Tinju : Bablas
Floyd Mayweather secara berkesan menundukkan petinju flamboyan, Oscar de la Hoya. Dalam duel 12 ronde memperebutkan gelar super welter versi WBC di MGM Grand Arena Las Vegas, ia meraih kemenangan angka. Itu membuatnya tercatat sebagai petinju dengan lima gelar juara dunia dari lima kelas berbeda. Sesaat sebelum bertarung, Mayweather mengemukakan keinginannya untuk pensiun jika menang atas de la Hoya.
Keinginan yang kemudian ditegaskannya kembali sesaat setelah memenangkan pertandingan. Jika itu benar dilaksanakannya, ia akan jadi legenda. Karena menyandang rekor sempurna. Bertanding 38 kali. Menang 38 kali. Dan tidak pernah sekalipun mengalami luka di bagian wajah. Itu sebabnya ia dijuluki “Pretty Boy”. Dan ia akan meninggalkan gelanggang. Di tengah sorak sorai pujian. Di tengah gelontoran uang dan kemasyuran.
Sukses itu indah. Tapi juga bisa memabukkan. Puja-puji, kemasyuran, kekayaan dan kekuasaan, sungguh “harta karun” yang terlalu sayang untuk dilepas. Maka nggak jarang orang pun menjadi lupa diri. Ingin terus memeluknya, mendekapnya, memilikinya. Padahal, nggak ada sesuatu yang langgeng di dunia ini. Apa pun. Nggak kini, nggak kelak, akan tiba masanya semua itu “diambil” dari kita. Sebab semua itu toh bukan punya kita. Hanya titipan.
Ketika apa yang kita capai sudah begitu menguasai diri kita, sering kita terninabobokan olehnya. Akibatnya kita jadi tidak siap kehilangan. Padahal dalam dunia yang serba tidak pasti ini, apa sih yang tidak bakal berlalu? Maka, jangan lupa diri dan menjadi tamak dengan fame dan famous. Hati-hati, jangan kebablasan. (Ayub Yahya)
Keinginan yang kemudian ditegaskannya kembali sesaat setelah memenangkan pertandingan. Jika itu benar dilaksanakannya, ia akan jadi legenda. Karena menyandang rekor sempurna. Bertanding 38 kali. Menang 38 kali. Dan tidak pernah sekalipun mengalami luka di bagian wajah. Itu sebabnya ia dijuluki “Pretty Boy”. Dan ia akan meninggalkan gelanggang. Di tengah sorak sorai pujian. Di tengah gelontoran uang dan kemasyuran.
Sukses itu indah. Tapi juga bisa memabukkan. Puja-puji, kemasyuran, kekayaan dan kekuasaan, sungguh “harta karun” yang terlalu sayang untuk dilepas. Maka nggak jarang orang pun menjadi lupa diri. Ingin terus memeluknya, mendekapnya, memilikinya. Padahal, nggak ada sesuatu yang langgeng di dunia ini. Apa pun. Nggak kini, nggak kelak, akan tiba masanya semua itu “diambil” dari kita. Sebab semua itu toh bukan punya kita. Hanya titipan.
Ketika apa yang kita capai sudah begitu menguasai diri kita, sering kita terninabobokan olehnya. Akibatnya kita jadi tidak siap kehilangan. Padahal dalam dunia yang serba tidak pasti ini, apa sih yang tidak bakal berlalu? Maka, jangan lupa diri dan menjadi tamak dengan fame dan famous. Hati-hati, jangan kebablasan. (Ayub Yahya)
No comments:
Post a Comment