Saturday, March 31, 2007

Renungan Sabtu - 40


Elite



Elite adalah sebuah predikat, untuk menyebut orang-orang pilihan, golongan kelas atas, kaum terkemuka. Singkat kata, elite adalah mereka yang mumpuni di bidangnya; lebih dari sekadar orang biasa. Tetapi pengertian tersebut serta merta menjadi “kacau” (tidak relevan) bila dikenakan kepada para politikus di negeri kita. Mereka yang disebut, atau bahkan yang menamakan dirinya elite politik itu, ternyata lebih banyak yang tidak berlaku sebagai elite.

Bayangkan, di tengah persoalan bangsa yang begitu besar; pertikaian dan tindak kekerasan antar kelompok masyarakat, ancaman disintegrasi bangsa, krisis ekonomi yang berkepanjangan, belum terselesaikannya secara hukum kasus-kasus korupsi dan kriminal lainnya di masa lalu; mereka malah bertengkar soal jabatan, soal bagaimana mengganti presiden yang usianya belum dua tahun itu.

Yang menggelikan, dan tanpa malu-malu, dulu mereka yang mengojok-ojok Gus Dur menjadi presiden, dan menjegal Mbak Megawati memperoleh haknya sebagai calon presiden dari partai pemenang Pemilu. Berbagai alasan dikemukakan; dari yang katanya menurut agama wanita tidak boleh menjadi presiden, sampai yang katanya kemampuan Mbak Mega meragukan. Kini mereka-mereka juga yang mati-matian hendak menggusur Gus Dur, dan mengojok-ojok Mbak Mega menjadi presiden. Berbagai alasan pula yang dikemukakan; dari yang katanya dalam keadaan mendesak wanita boleh saja menjadi presiden, sampai yang katanya Mbak Mega sekarang sudah mampu memimpin bangsa ini dan lagi partainya Mbak Mega itu ‘kan pemenang pemilu.

Aneh, tetapi nyata. Padahal jelas mereka itu bukan orang-orang bodoh; ada yang sekian lama berkecimpung dalam dunia politik, bahkan ada yang profesor doktor. Tetapi lah, kok begitu kelakuannya? Sepertinya tidak ada cara lain yang lebih cerdas yang bisa mereka lakukan. Kalaulah kinerja Gus Dur amburadul, mereka yang dulu mengusung Gus Dur menjadi presiden harusnya ikut pula bertanggung jawab. Dan sebagai wujud pertanggungjawaban kepada kepada rakyat, akan sangat terhormat kalau mereka mundur dari dari jabatannya. Kalau mau bertarung, bertarunglah secara ksatria dalam Pemilu yang akan datang; bukan sekarang. Tetapi karena dasarnya memang mau jabatan, mana rela mereka mundur.

Begitulah kalau ambisi sudah menjadi tuan; maka nurani dan akal sehat menjadi tidak berfungsi. Bahkan agama dijadikan sebagai “kuda tunggangan” untuk merebut dan memuaskan napsu kekuasaan. Lupa, betapa rapuhnya kekuasaan yang didirikan di atas alas penghalalan segala cara.

Dari Buku Potret Diri Tanpa Bingkai - Ayub Yahya, diterbitkan oleh Gloria Graffa

Friday, March 30, 2007

Catatan Harian

Day - 02

Jumat, 30 Maret 2007 -- Baca di situs berita. Chrisye meninggal dunia. Kanker paru-paru. Ia menderita penyakit itu sejak 2005. Selain Ebiet G. Ade, saya suka Chrisye. Lagu Ebiet sarat perenungan. Lagu Chrisye ringan dan "natural". Saya suka lagu Chrisye yang melankolis. Kayak Sabda Alam, Merpati Putih, Badai Pasti Berlalu, Lilin-lilin Kecil dan Malam Pertama.

Chrisye tuh penyanyi yang benar-benar penyanyi. Ia menjadi peyanyi karena memang bisa nyanyi. Bukan karena tampang. Atau "aji mumpung". Ia menapak dari bawah. Awal karirnya dari bassist band Gypsi. Lagu "Lilin-Lilin Kecil" yang dibawakannya pada Lomba Cipta Lagu Remaja 1977 membuat namanya kemudian menjulang. Sampai sekarang sudah belasan album dirilisnya.

Di bidang musik ia adalah legenda. Mampu bertahan di multi generasi. Ga terlibas penyanyi angkatan baru. Pernah merambah ke berbagai jenis lagu. Berbagai genre musik. Keroncong, dangdut, rock, blues, bahkan rap. Ia pun ga sungkan ber-kolaborasi dengan musisi atau penyanyi pendatang baru. Begitulah orang yang sudah mencapai taraf "suhu". Bidang apa saja. Makin "rendah hati". Kayak padi. Makin berisi makin merunduk.

Sempat baca petikan biografinya di imel. Chrisye: Sebuah Memoar Musikal. Rupanya ia pun pernah "bergulat" dengan kecinaannya. Mirip dengan saya :). Dalam prolog-nya, ia menulis: "Kesabaran, keseriusan, dan tanggung jawab adalah modal yang sangat absolut agar dunia apapun yang kita pijak menjadi tak sia-sia." Good. Siang bareng Karen ke library. Dewi ada acara di gereja. Kita terus janjian ketemu di West Mall sorenya.

Friday's Joke - 36


Cocok


Setelah selesai kebaktian minggu, seorang Bapak menghampiri Pendeta yang memimpin kebaktian. Ia berkata, “Pak Pendeta, khotbah Bapak tadi sangat istimewa. Semua yang Bapak katakan dan sampaikan dalam khotbah tadi sangat cocok bagi orang-orang yang saya kenal.”

Ayah's Quote:
Ketika menyangkut orang lain, terasa lebih mudah terlihat. Lebih ringan terasa.

Thursday, March 29, 2007

Catatan Harian

Day - 03

Kamis, 29 Maret 2007 -- Siang kunjungan ke teman-teman pemuda yang bekerja di sekitar daerah Tanjong Pagar. Kunjungan kolektif. Ngobrol ringan sambil lunch. Makan kepala ikan kari. Enak sih. Saya baru pertama kali ke situ. Ini "untungnya" kunjungan-kunjungan gitu, jadi tahu tempat-tempat yang "oke". Lumayan bisa jadi referensi kalau ada tamu. Hehehe.

Kita sempat obrolin berita yang lagi "in" di Indonesia. Soal laptop anggota DPR. Di beberapa milis, itu jadi topik dagelan paling "ga lucu". 550 anggota DPR mau dibeliin laptop. Harga per biji 22 juta rupiah. Sigh. Dananya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN). Sigh. Alasannya untuk meningkatkan kinerja para wakil rakyat. Sigh.

Indonesia rupanya ga pernah kekurangan dengan berita macam begini. Sigh. Ada-ada saja. Bener-bener ga punya sense of crisis. Sudah tahu kondisi masyarakat lagi terpuruk. Beras mahal. Elpiji langka. Listrik byar pett. Belum berbagai musibah. Lha koq ngurusin laptop. Sigh. Mungkin hanya di dunia politik kali ya, di mana wakil tuh lebih memiliki privilege daripada yang diwakilinya. Dan herannya bisa enjoy tanpa rasa malu.

Sebetulnya aneh loh. Indonesia kan terkenal negara dengan "budaya rasa" yang sangat besar. Ada pepatah jawa yang terkenal: ojo rumongso iso, iso rumongso. Jangan merasa bisa, tapi bisalah merasa. Tapi mungkin saja di dunia politik orang terbiasa kebal dengan rasa malu. Sigh. Malam diajak teman makan di Hard Rock Café. Ga beda jauhlah dengan Hard Rock Café di Jakarta. Kalau di suruh milih, enakan kepala ikan yang tadi siang deh :).

Catatan Harian

Day - 04

Rabu, 28 Maret 2007 -- Siang teman dari Jakarta datang. Lagi tugas kantor di sini. Nginep di rumah. Ia ga dapet hotel. Di Singapore dulu susah cari hotel kalau pas lagi liburan. Sekarang hampir tiap waktu susah. Apalagi kalau lagi ada acara berskala internasional. Fully booked-lah. Akhir-akhir ini Singapore emang lagi gencar promosi sebagai negara MICE. Meeting, Incentive Travel, Conventions and Exhibitions.

Malam ada rapat majelis. Mulai 19.30. Selesai kurang dari 21.30. "Record". Biasanya selesai diatas jam 22.00. Pas agenda rapatnya ga banyak. Di sini rapat segitu sudah termasuk lama. Jadi ingat waktu di Jakarta. Kalau rapat majelis bisa seharian. Pagi sampai sore. Siang sampai malam. Melelahkan. Akhirnya orang pun malas ikut rapat. Kalau disurvei, kegiatan apa yang paling membosankan di kemajelisan. Ga heran jawabannya: rapat.

Saya perhatikan di banyak gereja, rapat majelis tuh sulit banget berjalan efektif dan efisien. Mesti deh "lelet" dan "molor". Beberapa kendala. Pembicaraan ngelantur kemana-mana. Pemimpin rapat terbawa ke sana ke mari. Ngomongin hal-hal teknis. Ga ada pendelegasian wewenang yang tegas. Jadinya yang mboten-mboten dibicarain. Panjang lebar hasilnya nihil. Kesannya, apa yang bisa dipersulit ngapain dipermudah :).

Kendala lain. Peserta rapat ga baca risalah. Datang rapat dengan ga tahu apa-apa. Sudah gitu ga fokus pula ke rapat. Ngobrol sendiri. Yang cilaka kalau ada yang ga datang di rapat sebelumnya lalu "ngotot". Ga ada file yang rapih mengenai keputusan strategis yang sudah diambil. Sehingga ga jarang apa yang sudah diputuskan dulu, dibahas lagi. Dan banyak lagi :). Intinya perlu "etika" rapat yang jelas. Disertai komitmen yang tegas.

Wednesday, March 28, 2007

Wednesday's Games Idea - 35


Lempar Telur


Jumlah Peserta : Kelompok kecil sampai sedang
Waktu yang dibutuhkan : 15 – 30 menit
Alat yang dibutuhkan : Telur rebus atau telur plastik
Aturan Permainan :
Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok. Sebaiknya berjumlah genap. Tentukan batas start dan finish. Jangan terlalu dekat. Kemudian, mintalah setiap anggota kelompok untuk membentuk barisan berjarak kurang lebih 2 meter. Berikan telur kepada anggota kelompok yang berdiri di garis start. Ia harus melemparkan telur kepada temannya yang kemudian harus menangkap telur tersebut. Setelah menangkap telur, ia harus mundur ke belakang tiga langkah. Kemudian melemparkan lagi kepada teman selanjutnya. Yang menangkap pun kemudian harus mundur tiga langkah. Begitu seterusnya. Kalau sampai anggota terakhir ternyata belum juga sampai finish, maka anggota pertama bisa bergabung kembali. Pemenang adalah kelompok yang lebih dahulu mencapai garis finish dengan telur yang masih utuh.
Tujuan Permainan :
Tanggung jawab seberat apapun akan lebih mudah jika semua anggota mau memikulnya bersama-sama. Benar. Tapi untuk mencapai keberhasilan, kemauan untuk menanggung bersama kadang tidak cukup. Dibutuhkan juga kemampuan.

Tuesday, March 27, 2007

Catatan Harian

Day - 05

Selasa, 27 Maret 2007 -- Pagi ke Gleneagle. Biasa, nengok yang sakit. Terus ke kantor. Ada beberapa hal yang harus diberesin. Pulang agak siang. Mau nonton The Phantom of The Opera di Esplanade. Bareng teman-teman. Kezia dan Karen dititip ke teman. Saya baru pertama kali masuk Esplanade. Bagus sekali. Ini baru gedung teater. Tata ruang dan akustiknya sangat oke. Seniman Indonesia pasti iri ngelihat Esplanade :).

The Phantom of the Opera diangkat dari novel klasik karangan penulis Perancis Gaston Leroux tahun 1909. Le Fantôme de l’Opéra. Sudah berkali-kali diangkat ke layar lebar dan panggung teater. Yang paling fenomenal karya Andrew Lloyd Webber. Tahun 1986. Itu jadi pertunjukan teater Broadway terpanjang sepanjang sejarah. Konon sampai 9 Januari 2006, sudah dipentaskan sebanyak 7.486 kali. Dan masih terus dipentaskan sampai sekarang. Gile. Gile.

Sebuah karya seni disebut besar kalau terbukti mampu bertahan lama dalam sejarah. Dan akan menjadi pertunjukkan yang sempurna bila secara serius terus dikembangkan. Tentunya dengan didukung banyak aspek. Musik dan pemain berbakat. Lighting yang sempurna. Tata suara yang prima. Juga kemasan teknik pertunjukan yang oke. Semua aspek itu bahu membahu menyajikan sebuah pertunjukkan spektakuler. The Phantom punya semua kelengkapan itu.

Banyak juga orang Indonesia yang sengaja datang ke sini khusus buat nonton. Saya sih cuma beruntunglah karena pas ada di sini. Kalau lagi ada di Indonesia mana mungkin saya sampai sengaja datang nonton ke sini. Ga ku-ku deh. Tapi dengan semua sajian sempurna tadi, rasanya benar-benar ga rugi nonton. Jadi wajar saja kalo di akhir pertunjukan penonton memberi tepuk tangan panjang. Good. Good. Good.

Tuesday's Song - 40

Learn To Be Lonely -
(OST The Phantom of The Opera)
Performed by Minnie Driver


Child of the wilderness
Born into emptiness
Learn to be lonely
Learn to find your way in darkness

Who will be there for you
Comfort and care for you
Learn to be lonely
Learn to be your one companion

Never dreamed out in the world
There are arms to hold you
You've always known
Your heart was on its own

So laugh in your loneliness
Child of the wilderness
Learn to be lonely
Learn how to love life that is lived alone

Learn to be lonely
Life can be lived
Life can be loved
Alone

Renungan :
Benar kita butuh orang lain dalam hidup ini. Tapi ga kemudian membuat kita menjadi sangat tergantung kepada orang lain. Sesekali perlu kita belajar, untuk hidup "sendiri". Mandiri dan tetap tegar. Karena walau bagaimanapun hidup ini tergantung pilihan kita. Finally all by yourself. So be strong.

Catatan Harian

Day - 06

Senin, 26 Maret 2007 -- Kalau lagi luang, saya paling senang baca-baca catatan harian yang dulu-dulu. Terutama waktu kuliah di Jojga. Saat lagi culun-culunnya :). Ga rutin nulis sih. Tapi cukuplah untuk membuat pikiran bisa “membayangkan” kembali masa itu. Lalu ingat lagi. Dulu saya pernah begini. Pernah begitu. Pernah ke sana. Pernah ke sini. Jadi kayak nonton film tentang diri sendiri. Hehehe.

Ada senang. Ada sedih. Ada lucu. Ada juga konyol. Sampai geleng-geleng sendiri. Ckckck. Bagi saya masa kuliah 5 tahun di jogja adalah masa yang paling saya "kenang". Walau waktu ngejalaninya “berontak-berontak” jugalah. Ga terima gitu. Jengkel. Marah. Kesal. Kenapa saya “dicemplungin” di sana. Di tempat yang justru pengen saya jauhi. Tapi mau “mengelak” juga ga berdaya. Ngosh.

Setelah semuanya jadi masa lalu, barulah saya bisa ngelihat “indahnya”. Cuma ya, nyesel juga kenapa dulu itu saya terus “berontak”. Lelah sendiri. Banyak membuang energi yang ga perlu pula. Andai saya jalani sajalah dengan legowo. Just mengalir. Toh kenyataan ga bisa diubah. Pasti akan lebih produktif . Kayak Yunus di Alkitab. Ga perlu harus dimakan ikan dulu gitu. Akhirnya ke Niniwe juga kan. Misteri "panggilan".

Pagi-pagi pas Kezia mau pergi sekolah hujan tahu-tahu turun. Deras. Brrrr. Tapi cuma sebentar. Selanjutnya cerah. Ga kemana-mana. Agak ga enak badan juga nih. Biasa penyakit Senin :). Dapat SMS dari penerbit. Buku Ngejomblo Itu Nikmat mau cetak ulang ke-6. Good. Dari laporan penerbit buku itu pernah laku 1700 biji sebulan. Good. Malam main ping pong sama teman-teman gereja..

Monday, March 26, 2007

I Like Monday - 25


Inspiring Singapore
Tatoo Removal


Di Tanjong Pagar GRC dilakukan sebuah program untuk masyarakatnya. Salah satu bagian di daerah itu termasuk daerah “kumuh”nya Singapore. Banyak dihuni oleh para pengangguran. Atau pekerja serabutan. Bahkan tidak sedikit yang pernah menjadi narapidana. Sebagian besar dari mereka memiliki tatoo. Sebagai bagian dari masa lalu mereka. Banyak yang kemudian ingin bekerja baik-baik. Tapi ternyata dalam perjalanannya, tatoo ini membuat mereka kehilangan peluang untuk bekerja. Sementara biaya untuk menghilangkan tatoo ini lumayan mahal. Satu tatoo Sing$700. Maka dirintislah program bantuan untuk mereka. Tatoo Removal. Gratis. Diharapkan dengan begitu mereka akan lebih mampu memanfaatkan peluang kerja yang ada. Selain itu, program bantuan dilakukan juga untuk pendampingan anak-anak mereka. Melibatkan Civil Defence Force. Supaya anak-anak punya role model yang baik. Dan bisa menatap masa depan dengan optimis. Walaupun tinggal di lingkungan yang keras.* Semua orang punya masa lalu. Tidak sedikit yang menyesali keputusan atau pilihannya di masa lalu tersebut. Apalagi jika sebagian besar pilihan itu diambil tanpa pikir panjang. Hanya emosi sesaat. Tapi bukan berarti tidak ada kesempatan untuk memperbaiki. Masa lalu adalah guru. Darinya kita belajar dan berkaca. Supaya kelak di masa kini dan masa depan. Tak dilakukan kesalahan yang sama.

*sumber : Yahoo Singapore/Channel News Asia

Sunday, March 25, 2007

Catatan Harian

Day - 07

Minggu, 25 Maret 2007 -- Pagi pimpin kebaktian remaja GPBB. Komisi Remaja terbitin catatan ringkasan khotbah dalam bentuk komik. Dibagikan ke semua remaja. Good. Kreatif. Dulu komik identik dengan cerita fiksi. Sekarang buku agama, buku filsafat, buku ilmu pengetahuan banyak yang dibikin dalam bentuk komik. Bahkan juga beberapa seri buku laris kayak Chicken Soup For The Soul dan Rich Dad Poor Dad.

Bagi sebagian orang dengan komik “info” jadi lebih dicerna. Lebih “nempel”. Mungkin bisa juga suatu saat Warta Jemaat dibikin komik. Biar menarik gitu. Bicara komik, waktu kecil saya suka Deni Manusia Ikan. Itu loh komik yang dimuat di majalah Bobo. Bersambung. Tapi ga ngikutin sampai selesai. Habis panjang. Ga tamat-tamat. Ga tau deh Deni sudah ketemu sama orang tuanya belum.

Komik terakhir yang suka suka tuh Kungfu Boy, Breakshot, dan Kobo Chan. Breakshot tokohnya sama dengan Kung Boy. Chinmi. Pengarangnya juga sama. Takeshi Maekawa. Seru ceritanya. Si Maekawa jago bener bikin penasaran. Kobo Chan saya malah punya koleksi CD-nya. Kezia dan Karen juga suka nonton. Lucu. Lucunya tuh cerdas gitu. Ga konyol. Komik Jepang atau Manga sempat booming di Indonesia.

Siang pimpin acara persekutuan Maria Marta. Sharing dan games. Lanjut lihat latihan drama musical Paskah. Masih kebayang mancing semalam . Kita semua dapat 3 ekor ikan. 20-an udang. Langsung dibakar. Makannya juga keroyokan. Di taruh di meja. Comotin pakai tangan. Cocol sambel. Tapi ya ampun, enak sekaleeee. Hehehe.

Sunny Sunday - 20


Indonesia Plus
Judul


Jadi Gembel. Itu pilihan Mustafa. Usianya 70 tahun. Tubuhnya kurus tapi liat. Bersama istrinya, Kadem mereka tinggal di kolong jembatan sungai Ciliwung di daerah Bukit Duri. Menempati rumah seadanya berukuran 3 x 3. Daerah kumuh dan becek. Mustafa bekerja sebagai tukang service jam tangan. Kadang juga nyambi jadi pemulung. Penghasilannya 25.000 sampai 300.000 seminggu. Tergantung. Asalnya dari Madura. Di tanah kelahirannya itu ia punya warisan tanah. Semua sudah dihibahkannya untuk dibangun madrasah dan mesjid. Ia juga tergolong jago service jam. Ketrampilannya ini membuatnya berkenalan dengan seorang pengacara kaya. Ia berhasil memperbaiki jam tangan milik pengacara itu. Konon buatan Swiss dan sudah dibawa kemana-mana tidak berhasil. Mustafa berhasil. Sejak saat itu hubungan mereka menjadi dekat. Bahkan kemudian diangkat saudara. Di kantong Mustafa ada handphone motorola pemberian sang pengacara. Sang pengacara berkali-kali minta mereka pindah ke salah satu rumahnya. Buat jagain. Mereka menolak. Alasannya, mereka tidak mau terima bantuan yang nantinya malah akan membelenggu kebebasan mereka.

Ayah's Plus Point:
Hidup ini penuh pilihan. Mau jadi apa kita, tergantung pilihan bijak kita. Semua pilihan pasti punya resiko. Tapi apapun pilihan kita. Dengarkan kata hati. Lakukan dengan bajik dan bijak. Dan melangkahlah dengan kepala tegak.

Catatan Harian

Day - 08

Sabtu, 24 Maret 2007 -- Teman di milis cybergki cerita, istrinya hamil anak ketiga. Padahal ia sudah cegah. Pakai IUD. Ia lagi studi di Amerika. Anaknya yang kedua baru 2 tahun. Tapi ternyata jebol. Kata ia, “Konon IUD tuh tingkat keberhasilanya 98.5. Tapi rupanya kami kebagian yang 1.5-nya.” :). Saya jadi teringat teman lain yang malah susah sekali punya anak. Sudah berjuang begitu rupa. Ga dapat-dapat.

Hidup ini memang penuh “ironi”. Yang pengen ga dapat. Yang ga pengen dapat. Yang “nahan-nahan” malah brojol. Yang kepengen-kepengen malah mampet. Lewat imel setengah becanda saya bilang ke ia: Tuhan rupanya suka “lelucon” ya :). Ia bales: Tapi kali ini becandanya agak kelewatan dan ndak lucu. Tapi mau protes saya was-was, ntar dikasih satu lagi kagak lucu beneran. Hehehe.

Saya imelin lagi ia: Jangan kecil hati, Bro. Sebab, rancangan-Ku, demikian firman Tuhan, bukan rancangan kecelakaan, tetapi rancangan damai sejahtera, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Tidak ada kehidupan diluar perkenan-nya, bukan? Kalau Dia mengijinkan sesuatu terjadi, pastilah Dia juga memberi kita kelengkapan untuk menjalaninya. Hidup memang akan terasa lebih "ringan" kalau kita jalani dengan “mengalir”.

Sore ikut Family Fellowship di daerah Bukit Batok. Setelah Family Felowship teman-teman rupanya sudah janjian mau terus mancing bareng. Family Fellowship selain memang dirancang untuk pembinaan rohani keluarga, juga sebagai sarana kebersamaan dan keakraban. Jadi bisa variasi dengan acara-acara santai. Good.

Saturday, March 24, 2007

Renungan Sabtu - 39


Ibu Suwanti


Belajar tidak mengenal batas usia. Pepatah ini bukan omong kosong. Kalau tidak percaya, tanyakanlah pada Ibu Suwanti.

Ibu Suwanti usia 74 tahun. Tinggal di daerah Cilandak. Sampai sekarang tercatat sebagai mahasiswi program strata satu di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara semester tujuh, jurusan teologi.

Beberapa kali dalam mata kuliah tertentu saya sekelas dengannya. Waktu itu saya ikut program matrikulasi untuk masuk strata dua. Siapa menduga dibalik kerentaannya tersimpan semangat yang besar untuk mengabdi. Dari rumahnya ke kampus di Rawasari, dia mesti naik kendaraan umum sampai empat kali ganti. Pulang pergi berarti delapan kali. Kalau ada kuliah pagi, paling tidak dia sudah harus berangkat pk. 05.30. Kadang kalau tidak sempat sarapan di rumah, dia sarapan di atas kendaraan umum atau disela-sela waktu istirahat. Belum lagi kalau bicara soal matanya. Untuk membaca dia masih harus memakai kaca pembesar, sekalipun sudah berkaca mata.

Saya pernah bertanya kepadanya, apa yang mendorong dia ambil kuliah lagi. Dia bilang, bahwa karena dia ditugaskan menjadi katekis di gerejanya maka dia merasa perlu membina diri lagi. Caranya, ya dengan belajar. Memang dia bisa saja menerima tugas itu dan mengerjakan apa adanya, tetapi dia ingin memberi yang terbaik dari yang bisa dia upayakan.

Katekis adalah orang yang mengajar katekisasi; tujuannya mempersiapkan orang-orang yang hendak dibaptis dan menerima sidi. Di Gereja Katolik, Guru Sekolah Minggu atau orang-orang yang tugasnya berhubungan dengan ngajar-mengajar biasanya juga disebut katekis. Katekisasi arti harafiahnya memang pengajaran.

Terus terang, saya suka merasa malu pada diri sendiri kalau teringat Ibu Suwanti; terutama ketika kemalasan untuk belajar menghinggapi diri saya; terutama ketika semangat untuk memberikan yang terbaik dalam melayani mengendur; dan terutama ketika keengganan untuk menghadapi tantangan begitu menggoda. Terima kasih, Ibu Suwanti, atas hikmah hidup yang tercermin dalam diri Anda.

Dari Buku Potret Diri Tanpa Bingkai – Ayub Yahya, diterbitkan oleh Gloria Graffa

Friday, March 23, 2007

Catatan Harian

Day - 09

Jumat, 23 Maret 2007 -- Baca di koran Today tentang Jamie Carragher. Today tuh koran yang di sini dibagiin gratis ke semua penghuni kondo. Bersama Liverpool Carragher lagi naik daun. Ia menjadi man of the match dalam laga penentu liga Champions. Saat Liverpool menyingkirkan Barcelona di perempat final. Ia bahkan menempati urutan ke-7 dalam polling “100 pemain yang mengguncang Liverpool”. Hasil pilihan fans.

Prestasinya itu membuat Steve McClaren, manager Tim Inggris, meliriknya. Disebut-sebut akan masuk sebagai starter skuad Three Lions. Saat bertandang ke Israel di laga lanjutan kualifikasi Euro 2008. Posisi utama Carragher adalah back tengah. Walau dalam keadaan memaksa bisa juga ia main di kiri atau di kanan. Di skuad Inggris ia kalah bersaing dengan John Terry dan Rio Ferdinand. Seringnya ia cuma jadi cadangan kedua pemain itu.

"Hebatnya" Carragher tidak menjadi "sirik" dengan kedua rekannya itu. Ia bahkan memuji John Terry sebagai bek tengah terbaik di dunia. Dan menyebut Ferdinand sebagai pemain belakang yang jempolan. Ia mengaku senang bisa belajar dari mereka. Good. Sebuah ungkapan rendah hati dari orang sekaliber ia. Biasanya pemain yang tersisih suka mutung. Lalu nyalahin manager dan ngecilin pemain yang menyisihkannya. Bravo, Carragher.

"Nilai" seseorang ga melulu ditentukan oleh prestasinya. Tapi juga oleh "hatinya". Prestasi bagus ga banyak guna, bila ga ditunjang oleh hati yang "bagus". Siang pimpin persekutuan Komisi Wanita. Malam janjian sama teman. Ia mau bantuin beresin komputer. Saya cuma bisa pakai komputer :). Senang punya teman yang siap membantu saat dibutuhkan. Tanpa pamrih. Semoga saya pun bisa menjadi teman seperti ia. Thx, teman.

Friday's Joke - 35


Paling Hebat


Di sebuah hutan, ada seekor singa yang menganggap dirinya sangat hebat. Apalagi karena ia memiliki julukan sebagai si Raja Hutan. Suatu hari ia berkeliling untuk mensurvei pandangan penghuni hutan terhadap dirinya. Ia datang kepada seekor Gorila dan bertanya, “Hai Gorila, siapakah yang paling gagah di hutan ini?” Gorila menjawab, “Anda, Tuanku.” Si Singa sangat bangga. Ia kemudian pergi menemui seekor Banteng dan mengajukan pertanyaan yang sama. Banteng menjawab, “Sudah tentu Anda, Rajaku.” Ia kemudian pergi menemui beberapa binatang yang lain. Semua menjawab sama. Maka si Singa merasa sangat bangga. Dan menjadi sombong. Di tengah jalan ia bertemu dengan Gajah. Iapun mengajukan pertanyaan yang sama. Bukannya jawaban yang ia peroleh malah sebaliknya. Gajah ngamuk. Ia menendang si Singa. Menginjak dan mengangkatnya di udara sebelum kemudian membantingnya ke tanah. Singa babak belur. Sambil meringis Singa berkata kepada Gajah, “Kalau kamu memang nggak tahu jawabannya, nggak usah marah begitu, dong..”

Ayah’s Quote:
Orang yang membusungkan dada terlalu ke depan, biasanya tidak dapat melihat ke bawah. Orang sombong biasanya tidak bisa melihat kekurangannya.

Catatan Harian

Day - 10

Kamis, 22 Maret 2007 -- Teman dari Jakarta bawa oleh-oleh gepuk Nyonya Ong. Asyik euy. Gepuk tuh makanan khas Jawa Barat. Daging sapi dipotong segi empat tipis. Direbus dengan kuah bumbu. Sampai empuk. Nyerep. Istilahnya diungkep. Terus digoreng. Makannya dicuirin pakai tangan. Dicocol sambal terasi. Ditaburi bawang goreng. Rasanya agak manis-manis gitu.

Waktu saya kecil gepuk makanan “mewah” keluarga. Ga setahun sekali ada. Begitu "mewah" sampai kita plesetin. Gepuk: gep kurupuk. Bahasa Sunda. Gep artinya pegang, ambil, dapat. Maksudnya, "berlagak" makan gepuk nyatanya makan kerupuk. Gepuk Nyonya Ong pusatnya di Bandung. Punya beberapa cabang di Jakarta dan Tangerang.

Tapi bicara rasa, gepuk bikinan mama saya jauh lebih enak. Suer deh. Cuma kita ga bisa menjualnya. Makanya "ga jadi" uang. Hehehe. Untuk bisnis "pinter" bikin produk bagus saja ga cukup. Perlu juga "pinter" menjual; mengemas, memberi "citra", memanage. Restoran kayak KFC dan McD juga begitu kan. Kalau cuma bikin ayam goreng tepung atau burger sih banyaklah yang bisa. Tapi yang sekaligus bisa menjualnya ga banyak.

Dapat surat dari kepolisian Singapore. Pemberitahuan saja sih. Bahwa pengendara mobil yang tempo hari nabrak Kezia sudah dikenakan denda sekian ratus dolar. Plus pengurangan point SIM-nya. Dipikir-pikir kasihan juga. Sebab sebetulnya kalau ditelisik, kita sebagai orang tuanya ada salahnya juga kan. Lalai menjaga Kezia hingga ia "lepas" nyeberang sendiri. Malam ikut Family Fellowship daerah Hillview.

Thursday, March 22, 2007

Thursday's Hot Issue - 21


Judul


The Fact :
Pecinta film di Indonesia semakin dimanjakan. Era reformasi ternyata bertuah. Penghapusan monopoli berangsur-angsur kelihatan. Salah satunya bioskop Indonesia. Bertahun-tahun hanya dikuasai salah satu jaringan usaha, sekarang terbuka luas. Yang duluan merespon adalah Blitz. Bioskop berkonsep megaplex ini bermoto Beyond Movies. Lebih dari sekedar film. Filmnya ga melulu film hollywood. Tapi juga film yang memenangkan penghargaan internasional. Film berbahasa asing seperti Mandarin, Korea, Perancis, Jepang, India dan lain-lain juga bisa dinikmati di sini. Harga tiketnya murah Rp. 25.000. Ada lounge dan kafe. Seluruh areanya merupakan hot-spot are internet. Di Bandung, dilengkapi dengan live music band-indie. Dan area download MP3 seharga 5 ribu per lagu dari band indie. Blitz pertama kali dibuka di Paris van Java Bandung. Sebuah mal dengan konsep yang sangat hip di Bandung. Selanjutnya mulai 21 Maret 2007, Blitz dibuka di Grand Indonesia Jakarta. Mal terbesar di Jakarta yang dibangun di kawasan pusat Jakarta, Bunderan HI. (sumber : Kompas)

The Lessons:
Bandung memang tidak pernah kekurangan ide-ide kreatif. Hidup, Bandung. Sayang macetnya itu loh yang tidak tahan. Tapi betapa pun, jadi pengen pulang ke Bandung euy.

Wednesday, March 21, 2007

Catatan Harian

Day - 11

Rabu, 21 Maret 2007 -- Pagi setelah anter Karen sekolah, berdua Dewi ke Gleneagle. Nengok. Seorang Bapak. Teman pendeta dari Semarang yang "titip". Bapak itu mengalami kecelakaan mobil waktu berburu di hutan. Mobilnya masuk jurang. Sampai gelundung-gelundung. Lukanya parah. Terlambat ditangani pula.

Begitulah musibah. Datang bisa kapan saja. Dengan cara apa saja. Menimpa siapa saja. Betapa fana dan "ringkih-nya" hidup ini. Orang yang sehat walafiat, sedang "kuat-kuatnya", tengah tertawa-tawa gembira pun bisa tiba-tiba dihantam musibah. Ga ada hujan ga ada angin. Pernah seorang teman cerita, ayahnya masih sehat. Lagi jalan pagi. Kakinya keselimpet kabel telepon. Jatuh. Kepalanya kebentur aspel. Gegar otak. Koma. Meninggal.

Maka eling lan waspada itu perlu. Jangan jauh-jauh dengan Sang Khalik. Rengkuh DIA erat dalam jiwa. Ingat DIA dalam setiap helaan napas. Sehebat apa pun kita, toh kita ini tetaplah "debu". Dan akan kembali menjadi debu. Ga ada yang abadi di dunia ini. Dengan menyadari kefanaan dan keringkihan hidup, paling ga akan membuat kita lebih "ringan melangkah". Hidup lebih berserah. Lebih berpengahrapan. Lebih mawas diri.

Terus ke kantor. Diskusi dengan teman tentang arahan program gereja. Concern kita gimana agar gereja ga sekadar "menggelinding". Aktivitas gereja ga just menjadi sesuatu yang rutin. Tanpa arah. Tanpa goal. Program dari tahun ke tahun ga hanya copy paste. Malam rapat di gereja. Ada himbauan gereja ga dipakai sampai jam 10 malam. Kasihan koster juga sih. Apalagi sedang renovasi juga.

Wednesday's Games Idea - 34


Estafet Telur


Jumlah Peserta : Kelompok Kecil sampai sedang. Dibagi ke dalam beberapa kelompok
Alat yang dibutuhkan : sendok makan sejumlah peserta dalam kelompok, telur plastik atau telur rebus
Waktu yang dibutuhkan : 30 menit
Aturan permainan :
Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok. Kemudian, setiap anggota kelompok mendapat satu buah sendok makan. Masing-masing kelompok diminta berdiri berderet. Kemudian berikan kepada masing-masing peserta yang berdiri di ujung kanan sebuah telur yang ditaruh di atas sendoknya. Dia harus meneruskan telur di sendoknya itu pada sendok milik teman di sebelah kirinya. Demikian terus hingga orang yang terakhir. Jika telur jatuh dan pecah, proses dimulai dari awal. Kelompok yang paling cepat meneruskan telur sampai ke ujung kiri dialah pemenangnya.
Tujuan permainan :
Betapa kerap keberhasilan dalam mencapai tujuan tidak hanya tergantung pada diri kita. Tapi juga pada orang lain dalam kelompok kita. Dan terutama tergantung pada seberapa sanggup kita menjalin kerjasama dengan rekan kelompok kita.

Catatan Harian

Day - 12

Selasa, 20 Maret 2007 -- Pagi Dewi pelawatan dengan ibu-ibu Komisi Wanita. Saya nyiapin Karen sekolah. Semua oke. Cuma waktu "ngepang" rambutnya yang sulit. Sudah sering sih saya belajar ngepang rambut Karen. Tapi ga "lihai-lihai". Alhasil agak acak-acakan. Hehehe. Untung anak-anak-lah. Biasanya kalau Dewi yang ngepang rapih. Dan bisa model-model gitu.

Sore luang. Tadinya janjian sama teman. Ibu ia lagi di sini. Habis operasi. Sudah mau kembali ke Indonesia. Kita mau ajak keluar makan. Tapi ga jadi. Ia-nya tahu-tahu ada tugas kantor. Jadi kita sekeluarga pergi ke West Mall. Kezia Karen pengen main sama temannya. Sekalian ngelihat kondo ia. Asyik juga. Tempatnya strategis. Banyak akses. MRT. Mall. Bis.

Beberapa kali saya lihat rumah yang "asyik", lalu ngebayangin andai bisa punya rumah kayak gitu. Tapi biasanya kalau saya ingin, malah ga kesampaian :). Saya tuh mudah tergoda untuk kepengen punya rumah yang begini dan begitu. Cuma sebatas "mimpi" sih. Bermimpi bukan dosa kan. Asal tetap sadar, bahwa itu mimpi. Sebab bisa celaka loh, kalau sudah ga bisa bedain antara mimpi dan kenyataan.

Punya keinginan juga bolehlah. Bahkan perlu. Keinginan bisa mengarahkan langkah kaki kita. Asal realistis gitulah. Lihat juga kemampuan diri. Saya sih ga setuju ungkapan, "Gantungkan cita-citamu setinggi bintang di langit." Apa ga malah bikin frustasi tuh?! Pula jangan sampai dikendalikan oleh keinginan. Keinginan akan konstruktif selama ia jadi "pelayan". Tapi akan dekonstruktif kalau ia jadi "tuan".

Tuesday, March 20, 2007

Tuesday's Song - 39

Aku Tak Mau Sendiri
(OST : Film Cinta Pertama)
Penyanyi : Bunga Citra Lestari



Sejak Ia pergi dari hidupku
ku merasa sepi
dia tinggalkan ku sendiri
tanpa satu yang pasti

aku tak tau harus bagaimana
aku merasa tiada berkawan
selain dirimu
selain cintamu

Reff.
Kirim aku malaikatmu
biar jadi kawan hidupku
dan tunjukan jalan yang memang
kau pilihkan untukku

Kirim aku malaikatmu
karena ku sepi berada di sini
dan di dunia ini
aku tak mau sendiri

tanpa terasa aku
teteskan air mata ini
yang tiada berhenti
mengiringi kisah di hati

Renungan :
Kehilangan seseorang yang kepadanya hati kita tertaut. Impian kita terlabuhkan. Harapan kita tertanamkan. Bukan hal yang mudah. Tapi life goes on. Kalau kita memang harus kehilangan. Pastilah karena itu memang bukan milik kita.

Monday, March 19, 2007

Catatan Harian

Day - 13

Senin, 19 Maret 3007 -- Senin. Seperti biasa flu. Piuhh. Tapi flu-nya cuma "agak" sih. Masih bisa nengok teman yang sedang berobat jalan di Gleneagle. Bedua dewi. Dewi terus ada janji ketemu teman dari Jakarta . Saya ke NUH. Ada yang harus ditengok lagi. Tapi flu koq tambah "parah". Ga "berani" nemuin yang sakit. Besok ia mau operasi. Takutnya maksud hati nengok, kerucuk-kerucuk malah "bawa" penyakit. Repot kan.

Jadi "hanya" ketemu dengan istri dan anaknya di ruang tunggu. Kita berbincang. Berdoa. Baik jugalah. Yang perlu dikuatkan kan ga hanya yang sakit, tapi juga keluarganya. Ga jarang yang sakitnya "tenang-tenang", yang "ga tenang" malah keluarganya. Galau. Takut. Ga bisa terima keadaan. Jadinya stress.

Padahal "sikap" keluarga yang ngedampingi bisa "tertular" ke yang sakit loh. Kalau keluarga “tenang”, yang sakit juga bisa "lebih tenang". Punya semangat "lebih" gitu. Sebaliknya kalau keluarga "gelisah", yang sakit pun bisa ikut-ikut gelisah juga. Jadi "sakit" dua kali kan. Padahal dalam keadaan sakit, pikiran yang tenang dan hati yang bersemangat tuh penting. Kalau pun ga memperbaiki keadaan, tapi minimal ga memperburuk.

Dari NUH terus pulang. Terus tidur. Ngantuk. Semalam tidur hampir jam 5 subuh. Kwakk. Keasyikkan ngetik dan surfing internet cari bahan tulisan. Lagi garap buku Seri Sketsa Iman 5. Sudah ditanyain penerbit :). Bangun badan terasa "enakan". Good. Sore teman-teman gereja datang. Sudah janjian dari kemarin. Mau ping pong. Kalau ping pong sih ga secapek tenis atau bulutangkis. Paling kaki pegal kelamaan berdiri :).

I Like Monday - 24


Inspiring Singapore
You Have Right


Tanggal 15 Maret diperingati sebagai Hari Hak Konsumen Internasional. Di Singapore diadakan jalan kaki solidaritas. Acara ini diprakarsai oleh Consumers Association of Singapore (CASE). Sekitar 2000 orang berpartisipasi dalam acara yang dilangsungkan di Singapore River. Tujuannya untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa sebagai konsumen kita punya hak. Hak untuk menerima penggantian. Hak untuk menerima informasi. Hak untuk didengar. * Hak dan kewajiban harus berjalan seiring sejalan. Seimbang dan timbal balik. Tidak melulu menuntut hak dan melupakan kewajiban. Tapi tidak juga hanya menjalankan kewajiban dan meremehkan hak. Ada saat kita perlu menyadari apa hak kita. Sehingga kita bisa duduk sama rendah berdiri sama tinggi.

*Taken from Yahoo Singapore/Channel News Asia

Catatan Harian

Day - 14

Minggu, 18 Maret 2007 -- Pagi ke gereja. Ga khotbah. Nyambut jemaat. Siang rapat tim Paskah Maria Marta dan Pelaut. Lanjut rapat pengurus Keluarga Muda. Minggu ini di GPBB sudah masuk tahap nominasi anggota Majelis Jemaat. Jemaat menominasikan para calon. Majelis Jemaat "menyortir". Lalu mewartakan. Berikutnya tahap pemilihan. Ada quorum yang harus dipenuhi.

Hari ini ajang Formula Satu dimulai lagi. Musim balap 2007-2008. Banyak yang berubah. Mulai dari aturan main sampai line-up pembalap. Banyak orang yang pesimis F1 bakal kehilangan "greget" tanpa Michael Schumacher. Tapi ga sedikit juga yang berpikir life goes on. Dan benar. Sirkuit F1 di Albert Park, Melbourne Australia mulai mencatat kejutan.

Kimi Raikkonen yang pertama kali tampil bersama tim Ferrari tembus podium satu. Kejutan lain Lewis Hamilton, pembalap Rookie dari tim McLaren Mercedez. Ia finish di podium ketiga di debut pertamanya. Padahal ia sempat diragukan. Dianggap terlalu cepat dipercaya jadi pembalap utama. Tapi Hamilton ga surut apalagi "ciut" dengan keraguan itu. Maju terus. Ia bungkam sikap skeptik orang-orang dengan prestasi. Bravo, Hamilton.

Malam ke Family Fellowship wilayah Clementi. Naik taxi. Yang nyupir ibu-ibu. Ngobrol. Ia katanya baru 4 hari "narik" taxi. Kerja dari jam 7 pagi sampai 11 malam. Ckckck. Saya tuh selalu kagum dengan para wanita yang "membanting tulang" mencari nafkah; bersusah payah dan berlelah-lelah demi "menambal" kebutuhan keluarga. Salut.

Sunday, March 18, 2007

Sunny Sunday - 19

Indonesia Plus
Pemburu Kusta Tiga Zaman


Paulus Osok adalah orang pertama Indonesia dan orang ketiga di dunia yang menerima penghargaan dari badan lepra dunia, The Nederlands Stichting voor Leprabestrijding (NSL) pada tahun 1989. Sebelumnya, ia juga pernah menerima penghargaan dari Menteri Kesehatan RI atas pengabdian dan jasanya bagi peningkatan usaha-usaha kesehatan, khususnya bidang higienis dan sanitasi. Selain itu, bersama istrinya Mama Benedicta Lau Manyauw Castro, menerima penghargaan Berkat Apostolik dari Paus Yohanes Paulus II atas jasa dan pengabdiannya selama 34 tahun bekerja untuk membantu penderita kusta (lepra) di Kabupaten Merauke. Ia menamatkan pendidikan sekolah perawat di Makassar tahun 1946. Pada periode 1959, Paulus Osok merintis pelayanan pemberantasan penyakit kusta dan frambusia yang selama ini tidak terlayani. Pekerjaan yang ditangani di luar pekerjaan rutinnya di RS Merauke. Kesabarannya mencari dan melayani/mengobati penderita kusta membuat ia dijuluki sebagai "Mantri Pemberantas Kusta". Keuskupan Agung Merauke menjulukinya "Bapa Pembela Kusta". Pada 15 Maret 2007, Paulus Osok meninggal dunia pada usia 85 tahun di Merauke Papua. Tapi karyanya tak pernah mati. (sumber:kompas.com)

Ayah’s Plus Point :
Sebuah karya kemanusiaan, yang bertolak dari "pengabdian" tidak kenal lelah dan ketulusan hati, di pelosok manapun itu terjadi harumnya pasti semerbak tercium ke seantero jagad. Mengatasi jarak dan waktu. Dan jejaknya melekat di hati siapapun. Semoga cerita-cerita "indah" seperti ini bisa semakin sering berkumadnang di Indonesia.

Catatan Harian

Day - 15

Sabtu, 17 Maret 2007 -- Pagi ikut ceramah Buddhisme di gereja. Siang ngajar katekisasi. Sore ikut persekutuan keluarga muda. Malam bareng teman beli durian di Geylang. Ga rencana sih. Celetak-celetuk soal durian "keterusan" deh :). Selain banyak makanan enak, Geylang juga terkenal duriannya. Kabarnya ada "orang kaya" dari Indonesia kerap beli durian sampai ke sini.

Kita beli durian beberapa macam. Yang 5$, 10$, dan 25$. Yang 25$ itu Raja Durian. 25$ kalau dirupiahkan hampir 150 ribu. Kwakk!! Tukang duriannya "jago" tuh. Cuma dengan ketuk-ketuk si Raja Durian pakai punggung pisau, ia bisa tahu isinya ada berapa biji. Dan benar loh. Sehari-harinya sudah "hidup" dengan durian kali :).

Dari ketiga macam itu, yang 25$ okelah. Cuma menurut saya sih ga sebanding harganya. Kemahalan. Yang 10$ gede-gede. Bagus-bagus lagi. Tapi isinya ga enak. Anyep. Ga kemakan. Dibuang. Yang 5$ kecil-kecil, dilihatnya ga menarik, tapi malah hau ce. Kayak orang saja. Penampilan luar ga menjamin isi dalam :). So, jangan lihat tampang. Lihat hati dong. Btw, yang 10$ itu saya yang milih. Ngosh.

Saya sendiri sih ga fanatik-fanatik amatlah dengan durian. Ga sampe bela-belain nyari gitu. Kalau ada ya makan. Itu pun ga banyak. Palinfg se-sisir dua sisir. Yang saya senang tuh ngumpul-ngumpulnya. Ngobrol ringan dan informal. Akrab dan seru. Apalagi tanpa "dibebani" pikiran besok harus khotbah. Hehehehe.

Saturday, March 17, 2007

Renungan Sabtu - 38


Karen


13 Juni 2001, pk. 07.40, lewat operasi cesar, Karen lahir. Sehat walafiat. Bahwa Karen bahagia terlahir ke dalam dunia; hanya dia dan Tuhan yang tahu. Tetapi yang pasti kami, saya dan istri, bahagia. Dan lega pula. Terutama kalau ingat kembali jejak langkah sembilan bulan yang lalu.

Lima bulan Karen dalam kandungan, istri saya sakit; suhu badan meninggi, ketika reda keluar bercak-bercak merah sekujur tubuhnya. Dokter satu bilang, itu virus sejenis campak. Dokter lain bilang, itu sejenis demam berdarah. Terus terang, ketika itu ada rasa gentar di hati; bagaimana dengan Karen?!

Tidak sampai dua minggu istri sembuh. Lalu semuanya berlalu biasa saja. Sampai menjelang sembilan bulan usia kandungan; kami bertiga, saya, istri, dan Kezia, kakak Karen, usianya hampir dua tahun, terkena flu dan batuk. Cukup berat pula. Bersama-sama kami ke dokter.

Sementara itu kami juga harus pindahan rumah; dan tugas rutin tetap menyerbu seperti biasa; perkunjungan, mempersiapkan khotbah, rapat-rapat, juga menulis. Di sini saya melihat ketangguhan seorang istri, sekaligus merasakan keteduhan cinta kasih ayah dan ibu.

Dua atau tiga minggu sebelum perkiraan waktu melahirkan, dokter kandungan istri sakit. Tanpa alternatif. Setiap kali kami datang atau telepon untuk check-up, perawat yang berjaga mengatakan, “Pak Dokter sakit.” Lantas kami berinisiatif mencari dokter pengganti. Dapat.

Dan, dua hari sebelum saya mengantar istri untuk operasi, satu-satunya pembantu di rumah minta berhenti. Lengkap sudah.

Maka, ketika saya mendengar tangisan Karen. Lalu dokter keluar ruang operasi dan mengatakan semuanya berjalan dengan baik, anak dan ibunya sehat; saya seumpama seorang pendaki gunung yang tiba di puncak setelah melalui jalanan terjal berliku, dan melihat awan-awan berarak di bawah. Lega. Hanya satu kalimat yang terucap, “Tuhan, terima kasih!” Doa kami terwujud sudah.

Doa kami sekarang, “Tuhan, jadikan kami alat-Mu untuk menyalurkan kasih dan sayang-Mu kepada Kezia, kepada Karen. Ajar kami, dan kalau perlu hajar kami, supaya kami jangan hanya mampu menghadirkan Kezia dan Karen ke dalam dunia, tetapi juga mampu memelihara dan menjaga mereka, serta membimbing mereka kepada-Mu. Sebab mereka adalah titipan-Mu. Mereka juga adalah milik-Mu.”

Dari Buku Potret Diri Tanpa Bingkai – Ayub Yahya, ditebitkan oleh Gloria Graffa

Catatan Harian

Day - 16

Jumat, 16 Maret 2007 -- Pagi ke Changi Airport. Berdua teman. Naik MRT. Jemput teman Pendeta dari Jakarta. Kita khusus undang ia untuk ceramah dan khotbah di GPBB. Di sini ga kayak di Jakarta, ga ada sopir dan kendaraan operasional gereja. Jemput-jemput gini biasanya ngandelin teman yang punya mobil. Cuma karena hari kerja, pada ga bisa. Jadi kita yang "jalan".

Alm. Pak Eka dulu sekali setengah bergurau pernah bilang, salah satu tugas pendeta di luar negeri adalah jemput tamu :). Malam ada acara di KBRI. Temu wicara Dubes baru dengan masyarakat Indonesia yang tinggal di sini. Yang hadir dari berbagai kalangan dan agama. Baik juga "gereja" menghadirkan diri di acara-acara kemasyarakatan seperti ini.

Pak Dubes paparin berbagai program ke depan. Antara lain meningkatkan pelayanan KBRI. Ramah, cepat, dan murah. Good. Kalau bisa terlaksana, sungguh sebuah langkah "jempol". Sudah jadi rahasia umum dalam budaya birokrasi pemerintah di Indonesia; baik di level atas maupun di level bawah, ketiga hal tersebut merupakan "kemewahan".

Semoga "missi" Pak Dubes didukung semua pihak terkait. Sehingga bisa terwujud. Pasti akan sangat bermanfaat. Kabarnya orang Indonesia yang tinggal di sini sekitar 100.000 orang. 70 persen diantaranya pekerja rumah tangga. Di mana-mana "orang kecil" hampir selalu menjadi pihak yang paling "ditelantarkan". Good luck, Pak!

Friday, March 16, 2007

Friday's Joke - 34


Luar Biasa


Dua orang anak sekolah minggu sedang berbincang-bincang. Anak pertama berkata, “Wow, sungguh mujizat luar biasa. Tuhan telah membelah Laut Merah agar orang-orang Israel dapat menyeberanginya dengan berjalan kaki.” Temannya berkata dengan sinis, “Itu bukan Laut Merah. Itu Laut Teberau. Lagian itu cuma rawa-rawa, dalamnya hanya setengah meter. Jadi sama sekali tak ada mujizat.” Anak pertama menjawab, “Kalau begitu, Tuhan sangat hebat, ya. Luar biasa.” Temannya heran, “Apanya yang luar biasa kalau begitu?” Anak pertama menjawab dengan bangga, “Apa nggak hebat? Tuhan telah menenggelamkan seluruh pasukan Mesir dalam rawa yang dalamanya hanya setengah meter. Luar biasa!”

Ayah's Quote:
Si pesimis melihat gelas setengah kosong. Si optimis melihat gelas setengah penuh. Cara pandang yang membedakan keduanya.

Catatan Harian

Day - 17

Kamis, 15 Maret 2007 -- Pagi berdua Dewi nengok teman di Gleneagle. Ia baru di operasi kemarin. Terus ke Geylang. Lagi ada famili yang dolan ke sini. Kita janjian ketemu di Kalang MRT. Nyambung pakai bis. Makan di Restoran Sik Wai Sin. Di Lorong 15. Teman yang bilangin. Sempet nyari-nyari juga. Kita baru pertama kali ke daerah situ.

Makanannya khas. Mince pork with sloted fish-nya oke. Kepala ikan dan kailan sapinya good. Prawn tofu-nya juga hau ce :). Harganya untuk ukuran sini relatif murah. Worthed-lah. Soal makan lain dulu lain kini. Dulu makan just makan. Sekadar untuk nangsel perut. Kini makan ga melulu soal perut, tapi juga soal "emosi".

Dari sisi "pemasak" makanan adalah seni. Ajang kreatifitas. Ga hanya jenis dan rasa, tapi juga penyajiannya. Perpaduan antara bahan, keterampilan, dan "hati". Dari sisi "penikmat" makan juga berkenaan dengan "kepuasan batin". Orang rela bersusah-susah dan membayar mahal. Ga hanya untuk rasa, tapi juga untuk suasana.

Malam ada persekutuan doa jemaat. Diawali dengan buka puasa bersama. Lanjut pertemuan dengan beberapa teman yang mau masuk sekolah Teologia. Good. Saya selalu kagum dengan orang-orang yang sudah mapan, lalu rela "berbelok" demi memenuhi "panggilan". Semoga "api-mu" terus menyala, temans.

Wednesday, March 14, 2007

Catatan Harian

Day - 18

Rabu, 14 Maret 2007 -- Berita dari detik.com. Di Malang, Jawa Timur, seorang ibu muda bunuh diri bersama empat anaknya. Dengan racun potasium. Keempat anaknya masih kecil-kecil. Paling besar 11 tahun. Paling kecil 2 tahun. Ia memberi racun itu terlebih dahulu pada keempat anaknya. Sempet memotretnya. Lalu ia sendiri minum. Rupanya “ritual maut” itu sudah ia persiapkan matang.

Tragis. Pilu. Ibu yang malang. Beban hidup membuat ia gelap mata. Nekad. Tekanan ekonomi. Suami jarang pulang. Sibuk dengan bisnisnya. Salah satu anaknya mengidap kelainan darah. Ga ada tempat pula just “berbagi rasa”. Kita tentu ga membenarkan tindakannya itu. Tapi kita juga perlu melihatnya dengan simpati dan empati. Bukan dengan tuduhan atau penghakiman.

Fenomena bunuh diri di Indonesia makin marak. Ini adalah potret buram masyarakat kita. Sebab bunuh diri hampir selalu melibatkan orang-orang di sekitar; langsung atau pun ga langsung, sebagai pemicu atau pun pemacu. Kabarnya 90% orang Indonesia mengidap depresi. Sebagian besar keluhan pasien di puskesmas-puskesmas berhubungan dengan masalah psikis. Sad.

Malam ada rapat di GPO. Datang kepagian. Sempet makan di Yoshinoya di Plaza Singapura. Saya suka Yoshinoya. Awal-awal di Jakarta, pertama kali saya ditraktir kakak di Yoshinoya Pondok Indah Mall. Rapat tadi banyak bicarain soal security di gereja. Beberapa kali di GPO juga GPBB orang kehilangan barang. Ga di Jakarta ga di sini. Gereja ga lagi jadi tempat yang aman. Sad.

Wednesday's Games Idea - 33


Balap Telur


Jumlah peserta : Kelompok kecil sampai sedang
Alat yang dibutuhkan : telur plastik

Waktu yang dibutuhkan : 15 – 30 menit

Aturan permainan :

Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok. Kemudian, setiap kelompok mengutus satu orang wakilnya. Semua wakil yang terkumpul diminta berbaris di belakang garis "Start." Setiap peserta mendapat sebuah telur yang diletakkan di depan garis "Start." Lantas, begitu tanda berbunyi semua harus mendorong telur masing-masing hanya dibatasi dengan memakai hidung saja. Tangan dan bagian tubuh lain tidak boleh dipergunakan. Pemenangnya adalah dia yang dapat mencapai garis "Finish" terlebih dahulu. Jarak antara "Start" dan "Finish" lebih kurang 10-15 meter.

Tujuan permainan:

Kita masih sanggup melakukan banyak hal. Bahkan dalam segala keterbatasan dan ketidakmampuan kita. Keterbatasan mestinya membuat kita kreatif. Bukan putus asa.

Catatan Harian

Day - 19

Selasa, 13 Maret 2007 -- Cuaca berubah-ubah. Pagi cerah, udara sejuk. Siang panas, sinar matahari terik menyengat. Sore mendung, malam hujan deras. Ga ke kantor. Renovasi gereja lagi “angot-angot-nya” :). Bising dan debunya itu loh. Lagian yang rutin-rutin bisa dikerjakan di rumah.

Siang ke West Mall sama Dewi, Kezia dan Karen. Ada acara buat anak-anak di library. Kezia dan Karen ikut. Library di sini sering tuh bikin acara untuk “narik” anak-anak suka baca. Good. Minat baca memang mesti dipupuk sejak kecil. Pas lagi ada diskon sepatu olah raga. Lumayan. Sepatu olah raga yang lama sudah jebol. Dari minggu lalu rencana beli. Ga klop terus waktunya.

Teman bilang, kalau beli sepatu jangan sayang-sayang. Sekalian yang “bagus”. Bukan artinya bermerek atau model mutakhir loh. Tapi yang benar-benar bisa meredam tekanan tubuh ke kaki. Penting untuk kesehatan jangka panjang. Logis juga. Setiap hari kaki harus “nanggung” beban tubuh. Jalan, lari, loncat. Sayang kita suka abai dengan kaki. Lebih peduli dengan aksesoris wajah :).

Malam mancing udang bareng teman-teman dari keluarga muda. Di daerah Lakeside. Anak-anak ikut. Pertama kali mancing udang. Asyik sih. Agak beda dengan mancing ikan. Sayang “peruntungan” lagi jelek ditambah belum terampil, 3 jam cuma dapat 3 ekor. Teman malah ada yang sama sekali ga dapat. Tapi ia sih tetap enjoy. Dan ga kapok. Hehehe.

Tuesday, March 13, 2007

Tuesday's Song - 38

Badai Pasti Berlalu (OST. Badai Pasti Berlalu)
Penyanyi : Berlian Hutahuruk (dinyanyikan kembali oleh Ari Lasso) ;
ciptaan : Eros Djarot

awan hitam di hati yang sedang gelisah
daun-daun berguguran
satu satu jatuh ke pangkuan
kutenggelam sudah ke dalam dekapan
semusim yang lalu sebelum ku mencapai
langkahku yang jauh

kini semua bukan milikku
musim itu telah berlalu
matahari segera berganti

gelisah kumenanti tetes embun pagi
tak kuasa ku memandang dikau matahari

kini semua bukan milikku
musim itu telah berlalu
matahari segera berganti

badai pasti berlalu, badai pasti berlalu
badai pasti berlalu, badai pasti berlalu

Renungan :
Jalan hidup kita tidak selalu mulus dan lurus; berhampar karpet merah nan anggun, dengan sinar mentari hangat dan cerah. Ada saatnya yang terhampar itu batu cadas nan terjal, dan yang mengiringi itu badai kelam dan ribut. Pada saat seperti itu ada satu hal yang tetap harus kita pegang. Harapan. Harapan bahwa "badai" akan berlalu. Dan mentari kembali cerah.

Catatan Harian

Day - 20

Senin, 12 Maret 2007 -- Seharian di rumah. Ga kemana-mana. Dari bangun tidur sampai tidur lagi :). Masih ga gitu fit. Kezia juga lagi agak pilek. Saya lagi “rajin” lihat-lihat iklan printer di koran. Kali-kali saja ada promo gitu :). Dulu saya kalau beli apa-apa tuh yang penting harganya murah. Tapi beberapa kali pernah “kejebak”. Beli yang murah ternyata banyak “minusnya”. Jatuhnya malah jadi mahal.

Harga tentu bisa jadi salah satu pertimbangan. Tapi bukan satu-satunya. Perlu juga lihat kualifikasinya. Contohnya Avanza dan Kijang. Sama-sama Toyota. Sama-sama mobil niaga. Tapi kualifikasinya beda. Kijang lebih "bagus" dari Avanza. Makanya harganya juga lebih mahal. Ada ungkapan, “Uang ga mungkin bohong.”

Tapi bukan berarti yang mahal pasti “oke”. Belum tentu juga. Tergantung kebutuhan. Contohnya hand phone. Makin canggih makin mahal. Kalau kebutuhannya cuma untuk nelepon dan SMS, ga perlu canggih-canggih kan. Lagian harga mahal bisa juga hanya karena merk. Bukan karena fungsi atau kualitasnya. Intinya jangan asal murah, tapi juga jangan asal mahal.

Konon kan ada 3 jenis pembeli. Dumb (dungu) buyer: yang penting murah. Snob (sok) buyer: yang penting mewah (prestigious). Smart (cerdas) buyer: dengan pertimbangan, “value” sepadan ga dengan kebutuhan. Jadi ingat motto Manasuka Siaran Niaga. Itu loh acara iklan di TVRI zaman baheula. Teliti sebelum membeli. Menyesal kemudian ga ada guna.

Monday, March 12, 2007

I Like Monday - 23


Inspiring Singapore
Good Use


Para mahasiswa tingkat akhir Singapore Politeknik membuat tugas akhir yang tidak biasa. Mereka ditugaskan untuk merancang prototipe alat bantu fisik untuk orang dengan cacat fisik. Baru-baru ini Singapore Politeknik menyerahkan 23 hasil karya mahasiswanya kepada para difabel. Hasil karya yang diserahterimakan antara lain berupa kursi roda bermotor. Yang memungkinkan pemakainya bergerak dengan leluasa. Kursi roda yang di pasaran bisa mencapai $3,000 ini merupakan hasil desain para mahasiswa. Inisiatif ini datang dari jurusan Mechanical and Manufacturing Engineering. * Tidak ada yang lebih membahagiakan ketika hasil karya kita bermanfaat bagi orang lain. Mampu meringankan beban orang lain. Dan terutama mampu membuat hidup orang lain berubah ke arah yang lebih baik karenanya.
*Source : Yahoo Singapore/Channel News Asia

Fresh From The Oven - 2

PONIRUN HITS THE SHELVES!!

81 Humor Seputar Kerja
Tertawa Sambil Merenung
Ayub Yahya, 2007
Diterbitkan oleh Blessing Books

Apapun pekerjaan Anda.
Kerja otot atau kerja otak.
Kerja kantoran atau kuliah.
Kerja duniawi atau "surgawi".
Selalu ada tekanan. Sekecil apapun.

Lalu gimana cara keluar dari "tekanan"?
Salah satunya dengan humor.
Humor tuh serius. Tidak melulu lucu;
bikin kita terbahak.
Tapi juga ada hikmahnya;
bikin kita tercenung. Bahkan tertohok.

Bisa dibilang humor tuh sebentuk terapi. Buku ini bisa jadi semacam panduan. Mengajak kita tertawa sambil merenung.

Hahahahaha. Hiks! Hiks!

Now available at leading bookstores!!

Sunday, March 11, 2007

Catatan Harian

Day - 21

Minggu, 11 Maret 2007 -- Alex Ferguson dalam wawancara dengan sebuah koran bilang, ia ga nyesel ga dapetin Ronaldinho. Toh ia akhirnya dapat Christiano Ronaldo. Beberapa tahun lalu Ronaldinho memang sempat hampir hijrah ke MU. Tapi pemain Brasil itu milih Barcelona. Lalu MU beralih incaran ke Ronaldo, yang ketika itu belum sebersinar sekarang.

Di masa lalu Fergie juga gagal mendatangkan Paul Gascoigne ke Old Trafford. Yang ia dapat "cuma" Paul Ince. Ia gagal memboyong Allan Shearer, ia “hanya” dapat Eric Cantona. Tapi sejarah kemudian membuktikan, bahwa “peruntungan” Fergie ga meleset. Ince, Cantona, dan Ronaldo menjelma menjadi pilar-pilar utama MU pada zamannya.

Hikmahnya apa? Kalau kita berada di pihak “pemilih”, jangan over under-estimate dengan “pilihan kedua”. Siapa tahu justru itu mutiara yang sesungguhnya. Kalau kita berada di pihak “yang dipilih”, jangan kecil hati jadi pilihan kedua. Atau “cuma” jadi cadangan. Do the best saja. Buktikan kita bukan pilihan yang salah. Hingga “si pemilih” bisa berkata, “Thanks, God, untuk ia. Dan bukan ia.” :).

Pagi ke gereja. Siang ikut pertemuan GSM dan pemuda. Bicarain rencana kegiatan gabungan. Sempat pulang sebentar. Sore rapat pleno majelis di GPO. Seperti "biasa" rapat mulai agak “molor”. Tunggu beberapa teman yang lain. Sudah kesepakatan, ga quorum rapat ga dimulai. Ketentuan quorum menurut saya ga bisa "saklek" diterapkan dalam organisasi macam gereja yang sepenuhnya "mengandalkan" komitmen.

Sunny Sunday -18


Indonesia Plus
Bersyukur


Pria sederhana berusia 25 tahun ini, sudah lima tahun menekuni profesinya. Ia hanya lulus SD. Sudah merantau sejak usia 14 tahun. Menguasai tiga bahasa. Sunda, madura, dan bahasa Indonesia. Dengan keahliannya, Yunus menjelajah rimba Jakarta. Menenteng bangku kecel dan gerobak dorong. Isinya jarum sol, sedotan sol, obeng, kakatua, palu, benang good year berbagai warna, lem, gunting, besi ambleng dan paku berbagai ukuran. Yunus memang berprofesi sebagai tukang sol keliling. Area kerjanya perumahan Pejaten Timur Jakarta Selatan. Penghasilannya tentu saja tidak menentu. 30 ribu kalo apes. 150 ribu kalo lagi rame. Alasan Yunus sederhana, ia lebih senang jadi tukang sol, karena jadi "bos" atas dirinya sendiri. Ia bisa menghidupi istrinya yang sedang hamil. Bisnisnya pun berkembang ke jual beli sepatu bekas. Dari profesinya ia merasa bisa membantu orang lain. Konon pernah ia lewat di sebuah rumah dan ditawari sepatu bekas. Yang punya rumah terpaksa jual sepatu anaknya untuk beli beras. Dari kejadian itu Yunus berkesimpulan, ia tidak sendiri bergulat dengan masalah kekurangan. Semua orang punya kesusahan sendiri. Yunus pun bersyukur atas apa yang ia miliki. (sumber : Kompas online)

Ayah's Plus Point :
Kekayaan kita tidak diukur dari seberapa besar yang berhasil kita kumpulkan. Tapi seberapa banyak yang bisa kita berikan. Mari belajar mensyukuri apa yang ada pada kita. Dan belajar memberi. Pun dari segala keterbatasan dan kekurangan kita.

Catatan Harian

Day - 22


Sabtu, 10 Maret 2007 -- Baru dapat kiriman buku “81 Humor Seputar Dunia Kerja” dari penerbit. Buku baru saya. Ga 100 persen buku saya sih. Itu kumpulan humor. Saya ambil dari berbagai sumber; internet, koran, obrolan, dsb. Terus saya edit. Pilih-pilah sesuai tema. Ganti tokoh-tokohnya. Kasih alur “cerita”. Setiap humor saya kasih quote. Semacam refleksi singkat satu dua kalimat gitulah.

Sebetulnya ada dua. Satu lagi “81 Humor Suami Istri” masih dalam proses cetak. Saya punya target tahun ini minimal bisa keluarin 4 buku humor; 2 humor umum, 2 humor Kristen. Buku humor Kristen keduanya dalam waktu dekat akan terbit pula. Target lain catatan harian di blog ini bisa diterbitkan. Sedang dalam perbincangan dengan penerbit. Seri Sketsa Iman buku 5 juga. Plus buku pernikahan 2. Total 7 buku.

Target tuh perlu. Biar ada arah. Ada tujuan. Semacam rel gitu. Target jangan terlalu "sepele", jangan juga terlalu "muluk". Perlu di-set serealistis mungkin. Sesuai kemampuan. Ga terlalu "sepele" supaya bisa memacu dan memicu diri. Ga terlalu "muluk" supaya ga malah "menindih" dan "memberati" diri. Jadi bikin target mesti pinter-pinter juga :). Jangan meleset, jangan juga malah terpeleset.

Cuma jeleknya saya. Walau sudah ada target, tapi prinsip "mengalir" tetap lebih kuat. Jadi kerap target ya target, mengalir ya mengalir. Akibatnya "mengalir sampai jauh" dari target. Hehehe. Semoga kali ini ga. Malam ada acara thanksgiving dengan konggregasi Inggris di Fairway Club, daerah Lakeside. Dekat Chinese Garden. Dinner.

Saturday, March 10, 2007

Renungan Sabtu - 37


Kezia


Sudah lama kami, saya dan istri, berniat melatih Kezia berani tidur sendiri, tanpa kami, di rumah opa-omanya. Pertama, kalau nanti adiknya lahir – istri saya sedang hamil empat bulan – dia sudah terbiasa kalau kami sampai mesti nginep beberapa hari di rumah sakit. Kedua, kami berpikir, anak-anak perlu juga belajar merasa aman berada bersama-sama orang lain selain orang tuanya.

Namun kami kuatir kalau Kezia belum bisa lepas dari kami. Takutnya malam-malam dia terbangun. Nyariin kami. Lalu nangis. ‘Kan bisa berabe. Maka, niat itu pun terus kami urungkan.

Suatu siang ayah dan ibu berkujung ke rumah. Waktu mereka mau pulang, eh Kezia mau ikut. Tumben. Ya, sudah. Sekalian biar dia nginep. Kalau dia nangis pengen pulang, saya toh bisa menjemputnya.

Di rumah tidak ada Kezia semula “enak” juga. Saya bisa baca buku dan pakai komputer dengan tenang. Begitu juga istri saya, dia bisa mengerjakan apa yang disukainya tanpa kena interupsi. Tetapi lama-lama rumah terasa sepi; tidak ada tawa ataupun tangisan Kezia, tidak ada yang gelendotin atau gangguin kalau lagi ngerjakan apa-apa. Rasanya ada sesuatu yang hilang.

Malamnya, istri saya malah kelihatan gelisah. Dia uring-uringan. Apalagi telepon rumah ayah-ibu kebetulan rusak. Tidak bisa kontak. Wah, sudah deh…..! Saya bisa memahami. Saya saja yang biasa jarang di rumah rasanya kehilangan Kezia, lebih-lebih istri saya yang setiap hari bersamanya.

Alhasil, malam itu juga istri saya minta diantar ke rumah ayah-ibu. “Kalau-kalau Kezia kenapa-kenapa,” katanya. Saya tidak menunggu diminta dua kali. Langsung cabut. Tiba di sana, eh, Kezia malah sedang tidur. Nyenyak lagi. Tidak nangis, tidak apa. Kami jadi pengen tertawa sendiri. Rupanya bukan Kezia yang belum bisa lepas dari kami, tetapi kami yang belum bisa lepas dari Kezia.

Kekuatiran yang membelenggu kita, orang dewasa, tidakkah itu kerap adalah produk pikiran dan bayangan kita sendiri? Kita kuatir ini kuatir itu, padahal siapa pula yang bisa tahu pasti masa depan? Dalam menjalani kehidupan kita memang perlu belajar dari anak-anak; mereka tidak pernah dikungkung masa lalu, tidak pernah juga di bayang-bayangi masa depan. Mereka menjalani hidup ini apa adanya. Ya, anak-anak adalah guru kehidupan.

Dari buku Tragedi dan Komedi oleh Ayub Yahya, diterbitkan oleh Grasindo

Friday, March 09, 2007

Catatan Harian

Day - 23

Jumat, 9 Maret 2007 --Badan ambruk nih. Sariawan belum baik. Flu pula. Bersin. Hidung meler. Mampet. Kepala cenut-cenut. Lengkap sudah. Makan ga enak, tidur ga enak. Duh. Duh. Saya ga ngerti, kenapa koq sering gitu sariawan dan flu. Dari dulu. Sejak saya di GKI Bekasi Timur. Ampun deh. Tapi “untunglah” cuma sariawan dan flu. Setahu saya pendeta kalau sakit banyaknya kayak liver gitu :). Penyakit karena kecapekan.

Seharian di rumah. Ngimel. Nginternet. Baca buku. Begitu-begitu saja. Bosan juga. Ga tahan. Sore berdua Kezia ke Borders, toko buku di Orchard. Naik bis disambung MRT. Kezia lagi demen buku seri Geronimo Stilton. Ia mau koleksi. Tiap minggu di sekolahnya ada tugas nge-review buku.

Waktu mau bayar di kasir, saya lihat ada satu buku menarik. Judulnya: Everything Men Know About Women. Pengarangnya Dr. Alan Francis, seorang psikolog terkemuka asal Amerika. Di sampulnya tertulis “over one million copies sold”. Saya buka. Ternyata dari halaman pertama sampai terakhir kosong. Ga ada tulisan sama sekali. Mungkin yang mau diungkapkan buku itu: Laki-laki tuh ga tahu apa-apa tentang wanita :).

Idenya sangat menarik. Kreatif. Good. Buku itu ga dibungkus plastik loh. Setiap orang bisa buka dan "baca". Jadi orang yang beli pun ga akan merasa kejebak gitu. Hebatnya laku. Ckckckck. Dari Borders terus ke Suntec City. Lihat pameran komputer. Itu orang banyak banget. Mulai dari City Hall MRT sampai di tempat pamerannya berjubel-bel. Begitulah Singapore kalau week end. Orang tumpah ruah keluar.

Friday's Joke - 33


Gema


Sepasang kekasih berkunjung ke Lembah Gema. Lembah ini terkenal karena bisa menggemakan sesuatu yang kita teriakkan. Si wanita berkata, “Mas, coba kamu berteriak.” Si pria dengan enggan berkata, “Ini tindakan yang konyol. Tapi okelah, untuk menyenangkan hatimu, akan saya lakukan.” Ia mengambil ancang-ancang dan berteriak sekuat tenaga, “Booohhhooooooonggggg!!” Tidak terjadi apa-apa. Gema yang ditunggu tidak terdengar. Ia berkata, “Tuh benar kan kata saya. Itu cuma takhyul.” Si wanita berkata, “Cobalah sekali lagi dengan lebih serius.” Si pria kemudian berteriak dengan lebih keras, “Saya pria paling tampan di dunia!!!!!” Sesaat kemudian terdengar gemanya, “Bohooooonggggg!!”

Ayah’s quote:
Orang akan menuai apa yang ditaburnya.

Catatan Harian

Day - 24

Kamis, 8 Maret 2007 -- Hampir semua media berita on-line “angkat” kecelakaan pesawat Garuda menjadi head line. Berita gempa bumi Sumatera Barat agak “menguap”. Berita apa yang akan diangkat sepenuhnya memang tergantung kebijakan media yang besangkutan. Kerap salah satu pertimbangannya adalah bisnis. Berita mana yang laku dijual.

Baca beberapa komentar orang tentang kecelakaan pesawat Garuda. Prihatin juga. Kayak komentar Aktor dan budayawan Butet Kartaredjasa di kompas on-line. Tadinya ia mau naik pesawat itu. Tapi karena ada beberapa acara mendadak terus ga jadi. Komentarnya: “Tuhan ternyata masih sayang saya.” Komentar begitu kan nyakitin para korban dan keluarga korban. Seolah Tuhan ga sayang dengan mereka. Sad.

Juga komentar beberapa pembaca Kompas on line. Katanya semua musibah itu karena dosa bangsa. Betul banyak musibah karena kecerobohan manusianya. Tapi sangat ga “adil” kalau digeneralisasi karena dosa bangsa. Siapa yang berdosa siapa yang dihukum. Hampir semua korban musibah itu rakyat kebanyakan. Mereka yang ga tahu apa-apa dengan kebijakan yang diambil para "petinggi".

Memang berkomentar tuh paling gampang. Lebih-lebih kalau fokusnya “keuntungan” dan "keselamatan" diri sendiri; untung saya begini, untung saya begitu. Lupa berempati. Lupa bersimpati. Siang pimpin kelas bina pranikah susulan. Sampai agak sore. Akhirnya bisa juga berenang malam-malam sama Kezia dan Karen. Saya sariawan lagi nih. Duh.