orang banyak banget. Apalagi lagi musim liburan begini. Duh. Jujur, saya tuh paling ga betah dengan keramaian. Rasanya tuh ga "nyaman" gitu. Untung tempat tinggal saya jauh dari pusat kota. Jadi relatif sepi. Kelak kalau saya sudah pensiun, saya pengen tinggal di kota kecil. Sepi. Tenang.

Selama di sini saya hampir ga pernah ke Orchad sengaja untuk jalan-jalan. Paling kalau nemuin atau anter teman. Orchad tuh identik dengan mall dan pusat perbelanjaan. Sedang saya bukan tipe "city man". Hehehe. Kayaknya Kezia dan Karen juga sama deh. Buktinya tadi mereka minta pulang terus. Padahal kalau ke tempat-tempat macam zoo, library, atau science centre mereka paling susah diajak pulang. Buah memang ga jatuh jauh dari pohonnya :).

Sunday, October 22, 2006

Sunny Sunday - 06


Indonesia Plus
Solidaritas


Gereja Kristen Jawa (GKJ) Manahan Solo, Jawa Tengah punya tradisi yang terus diperlihara selama 10 tahun terakhir. Namanya Peduli Kasih Nasi Murah. Kegiatan ini berlangsung khusus selama bulan ramadhan. Ibu-ibu anggota gereja secara sukarela mengolah makanan dan lauk pauk. Ada nasi, kari ayam, teme goreng, kerupuk, nasi sop, juga nasi timlo. Setiap hari disediakan 300 porsi. Lalu? Sepanjang bulan ramadhan puluhan penarik becak, buruh bangunan dan warga sekitar berdatangan ke halaman gereja. Bukan untuk ikut kebaktian. Tapi menunggu bedug dan suara azan untuk berbuka puasa. GKJ Manahan menyediakan paket berbuka puasa murah seharga Rp. 500 per orang. Buat para warga sekitar, hal itu merupakan berkat tersendiri. Dengan harga murah segitu, mereka dapat menyantap hidangan lengkap. Bagi gereja, ini merupakan cara berbagi kasih dan berkat bagi sesama. Bentuk penghormatan bagi umat muslim yang menunaikan puasa. Biaya pengadaan kegiatan ini merupakan sumbangan anggota jemaat.

Ayah's plus point :
Kasih meruntuhkan tembok. Menjembatani perbedaan. Kasih sejati tidak mempermasalahkan dengan siapa kita bergandengan tangan. Untuk siapa kita melakukan sesuatu. Kasih hanya memberi tanpa mengharap. Dan gereja mestinya berdiri di garis terdepan dalam menjalankan misi kasih ini. Selamat menunaikan ibadah puasa.

Saturday, October 21, 2006

Catatan Harian

Day - 162

Sabtu, 21 Oktober 2006 -- Siang bersama Dewi, Kezia dan Karen ke Harbourfront. Jemput mama, papa, kakak dan keluarganya yang dolan ke sini. Mereka lewat Batam. Saat liburan panjang begini banyak orang liburan ke Singapore. Terutama dari Indonesia. Saya lihat antrian orang yang mau naik bis ke Sentosa Island panjang sekali. Tadi juga ketemu dua orang anggota jemaat yang masing-masing mau menjemput keluarganya.

Dulu bayangan saya, yang namanya pelabuhan ferry tuh mesti semerawut, ga aman, penuh dengan orang-orang kasar. Ternyata ga selalu begitu. Di sini pelabuhan ferry malah dipadu dengan pusat perbelanjaaan lengkap. Jadi ya, kayak kita jalan-jalan ke mall saja. Teman saya bilang, musim liburan gini Singapore dibanjiri orang Indonesia.

Kebijakan pemerintah Indonesia memperpanjang hari libur demi meningkatkan pariwisata nasional, rupanya jadi "rejeki" juga bagi Singapore :). Kalau ga mesti bayar fiskal bisa lebih banyak lagi tuh orang Indonesia yang liburan ke sini. Singapore kalau boleh saya umpamakan seperti seorang gadis yang "biasa-biasa" saja, tapi bisa "merawat diri" dan "menjaga perilaku" sehingga bisa begitu menariknya bagi orang-orang.

Malam pimpin persekutuan Keluarga Senior. Topiknya "makin tua makin menjadi". Intinya orang-orang yang hidupnya "ga jauh-jauh" dari Tuhan, biasanya lebih mampu menghayati hidup secara postif; lebih bisa bersyukur dan menjadi berkat. Diskusi di persekutuan Keluarga Senior selalu seru. Dan asyik. Bisa dimengerti, orang-orang pintar, berpikir kritis, dan punya pengalaman "spiritual" yang berbeda-beda, plus relasi satu sama lain akrab. Kalau ga dibatasi waktunya, bisa "bablas" tuh :).

Renungan Sabtu - 23


Seimbang


Teman saya telepon, dia ngajak jalan-jalan ke mall. Katanya, dia lagi kelebihan waktu. Di kantor job lagi sepi. Di rumah juga tidak ada yang bisa dikerjakan. Di Jakarta dia sendirian, kost. Keluarganya di Solo. “Bosan nih,” katanya.

Tetapi pada saat bersamaan saya justru lagi kekurangan waktu. Setumpuk tugas memburu. Mana ada dead line-nya. Sampai-sampai saya ragu juga, apa bisa saya menyelesaikan semuanya tepat waktu.

Sungguh mengganggu memang; kelebihan di satu ekstrim, dan kekurangan di ekstrim yang lain. Baik dalam kehidupan pribadi (= individual) --- Bayangkan misalnya: kelebihan dan kekurangan makan, kelebihan dan kekurangan tidur, kelebihan dan kekurangan bersantai.

Maupun dalam kehidupan masyarakat (= sosial) --- Bayangkan misalnya: ada yang kekenyangan dan ada yang kelaparan; ada yang kaya sekali, sampai keluar uang jutaan rupiah pun enak saja, ada yang miskin sekali sampai uang receh pun mesti dihemat-hemat.

Jalan keluarnya, tidak lain, adalah keseimbangan. Secukupnya. Dari sanalah harmoni kehidupan akan terjadi. Dan panggilan kita adalah mewujudkannya.

Dari Buku: Tragedi dan Komedi – Ayub Yahya, diterbitkan oleh Grasindo

Catatan Harian

Day - 163

Jumat, 20 Oktober 2006 -- Dari sebuah milis saya membaca penawaran semacam bisnis jaringan. Katanya, dengan menabung belasan juta rupiah dalam waktu 10 bulan bisa mendapatkan milyaran rupiah. Wah. Wah. Buat saya, dalam bisnis beginian wajar saja orang ngobral "mimpi". Walau biasanya, semakin besar janjinya semakin kosong pula buktinya.

Yang jadi masalah, dalam penawaran itu dipakai "jargon-jargon" Kristen; bahwa orang-orang yang mencetuskan bisnis ini adalah orang-orang yang takut akan Tuhan, bahwa kalau sudah dapatin uangnya jangan lupa persembahan persepuluhan. Lengkap dengan ungkapan-ungkapan kayak "terpujilah Tuhan" dan "salam dalam kasih Kristus". Menurut saya, yang kayak-kayak begini ini malah bisa jadi batu sandungan. Bisa "menciderai" kekristenan itu sendiri.

Dulu saya pernah kenal orang yang kata-katanya rohani sekali. Tapi sikap sehari-harinya ga beda dengan orang lain. Malah dalam bisnis, ternyata ia nipu juga. Efeknya orang-orang jadi sinis, "Kristen koq kayak begitu." Menurut saya kesalehan rohani tuh ga usahlah diobral dengan kata-kata. Apalagi dijadikan sebagai bagian dari bisnis. Lakukan saja dalam sikap hidup sehari-hari. Orang akan jauh lebih respek. Semoga saya ga "jatuh" pada "lobang" yang sama.

Siang makan bareng teman-teman pendeta dan preacher English Conggreation. Terus saya pulang. Ga ada acara khusus di gereja. Selain juga Dewi mau ikutan persekutuan KW. Saya harus tunggu Kezia dan Karen sekolah. Malam ada acara Family Fellowship wilayah Hillview di rumah. Yang datang 6 keluarga. Ada beberapa keluarga yang ga bisa hadir. Seperti di wilayah lain, ini baru introduction.

Friday, October 20, 2006

Friday's Joke - 20


Mahasiswa Baru

Suatu kali dalam sebuah kelas kuliah sejarah. "Hei, kamu yang berdiri di belakang," kata dosen pengajar. "Coba sebutkan para pelaku yang menandatangani Perjanjian Linggarjati!"
"Maaf, Pak, saya nggak tahu."
"Koq nggak tahu?! Baiklah, kalau begitu sebutkan saja tahun berapa perjanjian itu ditandatangani!"
"Maaf, Pak, saya juga nggak tahu."
"Hah?! Nggak tahu juga. Bahan itu kan sudah saya tugaskan untuk dibaca minggu lalu. Lantas untuk apa kamu datang ke sini?!"
"Mau memeriksa kabel lampu ini, Pak. Saya petugas PLN".

Ayah's quote:
Segala sesuatu tuh mesti jelas dulu. Jangan main "hantam". Jangan asal ambil sikap atas dasar pra-duga atau sangkaan yang belum tentu. Mending kalau cuma malu sendiri. Lha, kalau membawa orang lain dalam kesulitan juga?! Repot kan.

Catatan Harian

Day - 164

Kamis, 19 Oktober 2006 -- Hari ini di GPBB puasa. Hari Minggu lalu jemaat sudah dihimbau. Puasa dalam pengertian, ga selalu harus ga makan. Intinya kan puasa itu pengendalian diri, dalam rangka mendekatkan diri dengan Tuhan; merasakan kasih dan kehadiran-Nya. Bukan misalnya, supaya keinginan terpenuhi, atau semacam "sogokan" gitu. Jadi ga harus dengan ga makan.

Bisa misalnya, kalau yang suka nonton televisi, puasa ga nonton televisi. Waktu yang biasanya untuk nonton televisi, dipakai untuk membaca Alkitab atau baca buku rohani. Jangan dipakai untuk tidur. Atau kalau puasa ga makan, juga ga mesti total ga makan ga minum. Bisa misalnya sekadar mengurangi makan. Atau cuma ga makan, tapi tetap minum. Atau cuma makan buah sedikit. Jangan sekeranjang :). Intinya sekali lagi pengendalian diri.

Waktu kecil dulu di Bandung kalau bulan Ramandhan saya suka ikut-ikutan teman-teman puasa. Senang saja ikutan sahur dan ngabuburit-nya :). Saya tinggal di gang kecil. Di pelosok. Satu-satunya keluarga Kristen. Waktu remaja pernah juga puasa "mutih". Ga makan garam. Rencana 40 hari 40 malam. Tapi cuma tahan tiga hari :). Itu "tugas" dari mama saya tuh. Katanya, supaya saya bisa dapatin "ilmu". Hehehe. Mama saya dulu suka "ngelmu". Tapi itu dulu sih. Saya hampir ga pernah puasa yang "serius". Baru kali ini deh rasanya. Kesan saya, good. Puasa dengan "penghayatan" dan dari "hati", bukan ikut-ikutan atau sekadar memenuhi kewajiban, memberi "kesegaran" rohani.

Siang anter teman pendeta ke Bras Basah. Ia mau beli tamborin buat gerejanya. Bilang buat gereja langsung dapat diskon loh. Ga ditanya-tanya lagi. Harga satunya dari 45 $, jadi 33 $. Lumayan tuh. Teman beli tujuh. Pulang pergi naik MRT. MRT di sini kayaknya tuh penuh melulu deh. Padahal tadi berangkat agak sore, pulang sore. Bukan jam pulang atau pergi kantor gitu. Kata teman, lebih-lebih nanti bulan Desember. Malam ke gereja lagi. Pimpin mezbah doa. Mezbah doa tuh semacam persekutuan doa, tapi "tematis" gitu. Sebelum acara, kita buka puasa bersama dulu.

Thursday, October 19, 2006

Thursday Hot Issue - 08


Nobel Perdamaian



The Fact :
Penerima hadiah Nobel Perdamaian 2006 sudah diumumkan. Penerimanya seorang ekonom asal Bangladesh, Muhammad Yunus dari Grameen Bank. Ia dianggap layak karena dukungannya kepada rakyat miskin dengan memberikan pinjaman lunak dengan tujuan pembangunan ekonomi untuk perdamaian. Ia juga berperan dalam berbagai upaya mengentaskan kemiskinan, buta huruf, serta menurunkan angka kematian Ibu dan bayi. Ia mengalahkan para calon lainnya yaitu antara lain: Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden Indonesia), Martti Ahtisaari (mantan presiden Finlandia), penyanyi dari kelompok U2, Bono, serta Kadir (minoritas Turki di Cina). Sejarah mencatat, Martin Luther King, Jr. (1929-1968), adalah pemenang hadiah Nobel Perdamaian termuda sepanjang masa. Ia menerimanya saat berusia 35 tahun. Atas perjuangannya menuntut persamaan hak antar ras. Perlu dicatat, bahwa dalam usia mudanya itu, selama berjuang Martin Luther King, Jr. telah 120 kali dijebloskan ke dalam tahanan oleh pihak kepolisian, atas aksi gerakan tanpa kekerasan yang dicanangkan Luther King dalam memperjuangkan hak-hak sipil. Hadiah Nobel Perdamaian di ambil dari nama Albert Nobel, penemu dinamit. Kantor pusatnya di Oslo, Norwegia. Untuk penerima hadiah Nobel Perdamaian juga menerima uang sebesar US$ 1,4 juta.
(sumber: Media Indonesia online;Dirjendikti)

The Lessons :
Harimau mati meninggalkan belang. Gajah mati meninggalkan gading. Semut mati meninggalkan teman-temannya. Manusia mati meninggalkan karya bagi sesamanya. Suatu saat kita nggak akan ada lagi di dunia. Bila saat itu tiba, apa yang orang lain akan kenang dari kita? Sesuatu yang baikkah?

Catatan Harian

Day - 165

Rabu, 18 Oktober 2006 -- Di sini tuh banyak kali saya menerima "titipan" perkunjungan; kenalan dari Indonesia yang anggota keluarganya, atau saudaranya, atau temannya, atau saudara temannya, yang tengah berobat di Singapore. Baik lewat SMS, telepon, imel. Ga semua bisa "dilayani". Sebab kerap ada yang di sininya tuh cuma dua tiga hari. Atau pas hari Sabtu dan Minggu. Padahal hari Sabtu dan Minggu di gereja hampir selalu padat acara.

Untuk perkunjungan orang sakit ini, saya rundingan dengan teman. Kita sepakat untuk punya prioritas, sebab ga mungkin semua bisa dipenuhi. Pertama, yang ada kaitannya dengan jemaat GPO-GPBB. Jemaat GPO-GPBB ini berasal dari berbagai gereja di Indonesia. Termasuk tentu GKI. Kedua, yang memang mau dikunjungi. Sebab pernah juga ada teman yang minta saudaranya ditengok, waktu kami nengok ternyata yang bersangkutan ga bersedia dikunjungi.

Mengingat orang Kristen dari Indonesia yang berobat di Singapore tuh banyak, saya berpikir mungkin ada baiknya gereja-gereja di Indonesia tuh "urunan" gitu. Ngutus pendeta khusus untuk tangani orang sakit:). Kayak di sini ada tuh pendeta khusus untuk mahasiswa. Tapi ya ga mudah sih. Habis ada juga tuh orang yang maunya dilawat oleh pendeta asal dari gereja yang sealiran dengannya. Ini salah satu kesulitan kalau gereja sudah begitu beraneka ragam, susah deh kalau mau bikin pelayanan bersama.

Ada teman pendeta dari Bandung lagi dolan ke sini. Sekalian kita minta pelayanan khotbah hari Minggu besok. Ia bersedia. Siang teman yang jemput di Harbourfront. Saya ga bisa ikut jemput karena ada yang harus dikerjakan di kantor. Tadinya ia mau nginep di rumah tapi karena tanggung mesti pindah-pindah, jadi nginep di rumah teman. Setelah latihan untuk Mezbah Doa besok, kita makan di West Mall.

Wednesday, October 18, 2006

Wednesday's Games Idea - 20


Hula Hop


Jumlah peserta : kelompok besar (dibagi dalam kelompok yang sama banyak)
Alat yang dibutuhkan : 2 hula hop beda ukuran (kecil dan ebsar) yang terbuat dari rotan sebanyak jumlah kelompok
Waktu yang dibutuhkan : 15-30 menit
Lokasi : tempat terbuka
Aturan permainan :
Setiap kelompok berdiri membuat barisan memanjang sambil berpegangan tangan. Masing-masing kelompok diberi dua buah hula hop yang berbeda ukurannya. Hula hop besar dipasang di badan, yang kecil dipasang di leher. Masing-masing hula hop di putar dengan arah yang berlawanan. Setiap anggota kelompok harus menjaga agar hula hop tersebut tidak menyentuh tanah (jatuh). Hula hop harus dipindahkan dari satu orang ke orang yang lain tanpa terputus. Kelompok yang tercepat memindahkan hula hop sampai ke orang terakhir adalah pemenangnya.
Tujuan permainan:
Ini adalah permainan outdoor. Intinya ada pada kebersamaan dan keakraban. Dua hal yang sangat dibutuhkan dalam sebuah tim.

Catatan Harian

Day - 166

Selasa, 17 Oktober 2006 -- Pagi ga ke kantor karena siangnya mau ke GPO. Pimpin Komisi Wanita. Persiapan sebentar. Terus baca Strategi Hidup Bijak. Dulu saya pernah baca buku itu. Pengen saja baca lagi. Intinya, tentang pentingnya menata hidup, dengan membebaskan diri dari jeratan aktivitas berlebihan. Konon kan busy itu singkatan being under satan's yoke :).

Ada beberap tips yang saya rasa bagus dipertimbangkan. Antara lain, lakukan "pembersihan tahunan" terhadap jadwal Anda, yakni mengurangi kegiatan boros waktu. Lalu, jangan berkata ya kepada aktivitas lain tanpa terlebih dahulu berkata "tidak" pada akltivias yang sedang Anda lakukan. Jika tidak Anda akan terpaska mencuri waktu bagi komitmen baru tersebut dari waktu bersama keluarga atau waktu tidur Anda.

Untuk para ayah dari buku itu. Berbagai survei menunjukkan bahwa hal terpenting yang diinginkan anak-anak dari ayah mereka adalah waktu yang lebih banyak. Namun survei juga menunjukkan, bahwa alasan utama para ayah bekerja begitu panjang adalah untuk memberikan hal-hal baik buat anak-anak mereka. Ironi.

Siang ke GPO. Persekutuan Komisi Wanita, temanya Febe, wanita dari Kengkrea. Beberapa minggu ini Komisi Wanita GPO membahas tokoh-tokoh wanita dalam Alkitab. Pulang dari GPO tadinya mau ketemu teman di Lucky Plaza bareng Dewi dan anak-anak. Tapi di jalan ditelepon ga jadi. Jadi saya dan Dewi ketemuan di Takashimaya. Sekalian ada yang perlu dicari. Jam 7.30an sudah sampe di rumah. Ada teman GSM yang mau datang ke rumah, kasih les buat Kezia.

Tuesday, October 17, 2006

Tuesday's Song - 24

Pribadi Yang Mengenal Hatiku
Penyanyi : Gloria Trio
Ciptaan : Bezaliel Yehuda


S'perti rusa yang haus
Rindu aliran sungaiMu
Hatiku tak tahan menungguMu

Bagai padang gersang
Menanti datangnya hujan
Begitupun jiwaku Tuhan

Reff.
Hanya Engkau
Pribadi yang mengenal hatiku
Tiada yang tersembunyi bagiMu
S'luruh isi hatiku Kau tahu
Dan bawaku 'tuk lebih dekat lagi padaMu
Tinggal dalam indahnya
Dekapan kasihMu

Renungan:
Betapa pun segala yang ada di dunia ini nggak akan bisa memuaskan "dahaga" jiwa. Kita boleh punya segala-galanya, tapi tetap akan ada "ruang kosong" dalam jiwa kita. Yang bikin kita merasa hampa. Kering. Kita ini butuh Tuhan. Seperti rusa yang haus butuh air. Dalam dekapan kasih-Nya kita akan terpuaskan. Maka, jangan "jauh-jauh" dari-Nya.

Catatan Harian

Day - 167

Senin, 16 Oktober 2006 -- Kemarin di GPO, waktu tea time selesai kebaktian, sempet ngobrol dengan seorang opa. Ia dulu dari GKI Cawang. Ia cerita, masih ingat khotbah saya empat lima tahun lalu di GKI Cawang. Terus ia review. Kaget juga saya, opa itu masih inget. Di jalan pulang saya mikir. Betapa berat tanggung jawab menjadi orang yang "didengar" banyak orang. Gimana kalau salah ngomong?!

Hari ini Kezia libur sekolah. Karen tetap masuk. Setelah antar Karen ke halte, kita bertiga ke West Mall. Ke perpustakaan, ngembaliin dan pinjem buku. Ke kantor pos, Kezia mau kirim surat buat temannya di Jakarta. Terus ke bioskop. Cuma ngelihat-lihat sih. Selama di sini belum pernah nonton film nih. Jadi ketinggalan. Film baru apa, ga tahu. Padahal selain baca, saya tuh suka juga nonton.

Terakhir nonton film Superman. Menurut saya jelek deh. Ingat Superman, ingat Christopher Reeve, salah satu aktor yang pernah memerankan Superman. Ia mengalami kecelakaan jatuh dari kuda. Sehingga lumpuh total. Waktu meninggal, Dana Reeve, istrinya, sempat bilang begini, "Saya berjanji kepadamu untuk mengasihi dan mencintaimu sampai maut memisahkan kita. Saat ini dihadapan semua orang, saya mengaku. Saya minta maaf. Saya telah berbohong. Saya tidak dapat mengasihi dan mencintaimu sampai maut memisahkan kita. Saya tidak bisa. Sebab saya tidak bisa berhenti mencintaimu. Walaupun maut memisahkan kita. Maafkan saya." Sangat mengharukan!

Hari ini polusi asap kiriman dari Indonesia makin tebal. Ga nyaman. Seharian saya flu. Bersin dan meler. Kepala nyut-nyut. Saya alergi debu dan asap. Sepulang dari West Mall, terus di rumah. Tiduran. Jendela semua ditutup. On AC. Saya ga bisa bayangin, kalau asap makin tebal. Tapi katanya, yang kali ini tuh ga separah dulu. Dengan kata lain masih bisa lebih parah :(.

Monday, October 16, 2006

I Like Monday - 07

Inspiring Singapore
Free For All


Januari tahun 2007, pemerintah Singapore akan menyediakan fasilitas internet gratis selama bagi warganya. Internet broadband ini akan menjangkau berbagai kawasan. Menyediakan kurang lebih 5000 titik hotspots yang tersebar di berbagai lokasi mulai dari kawasan bisnis, sekolah, perumahan sampai kawasan turis. Selain itu pemerintah akan membagikan 10.000 unit komputer ke rumah-rumah penduduk di daerah pedalaman, yang memiliki anak usia sekolah. Menurut PM Lee Hsien Loong program ini dimaksudkan untuk menghilangan kesenjangan digital bagi seluruh warga Singapore. Semua warga punya kesempatan yang sama untuk memperoleh akses dan mendapatkan keuntungan dari kemajuan teknologi. * Mendapatkan kesempatan dan perlakuan yang sama adalah salah satu bentuk keadilan. Nggak saja di level negara. Tapi juga dalam keseharian. Dalam lingkup keluarga dan komunitas yang kecil. Memberikan kesempatan yang sama. Perhatian yang sama. Kehangatan yang sama. Akan menumbuhkan kebersamaan. Dengan begitu, semua boleh berlomba mencapai hasil terbaik. Dalam "persaingan" yang adil.
*(sumber berita : detik.com/Yahoo Singapore/Channel News Asia)

Catatan Harian

Day - 168

Minggu, 15 Oktober 2006 -- Hari ini pelayanan khotbah tiga kali. Dua kali di GPBB. Satu kali di GPO. Seperti biasa, khotbah yang pertama "agak kacau". Khotbah kedua dan ketiga relatif lebih "lancar". Mungkin karena sudah lebih "hafal" :). Temanya: Yang pertama dan terutama. Membahas salah satu bagian dari Doa Bapa Kami: Dikuduskanlah Nama-Mu.

Sekolah Minggu GPBB dan GPO outing ke Sentosa Island. Kezia dan Karen ikut. Kebaktian satu tadi "penuh". Banyak orang tua yang nyusul ke acara outing, mereka ikut kebaktian dulu. Kebaktian dua "kosong". Siang ke GPO. Nyari taxi agak susah. Ga tahu kenapa taxi pada ga mau ke Orchad. Heran deh. Biasanya jarak jauh sopir taxi senang. Taxi kelima baru mau. Katanya teman sih mungkin karena shift, atau mau makan siang.

Tadi setelah kebaktian ada ada presentasi dari Esther-Net. Semacam "organisasi" para church yang melayani para TKWI. Di Singapore konon ada sekitar 50.000 TKWI. Saya pikir ini wadah pelayanan yang "strategis". Good. Bravo untuk teman-teman yang mau berkecimpung di sana. Lah, bagaimana ga bravo, pemerintah saja yang semestinya "bertanggung jawab" dengan para nasib TKWI malah cenderung abai koq.

Saya lihat berdasarkan data penjualan buku di kolportase, buku saya yang paling laku tuh yang "Ngejomblo Itu Nikmat" dan "Dimanakah Allah Ketika Aku Menderita". Kalau yang pertama mungkin "wajarlah". Hehehe. Tapi yang kedua dalam konteks komunitas Indonesia di Singapore yang "gebyar", jadi tanda tanya juga loh :). Buku "And They Lived Happily Ever After" juga mulai diperkenalkan.

Sunday, October 15, 2006

Sunny Sunday - 05


Indonesia Plus
Master Pemulung


Setiap pagi sejak pukul 06.00, di pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, seorang pria memunguti limbah buah, sayuran serta sisa makanan dari warung dan rumah makan. Di depan rumahnya penuh dengan tumpukan barang bekas hasil memulung. Juga sisa makanan. Ia memang bukan pemulung sembarangan. Ia pemulung kreatif. Yang menjadi pemulung karena melihat peluang. Setiap kali melewati Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Ia selalu terganggu melihat tumpukan sampah. Maka kemudian ia mengambil keputusan. Menjadi pemulung. Sisa makanan tersebut dibawa pulang untuk diberikan kepada ayam peliharaannya. Ternyata berhasil. Ayam jenis buras miliknya sekarang sudah mencapai ratusan ekor. Ia menemukan bahwa jika ayam diberi makan dari sisa makanan buah dan sayuran, kotoran ayam cenderung tidak berbau sama sekali. Pria yang menyebut dirinya pemulung ini punya kartu nama. Tertulis : H. Sudarmasto, SH, MPA. Ia pensiunan Kepala Sub bagian perpustakaan BKKBN. Pangkat pensiunnya IVd. Tapi uang pensiun nggak memadai. Maka muncullah ide jadi pemulung. Dengan begitu ia berhasil mengantar 3 anaknya lulus jadi sarjana. Dan menjadi satu-satunya pemulung bergelar Master. (sumber : Kompas)

Ayah's Plus Point :
Tidak ada pekerjaan yang terlalu kecil atau terlalu hina untuk dikerjakan. Sepanjang dikerjakan dengan kesungguhan hati. Dan selama tidak melanggar aturan. Maka kalau kita merasa putus asa dengan keadaan diri, coba lihat sekeliling kita. Peluang selalu tersedia. Tergantung apakah kita mencarinya dengan mata hati atau dengan hati buta. Buta oleh gengsi, arogansi, rendah diri, dan ketidakberdayaan.

Saturday, October 14, 2006

Catatan Harian

Day - 169


Sabtu, 14 Oktober 2006 -- Pagi bareng teman, kita sekeluarga breakfast di Burger King, West Mall. Dari cerita beberapa teman, sering tuh mereka just breakfast atau minum kopi bareng keluarga. Di tengah segala kesibukan rutin, memang perlu juga sih nyempetin ambil waktu sama keluarga. Walau cuma sebentar. Kuncinya ada kemauan.

Apalagi bagi saya dan Dewi. "Mumpung" anak-anak masih kecil. Masih mau diajak-ajak pergi. Nanti kalau sudah besar sedikit saja, mereka sudah punya acara dan kemauan sendiri. Waktu ngumpul keluarga susah. Selesai breakfast, saya terus ke gereja. Dewi, Kezia dan Karen pulang. Teman berangkat ngantor. Kita naik bis yang berbeda.

Di gereja lagi ada donor darah. Saya ikut donor. Ini donor darah pertama kali selama di sini. Kalau di Indonesia sih sudah beberapa kali. Saya ingat betul, pertama kali ngedonor waktu masih kuliah di Jogja. Yang perlu darah, anak ibu juru masak asrama. Waktu itu dibutuhkan darah AB. Nah saya kan AB. Jadi ngedonor deh.

Ga gitu beda sih donor di sini dan di Indonesia. Kalau pun ada yang beda, kayaknya di sini tuh lebih teliti. Tadi ada beberapa orang yang ditolak. Rata-rata karena lagi ga fit. Atau baru sakit. Ngisi form dan ditanya-tanyanya juga lebih detil. Satu lagi yang beda, di sini ga dapat Supermi dan telor rebus. Hehehe. Sore terus ngajar katekisasi. Disambung ikut persekutuan Keluarga Muda. Dewi dan anak-anak gabung juga.

Renungan Sabtu - 22


Sabar

Sabar, bisa jadi ini bukan sikap yang paling menentukan dalam hidup seseorang. Berhasil atau gagal, bahagia atau kecewa, tak selalu berkaitan langsung dengan sikap sabar. Tetapi hampir dapat dipastikan, ketidaksabaran bisa mempersulit diri sendiri. Bahkan juga orang lain. Membuat rumit apa yang sebenarnya sepele.

Lihat saja ini, yang terjadi suatu kali di salah satu sudut Jakarta. Masalahnya sebenarnya sederhana, sebuah sedan mogok di tengah jalan. Seharusnya itu tidak menjadi persoalan besar, toh jalan di kanan dan kiri masih cukup lebar untuk dilalui kendaraan. Hanya memang harus perlahan-lahan.

Cuma ya itu tadi; kendaraan dari kiri tidak sabar lantas nyerobot jalur kanan. Kendaraan dari kanan tidak mau kalah, nyerobot jalur kiri. Akhirnya di kanan mentok di kiri mentok. Macet total sudah; maju tidak bisa, mundur juga tidak bisa. Kalau sudah begitu, maka orang jadi mudah naik darah. Caci maki berhamburan. Malah ada pengemudi yang sampai memukul-mukul stir mobilnya sendiri. Yang kasihan sopir sedan yang mogok, disumpahin sana sini. Padahal siapa pula yang kepingin mogok di tengah jalan. Ah, tetapi ini Indonesia, Bung!

Konon, sumber kemacetan lalu lintas di negara mana saja adalah karena daya tampung jalan yang tidak sebanding dengan jumlah kendaraan. Bisa betul juga sih. Logislah. Tetapi toh juga ada penyebab lain yang patut diperhitungkan. Yaitu ketidaksabaran para pengemudi; mental tidak mau ngantri dan ingin main serobot. Mending kalau memang lagi dikejar hal lain yang penting dan genting. Tetapi seringnya kan tidak dengan motif apa-apa. Pokoknya ada kesempatan serobot, tak peduli akibatnya apa. Padahal kalau dihitung-hitung paling beda waktunya cuma dalam hitungan menit.

Maka dalam banyak hal, terutama dalam kesesakan dan penantian, belajar sabar itu perlu. Bukan untuk siapa-siapa, tetapi untuk diri kita sendiri. Betul, dengan bersabar tidak lantas persoalan menjadi beres, atau hidup menjadi lebih indah. Tetapi paling tidak, kita tidak mempersulit diri sendiri dan orang lain. Prinsipnya, jangan membuat masalah pada apa yang bukan masalah, dan jangan menambah masalah pada apa yang sudah jadi masalah. Untuk itu tidak ada sikap lain yang dibutuhkan, selain sabar.

Dari Buku Potret Diri Tanpa Bingkai – Ayub Yahya, diterbitkan Gloria.

Catatan Harian

Day - 170

Jumat, 13 Oktober 2006 -- Naga-naganya saya harus menata diri lagi nih. Belakangan tidur saya ga ketentuan. Bisa sampai subuh "melek". Jam 3-an baru tidur. Bulan-bulan lalu saya masih bisa nganterin Kezia ke halte mobil jemputan sekolah. Belakangan kerapnya saya bangun Kezia sudah berangkat sekolah. Duh. Saya juga jadi jarang berolah raga. Padahal fasilitas olah raga banyak.

Saya pernah dengar, usia manusia normal tuh sebetulnya 120 tahun. Tapi jarang-jarang orang mencapai usia itu. Persoalannya adalah gaya hidup yang ga sehat. Umur tentu saja di tangan Tuhan, tapi kita juga kan punya andil. Olah raga, pola makan, penataan hati dan pikiran; sangat penting buat kesehatan tubuh. Dampaknya pada umur. Kecuali kalau "kecelakaan" :). Makanya di daerah atau negara tertentu usia manusia relatif lebih panjang.

Cuma walau tahu, koq ya susah gitu praktekinnya :). Emang, "tahu" saja ga cukup tuh. Perlu dihayati. Jadi ga sekadar kognitif, tapi juga afektif. Kuncinya kemauan. Terutama kemauan untuk mengalahkan diri sendiri; rasa enggan, malas, nunda-nunda. Biasanya kalau sudah sakit baru deh "nyaho". Semoga saya ga sampai terlambat menata diri :).

Siang pimpin persekutuan Komisi Wanita. Ada seorang ibu yang memberi "kesaksian". Ia merasa sangat diberkati dengan launching buku-buku rohani di kolportase minggu lalu. Di Singapore buku-buku berbahasa Indonesia kan susah dapetinnya. Sore sempet pulang dulu. Tidur bentar. Agak flu nih. Dan malamnya ikut Family Fellowship daerah Choa Chu Kang.

Friday, October 13, 2006

Friday's Joke - 19


Menyamar

Seorang polisi menangkap seorang preman yang menyamar jadi polisi gadungan.
Polisi kemudian bertanya kepada preman tersebut,
"Mengapa kamu memakai seragam polisi?"

Sang preman dengan enteng menjawab,
"Loh, bapak saja yang polisi bisa menyamar dengan berpakaian preman, lalu mengapa preman tidak boleh menyamar jadi polisi?"

Ayah’s quote :
Hati-hati dengan "pembenaran". Sebab biasanya pembenaran tuh dicari-cari. Dan nggak selalu seiring sejalan dengan kebenaran. Jangan mencari-cari pembenaran. Carilah kebenaran.

Catatan Harian

Day - 171

Kamis, 12 Oktober 2006 -- Dapat SMS dari teman. Ngabarin Inggris kalah 0-2 dari Kroasia di penyisihan Piala Eropa 2008. Sebelumnya di kandang sendiri Inggris ditahan 0-0 oleh Macedonia :). Liga Inggris tuh tempat "ngumpul" pemain-pemain hebat dari mancanegara. Daftar pemain terbaik dunia tahun ini, sebagian besar berasal dari Liga Inggris. Tapi prestasi kesebelasan Inggris "terseok-seok" terus. Sejak tahun 1966, Inggris ga pernah memenangkan juara di Eropa apalagi di dunia.

Pemain-pemain asing yang hebat emang ga jaminan bisa nge-drive pemain lokal jadi hebat. Malah sebaliknya bisa ngehambat. Pemain muda lokal jadi sulit berkembang, karna kurang kesempatan. Klub-klub kan orientasinya menang. Ga peduli kemajuan sepakbola nasional. Jadi yang untung tuh justru negara asal pemain-pemain tersebut. Ga usah repot mematangkan para pemainnya. Inggris sudah menjadi tempat pematangan. Begitulah kepentingan klub malah jadi hambatan bagi kepentingan nasional :).

Siang bersama teman perkunjungan ke teman-teman pemuda yang bekerja di daerah Bedok. Kita makan siang bersama sambil ngobrol. Obrolan ringan sih. Akrab. Suasana informal biasanya akan sanggup mengikis "jarak". Tadinya saya mesti cepat pulang karena Dewi ada pelawatan dengan Komisi Wanita. Tapi di jalan Dewi telepon pelawatan sudah kelar. Jadi saya ga usah tergesa-gesa pulang. Sempet ngelanjutin ngobrol-ngobrol.

Tadi waktu pulang, ada kejadian lucu waktu naik MRT. Kayaknya komputer pengatur pemberitahuan pemberhentian MRT tadi lagi error. Halte yang diumumkan malah yang arah sebaliknya. Wah, kita sempet bingung juga. Jadi ragu-ragu, jangan-jangan salah naik MRT. Salah arah gitu. Jadi nggak pede gitu. Hehehe. Yang namanya teknologi, secanggih apapun tetap saja ada saatnya error juga. Makanya bergantung pada teknologi itu oke-oke saja, tapi jangan karena sangat tergantung kemudian jadi nggak bisa ngapa-ngapain tanpa itu.

Thursday, October 12, 2006

Thursday Hot Issue - 07


World of Fear


The Fact :
Senjata nuklir menjadi berita lagi. Senin 9 Oktober 2006, pukul 1035 waktu setempat. Uji coba senjata nuklir bawah tanah berjalan sukses. Lokasinya diperkirakan di Hwaderi, Provinsi Hamgyeong wilayah timur laut Korea Utara. Akibatnya ada tremor sekitar 4 skala richter dan dianggap sebagai getaran alamiah. Sebelumnya sudah ada 7 negara yang melakukan uji coba senjata nuklir. Amerika pernah melakukan 1.030 kali. Rusia 715 kali. Inggris 45 kali. Perancis 210 kali. China 43 kali. India 6 kali. Pakistan 6 kali. Diduga kuat Israel juga memilikinya tapi tidak mengakuinya. Afrika Selatan pun pernah mengembangkan senjata nuklir di rezim Apartheid, kemudian menghentikannya. Uji coba senjata nuklir ini menuai banyak kecaman dari seluruh dunia, karena dianggap akan memicu perlombaan senjata nuklir dan menambah ketegangan baru. Maka di kalangan dunia internasional, ada Traktat Pelarangan Uji Coba Komprehensif untuk senjata nuklir. (Sumber Kompas)

The Lessons :
Hidup berdampingan dalam damai adalah impian banyak orang. Mimpi yang kerap dibuyarkan oleh orang-orang yang ingin show of force. Sekedar ingin diakui keberadaannya. Sekedar nggak ingin dipandang sebelah mata oleh orang lain. Padahal ada banyak cara terhormat untuk menuai penghargaan dan pengakuan. Misalnya melalui gerakan kemanusiaan dan perdamaian. Cara yang lebih gentle daripada sekedar menebar teror. Menebar ketakutan.

Catatan Harian

Day - 172

Rabu, 11 Oktober 2006 -- Baca di detik.com tentang kekalahan Schumacher di grand prix Jepang. Bukan hanya kalah, tapi ia ga dapat poin sama sekali karena ga sampai finis. Ironi sekali dengan hasil yang dicapai di Cina. Di Cina yang konon arena tersial Schumi, ia malah juara. Sampai bisa menggeser Alonso di posisi teratas. Sebelumnya selisih poin mereka sempat sampai 25 tuh. Schumi dan timnya sampai bilang "mujizat telah terjadi". Harapan untuk merebut gelar juara dunia ke-8 kalinya pun terbuka. Sebuah jejak indah karena ia mau pensiun akhir musim ini.

Tapi kenyataan berkata lain. Di Jepang ia malah hancur lebur. Mobilnya mengalami kerusakan mesin. Sesuatu yang sangat jarang terjadi pada mobil Schumi. Terakhir kali ia gagal finish karena kerusakan mesin tuh di GP Perancis 2000. Masih ada sih kesempatan ia juara. Dengan catatan menang di grand prix terakhir di Brasil. Dan Alonso hancur lebur. Apakah“mujizat” akan terjadi lagi buat Schumi? Entah. Yang jelas hidup benar-benar ga bisa diduga naik turun-nya. Seperti roda yang berputar. Maka kalau kita lagi berada di atas ingatlah saat dibawah, supaya ga lupa diri. Sebaliknya kalau kita lagi berada di bawah ingatlah saat diatas, supaya tetap punya pengharapan.

Sore berenang berdua Karen. Ia sudah bisa meluncur. Cuma belum bisa ambil napas. Tapi setidaknya ia sudah jauh lebih berani. Untuk hal-hal motorik Karen lebih "lambat" dari Kezia. Kezia sudah bisa berenang umur 3 tahun-an waktu masih di Jogja. Tapi untuk soal ngomong Karen lebih "cepat" dari Kezia. Perbendaharaan kaatnya lebih banyak. Setiap anak punya keunikan. Pertumbuhan setiap anak di setiap bidangnya beda.

Malamnya ketemu teman-teman FESIM di McD West Mall. Just ngobrol-ngobrol sambil kenalan. FESIM ini kalau di Indonesia Perkantas-nya. Good. Saya sangat appreciate teman-teman yang mau meluangkan waktu dan tenaga untuk ambil bagian dalam pelayanan mahasiswa. Bagaimanapun mahasiswa punya "posisi kunci" di masa depan. Mereka butuh bekal bukan hanya intelektual, tapi juga spiritual. Pembekalan spritual ini menurut saya seharusnya tanggung jawab gereja, cuma susahnya gereja kristen sudah terlalu sektarianistis. Jadi malah ga bisa garap "ladang" bersama :(.

Wednesday, October 11, 2006

Wednesday's Games Idea - 19


Mesin Manusia


Jumlah peserta : kelompok sedang sampai besar. Dibagi dalam kelompok-kelompok berjumlah sama beranggotakan 5-10 orang
Waktu yang dibutuhkan : 15-30 menit
Aturan pemainan:
Bagi peserta ke dalam beberapa kelompok. Mintalah mereka untuk mendiskusikan sejenak sebuah desain mesin. Tentukan tema mesinnya. Misalnya, mesin transportasi (mobil, sepeda, motor, pesawat, kereta api, kapal,dll), mesin telekomunikasi (telpon, handphone, radio, televisi,dll). Mintalah mereka membagi setiap anggota kelompok untuk menjadi salah satu komponen mesin tersebut. Setelah itu setiap kelompok harus mempresentasikan mesinnya dan cara kerja mesin itu.
Tujuan permainan :
Dalam kerjasama tim, setiap anggota punya peran, kontribusi dan fungsi masing-masing. Nggak ada yang bisa menganggap yang satu lebih penting dari yang lain. Untuk mencapai tujuan. Untuk hasil terbaik. Semua anggota harus sama terlibat. Memberi yang terbaik sesuai fungsi dan talentanya.

Catatan Harian

Day - 173

Selasa, 10 Oktober 2006 -- Di gereja ga ada acara khusus. Pagi sampai agak sore di kantor. Ngetik. Ada beberapa artikel yang harus ditulis buat buletin gereja. Di sini tuh ada banyak buletin: Komisi Pemuda, Komisi Remaja, Komisi Wanita, Komisi Anak, Maria Martha. Saya sih punya mimpi. Kelak buletin-buletin itu jadi satu: "Buletin Keluarga GPBB". Dan dibikin bagus sekalian. Sesuai dengan "motto" GPBB "Our Home Church".

Saya koq belum pernah ngelihat majalah Kristen yang bagus gitu. Baik tampilannya, mau pun isinya. Tampilannya enak dilihat. Elagan. Ga usah harus mewah. Tata letak dan ilustrasi di dalamnya oke. Isinya ga campur aduk; berita, resep masakan, artikel "berat", kesaksian dukun yang "bertobat", dsb. Pokoknya seperti motto Majalah Tempo. Enak dibaca dan perlu. Untuk kategori majalah berita, Majalah Berita Oikumene terbitan PGI sebetulnya bisa dikembangkan lebih baik. Untuk kategori majalah populer, saya ga tahu mana yang "menjanjikan".

Yang rasanya "potensial" tuh bikin majalah media kawasan yang "bernapas" kristiani gitu. Di perumahan-perumahan besar biasanya kan ada majalah seputar perumahan ybs. Kayak di Kelapa Gading ada Info Gading, Famili Gading, Info Kelapa Gading, dsb. Isinya selain informasi berita, juga artikel-artikel ringan. Rasanya belum ada yang "bernapas kristiani". Di Kelapa Gading bisa sangat "menjanjikan" tuh. Sebab konon kan di sana ada 102 gereja :).

Sore bersama Dewi, Kezia dan Karen ke Hotel Hyatt di Scott Road. Ketemu teman dari Jakarta yang lagi ke sini. Saya titip sesuatu. Terus ke Hotel Phoenix di Orchad Road ketemu teman lain dari Jakarta juga. Kedua teman panya "cerita" berbeda. Yang satu bilang, sekarang dari Cengkareng ke luar negeri ga boleh bawa buah-buahan. Teman yang lain bilang, ia malah bawa banyak buah-buahan. Saya percaya pada keduanya :). Di Indonesia banyak "wilayah abu-abu". Hehehe.

Tuesday, October 10, 2006

Tuesday's Song - 23

Dia Hanya Sejauh Doa
Penyanyi : Nikita


Bila kau rasa gelisah di hatimu
Bila kelam kabut tak menentu hidupmu
Ingat masih ada seorang penolong bagimu
Yesus tak pernah jauh darimu

Bila cobaan menggodai hatimu
Bila sengsara menimpa keadaanmu
Ingat Yesus takkan pernah jauh darimu
Dia selalu pedulikan kamu

Reff:
Berseru memanggil namaNYA
Berdoa Diakan segera menghampiri dirimu
Percaya Dia tak jauh darimu
Dia hanya sejauh doa

Renungan :
Di dalam pusaran duka. Di antara himpitan cobaan. Dan di tengah derasnya gundah. Jangan kecil hati. DIA nggak pernah jauh dari kita. Berpalinglah kepada-Nya kita akan merasakan keteduhan. Kita nggak pernah berjalan sendirian. Ada kasih sejati yang DIA tawarkan. Dengan cara-Nya, pada saat-Nya, DIA nggak pernah terlambat "hadir".

Catatan Harian

Day - 174

Senin, 9 Oktober 2006 -- Kemarin malam saya dapat SMS ini dari seorang teman pemuda: "......., khususnya pagi ini saya dikasih semangat yang dibutuhkan dengan sangat tak terduga dan unik untuk menjalani hari yang panjang dan cukup melelahkan secara fisik maupun mental melalui sambutaan dan jabat tangan yang bapak beri. Makasih ya, Pak." Kadang perhatian kecil diberikan pada saat yang tepat, pada orang yang tepat, dengan cara yang tepat bisa berarti sangat besar. Nggak ada hal baik yang nggak bisa kita berikan kepada orang lain. Mungkin senyum. Mungkin sapaan hangat. Teman, terima kasih kamu sudah berterima kasih untuk sesuatu yang kecil, yang saya lakukan.

Jam 7.30-an antar saudara ke Raffles Hospital. Maminya habis operasi karena ada pengapuran di lutut. Pagi-pagi jam berangkat kerja begitu, naik MRT minta ampun deh. Sampai dua MRT lewat penuh banget. Ga bisa masuk. Baru MRT ketiga bisa naik. Itu pun umpel-umpelan. Di sini untung kondisi MRT-nya bagus. Bersih. Ber-AC pula. Saya ga bisa bayangin orang-orang yang setiap hari naik KRL di Jakarta dengan kondisi yang sangat jauh dari bagus.

Saya melihat wanita yang lagi hamil besar naik MRT. Kayaknya sih mau ngantor. Hal serupa pasti terjadi juga di Jakarta. Ya, ampun. Betapa beratnya jadi wanita seperti ia. Hamil tua. Masih berangkat bekerja. Naik kendaraan umum desak-desakan. Duh. Di Alkitab dikisahkan akibat dosa wanita harus nanggung kutuk sakit waktu melahirkan. Sedang laki-laki harus bekerja keras. Zaman sekarang wanita rupanya ga hanya sakit waktu melahirkan, tapi juga ikut kerja keras. Apa ini tanda sebagian kutuk laki-laki ditanggung wanita? :). Hormat saya untuk para wanita pekerja keras.

Siang sepupu dan maminya terus kembali ke Jakarta. Saya ga antar ke Changi. Mereka sudah biasa di sini. Saya terus pulang. Ga kemana-mana lagi. Dewi ada acara Komisi Wanita. Saya tunggu Kezia dan Karen pulang sekolah. Agak sore ada teman dari Jakarta datang ke rumah. Ia dan istrinya pas dolan di Singapore. Dulu pertama kali saya ke Singapore ia yang ngajak :). Kita janjian ketemu lagi besok sore. Malamnya ada Family Fellowship di daerah Thompson. Pulang hampir jam 10.30 pm.

Monday, October 09, 2006

I Like Monday - 06


Inspiring Singapore :
Art Therapy


Sebuah pameran karya seni lukis berlangsung di Mount Elizabeth Hospital hingga akhir Oktober 2006. Pesertanya 20 pelukis. Kesemuanya adalah mereka yang sedang dalam proses perawatan karena gangguan kejiwaan. Dengan melukis, mereka bisa mengungkapkan beban kejiwaan yang selama ini terpendam dan tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Masalah kejiwaan sering disebabkan karena ketidakmampuan seseorang untuk membagikan apa yang membebani hati dan pikirannya kepada orang lain. Lukisan dianggap sarana alternatif untuk mengekpresikan perasaan seseorang. Seorang psikiater dari Mount Elizabeth mengatakan bahwa dengan melukis memungkinkan seseorang untuk "melihat" masalah yang dihadapinya dan bukan "memikirkannya". Visualisasi masalah ini akan membuka sampai ke hal-hal yang selama ini mungkin ditutupi seseorang. Art therapy dianggap sebagai salah satu alternatif kesembuhan bagi jiwa seseorang. Dengan mengekspresikan perasaan melalui seni, seseorang akan lebih mudah mengenali kekuatan diri yang dimilikinya. Seni dapat menyembuhkan hati dan jiwa. *Tekanan hidup kerap begitu kuat mencengkeram. Kepedihan, kekecewaan, frustasi, cobaan yang beruntun. Dalam situasi demikian, telinga yang mendengar, pundak tempat berbagi air mata, hati yang bersimpati dan berempati bisa menjadi penyejuk bahkan "obat" yang sangat mujarab. Sayang yang kerap diterima adalah: pandangan yang menghakimi, cemoohan, atau bahkan gugatan terhadap iman. Semoga kita dapat menjadi kanvas bagi lukisan hati seseorang. Dengan pena sebuah senyum, tepukan penyemangat, pujian sederhana, pelukan hangat, atau sebuah pertanyaan ringan. Sesuatu yang akan "terdengar" bagi mereka: "You'll never walk alone, since you'll always have me".

*(Sumber berita : Channel News Asia/Yahoo Singapore)

Catatan Harian

Day - 175

Minggu, 8 Oktober 2006 -- Pagi ke gereja. Ga ada tugas khusus. Ikut nyambut jemaat. Konon saya di sini sekarang sudah lebih "enak". Dulu katanya, para "pendahulu" saya setiap minggu mesti pula ikut nyiapin warta jemaat dan buku nyanyian. Semoga saya dapat memberi sumbangsih positif buat "penerus" saya kelak. Sehingga mereka pun bisa mendengar ungkapan ini, "Sekarang sih sudah lebih enak-lah!" Walau saya sadar betul, setiap konteks, setiap zaman, pasti punya "tantangannya" sendiri. Dan setiap orang punya "keunikan" sendiri.

Setelah kebaktian, ikut persekutuan doa pelaut. Kita sharing. Seperti dengan teman-teman Maria Martha, saya juga bersimpati dengan teman-teman pelaut. Sangat ga gampang loh "perjuangan" mereka "menopang hidup". Di dalam komunitas-komunitas seperti itu ga jarang saya menemukan "pahlawan kehidupan yang sebenarnya".

Terus rapat dengan Komisi Keluarga Muda. Di sini tuh waktu dan tempat menjadi salah satu kendala. Jadi biasa deh "kejar-kejaran" :). Terus ke GPO. Nebeng teman. Pimpin kebaktian remaja. Yang bagus, setelah kebaktian para petugas kebaktian hari itu saling mengevaluasi. Pendetanya juga diberi masukan. Good. Sangat jarang gereja melakukan hal ini. Seingat saya cuma GKI Serpong. Padahal "tradisi" yang bagus tuh.

Di GPO ketemu beberapa teman dari Jakarta. Singapore tuh emang "deket" sih :). Tapi ga bisa lama-lama. Harus ikut Family Fellowship di Clementi. Naik taxi. Sempet ngobrol dengan sopir taxi. Ia bilang, sehari kerja 16 jam dan ga ada liburnya. Waktu saya tanya apa ia ga butuh waktu libur atau bersantai dengan keluarga? Ia cuma angkat bahu dan "mencibir", seolah mau bilang: "Habis gimana lagi?!" Saya suka heran melihat orang yang seolah menjadi "robot" dari sebuah mesin yang bernama kehidupan. Poorest.

Sunday, October 08, 2006

Sunny Sunday - 04

Indonesia Plus
Prestasi Dalam Sepi

Sejak Taman Kanak-Kanak hingga kuliah, ia selalu berhasil meraih peringkat teratas di kelasnya. Di SMA berbagai kegiatan ekstra kurikuler diikutinya. Mulai dari les bahasa Inggris, matematika, kimia, renang, tenis sampai marching band. Prestasi terbaik di bidang ekskul berhasil dicatatnya ketika menjadi mayoret trebaik dalam Festival Drum Band se Jawa Barat. Bahkan ketika menyelesaikan studinya di jurusan teknik arsitektur dalam waktu 4,5 tahun, ia mendapat predikat sebagai wisudawan terbaik. Sebagai hadiahnya, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang S2. Program S2 Institut Teknologi Bandung jurusan Desain Interior berhasil diselesaikannya dengan tesis berjudul Rumah Adat Mandailing di Sumatera Utara. Sebuah prestasi yang luar biasa telah diukir oleh Rachmita Maun Harahap, M.Sn. Wanita kelahiran Padang Sidempuan. Yang membuat itu menjadi prestasi yang membanggakan karena diukir oleh seorang penyandang tunarungu dan tunawicara. Berbagai tantangan berhasil ia lalui, sekarang ia menjadi pendiri Yayasan Tunarungu Sehjira (sehat jiwa raga). Untuk membantu anak tunarungu yang tidak mampu, dan yang kesulitan mendapat pekerjaan. (Taken from Femina magazine)

Ayah’s Plus Point :
Meratapi keadaan diri nggak akan produktif. Apalagi menyerah dengan keadaan dan takut menghadapi tantangan. Fisik bukan menjadi batas prestasi seseorang. Orang sukses adalah ketika ia nggak menyerah pada keadaan Senantiasa punya keinginan untuk maju. Karena orang yang nggak mau maju artinya ia sedang mundur.

Catatan Harian

Day - 176

Sabtu, 7 Oktober 2006 -- Pagi ke gereja. Persiapan kebaktian pernikahan. Rasanya koq jadi banyak yang harus disiapkan. Kalao di Jakarta kan biasanya tahu pimpin gitu. Semua ada yang nyiapin. Dan sudah standar-lah. Di sini banyak yang saya harus perhatiin sampai ke "detail". Mana diterjemahkan pula :). Yang datang ga semua orang Indonesia sih. Banyak orang sini juga. Jadi kebaktiannya pakai dua bahasa. Indonesia dan Inggris.

Di Indonesia beberapa kali saya pimpin khotbah diterjemahin. Ke bahasa Mandarin sih. Tapi tetap saja agak "kagok". Jadi belepotan juga :). Saya kan kalau siapin khotbah biasanya hanya outline. Jadi kerap banyak improvisasi gitu. Tadi sempet tuh saya ngomong kepanjangan. Penterjemah minta diulangi. Tapi saya sudah terlanjur "lupa" yang barusan dikatakan :). Pengalaman pertama selalu menggoda hehehe. Menggoda tawa maksudnya kalau diingat.

Sore pimpin katekisasi. Kelas katekisasi ini pimpin gantian sama teman. Hari ini giliran saya. Terus ikut ceramah "Yoga ala Kristen". Berkenaan dengan meditasi Kristen. Yang datang kebanyakan pemuda karena acara memang di gabung dengan pesekutuan pemuda. Interesan juga. Saya baru "ngeh" arti kata amusement. Itu katanya dari kata "muse" berpikir atau merenung secara mendalam. Jadi amusement tuh "ga mikir". Seingat saya amusement itu tempat main ding dong:) Dulu waktu kuliah kalau stres suka tuh sama teman-teman main ding dong. Sekadar iseng. Sekarang dipikir bodoh juga. Apa menariknya?!

Malam sepupu telepon. Ga sangka juga. Belasan tahun kali ga ketemu. Ia lagi di sini. Maminya baru operasi. Saya juga kaget. Ia juga katanya baru tahu saya di sini. Ia jadi nginep di rumah. Kebetulan baru tadi pagi famili yang nginep kemarin pulang. Semoga saja tempat saya nih jadi tempat bertemu banyak orang. Saya sih senang kalau ada yang nginep. Btw, di sini asap sangat mengganggu nih. Kata teman yang udah lama di sini, ganguan asap akibat kebakaran hutan di Indonesia kali ini termasuk yang paling parah.

Saturday, October 07, 2006

Renungan Sabtu - 21


Ikan


Saya senang melihat ikan. Rasanya teduh sekali – juga asyik – melihat ikan-ikan berkeriapan di kolam atau di akuarium. Pernah saya bermimpi – cuma bermimpi – punya rumah yang dibangun di atas kolam ikan. Lantainya dari kaca tebal, jadi bisa melihat ikan-ikan di bawah. Lalu di salah satu dinding ada akuarium besar sekali, dengan ikan-ikan beraneka jenis.

Tetapi kalau melihat ikan-ikan berenang kesana-kemari dengan tenangnya; dari ruang tamu ke kamar tidur, terus ke ruang makan – sedang sekeliling remang-remang, bau, dan berantakan – hati saya sedih juga. Baru pertama kali ini saya mengalami kena banjir. Air masuk rumah selutut lebih. Di jalanan sekitar rumah lebih parah lagi. Bagai kolam raksasa.

Segala sesuatu – betapa pun itu baik – kalau tidak berada di tempat yang tepat, pada saat yang tepat, memang akan tidak baik juga jadinya.
Maka, kalau kita punya niat baik – dalam hal apa saja – perhatikan juga cara kita menyampaikannya, waktunya, tempatnya; sudah tepat belum?! Jangan sampai kita ditolak bukan karena apa yang kita tawarkan, tetapi cara kita menawarkan yang tidak bijak. Bisa-bisa malah jadi blunder. Merugikan. ‘Kan sayang.

Dari Buku Tragedi dan Komedi - Ayub Yahya, diterbitkan oleh Grasindo

Catatan Harian

Day - 177

Jumat, 6 Oktober 2006 -- Di sini kerasa nih efek kebakaran hutan di Riau. Udara agak berasap. Saya inget dulu sekali dengan teman yang pernah lama tinggal di Batam cerita-cerita tentang Singapore. Ada joke tentang Singapore dan Indonesia. Konon Singapore tuh punya persenjataan militer yang canggih. Sudah siap kalo sampe terjadi sesuatu dengan negaranya. Tapi, kalo Indonesia mau "nyusahin" Singapore tuh sebetulnya "gampang". Bakar saja hutan yang dekat dengan Singapore. Mereka ga bisa menangkal asap asal Indonesia :).

Pagi seperti biasa ngantor. Masih "mellow" nih dengan Indonesia. Saya bawa-bawa MP3 setel lagu-lagu Indonesia. Saya tuh sebetulnya sudah lama ga akrab dengan lagu-lagu Indonesia. Saya ga tahu misalnya Jikustik, Radja, Ratu, Rossa, Ari Lasso. Justru sejak di sini saya jadi akrab dengan lagu-lagu mereka. Ada teman yang kasih lagu-lagu MP3. Yang “terpaksa” saya dengar kalau lagi ingat Indonesia. Lama-lama saya jadi suka juga. Hehehe.

Malam berdua teman pimpin kelas Binaria. Ini pertemuan terakhir. Jadi sekalian bahas prosedur kalau mau menikah di sini, sekaligus juga evaluasi. Prosedur menikah di sini dengan di Indonesia tentu saja beda banget. Saya juga jadi belajar dari penjelasan yang disampaikan teman. Tapi saya tuh paling susah nih ngapalin yang namanya prosedur. Biasanya akan "nempel" sendiri seiring pengalaman.

Sama juga misalnya dengan komputer. Saya bisa “hapal” dengan program microsoft word. Karena sering “pakai”. Bisa karena biasa. Tapi sekarang kalau saya disuruh pakai microsoft excel misalnya. Walau pernah diajarin. Sampai dicatat langkah-langkahnya dengan detil. Ga bisa tuh. Karena ga pernah dipakai :). Tipe orang belajar lain-lain. Saya mungkin termasuk yang motorik. Ada yang tipenya visual dan hearing.