Friday, June 30, 2006

Catatan Harian

Day - 276

Siang makan dengan teman-teman karyawan gereja di Rawamangun. Sayur asam dan ayam goreng garing ala “kampung” plus sambal terasi. Mereka yang pilih. Katanya, “Di Singapura belum tentu ada loh, Pak.” Betul juga sih. Kalau pun ada, cita rasanya belum tentu sama. Untuk soal makanan, saya rasa, Indonesia ga ada yang ngalahin :).

Saya sangat appreciate dengan teman-teman karyawan itu. Bagi saya mereka juga rekan sekerja. Peran mereka tuh sangat besar loh. Mereka termasuk “motor” dalam aktivitas gereja. Ngurusin administrasi, nyiapin sarana prasarana kegiatan gereja, memelihara inventaris gereja, dsb. Tanpa mereka aktivitas gereja bisa macet. Cuma kerap kehadiran mereka dipandang sebelah mata. Kalau kegiatan gereja lancar, bagus, oke, yang “muncul” pendetanya, penatuanya, pengurusnya. Tapi kalau ga lancar, ga jarang mereka yang “kena getahnya”.

Ga gampang loh kerja di gereja. Kadang terlalu banyak “bossnya”. Dari warga jemaat biasa, pengurus, sampai anggota Majelis Jemaat. Ga jarang di gereja itu, orang yang resminya “melayani” tapi berperilaku sebagai “boss”. Mentalitas seperti ini nih “penyakit”, bikin ga damai sejahtera. Padahal jabatan apa pun, termasuk di gereja bukan warisan, yang bisa dipergunakan seenaknya. Semua jabatan itu adalah “titipan” Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan.

Di rumah buku-buku belum sepenuhnya beres nih. Ada teman sih yang bantuin beresin. Wah kalau saya sendiri, entah kapan selesainya. Ke Singapura saya ga bawa buku banyak sih. Sebagian besar saya tinggal. Malam pergi makan sama pengurus Wilayah Kelapa Gading Utara. Kita ngobrol dan bercanda sampai agak malam. C u, rekans. Pengen deh saya nyanyi: “Kemesraan ini janganlah cepat berlalu. Kemesraan ini ingin ku kenang selalu.... yeahhh!”

Wednesday, June 28, 2006

Catatan Harian

Day - 277

Berangkat ke Jogja. Naik Adam Air jam 6.30. Dari rumah jam 5. Naik taxi. Bareng dengan Tek Khun, teman dari Jogja yang semalam nginep di rumah. Pesawat on-time. Di Bandara Adi Sutjipto dijemput teman.

Terus ke kampus. Urus tesis. Saya ga bisa ikut wisuda Nopember. Tapi tetap harus bayar 75%. Dan ini itu. Surat pernyataan, ijazah terakhir, bukti sudah menyerahkan tesis dalam bentuk CD, dan macam-macam lagi. Ga dunia kampus, ga pemerintah, (ga di gereja :), prinsipnya kalau bisa dipersulit, ngapain dipermudah. Ujung-ujungnya karena ga semua syarat bisa dipenuhi, ya sudah saya nanti kirim dari jakarta. Teman dari Jogja yang ngurus. Yang penting sudah bayar dan sudah ngajuin ngisi formulir.

Siang ke Gloria. Beres-beres buku dan pakaian. Selama ini saya dapat pinjeman kamar di sana. Saya bisa memakainya kapan pun dan berapa lama pun. Saya sangat berutang budi dengan teman-teman Gloria. Thx, rekans. Saya tuh sungguh bersyukur. Selalu saja ada teman-teman yang begitu baik dengan saya. Semoga saya pun dapat menjadi teman yang baik bagi sebanyak mungkin orang. Hidup ini akan terasa lebih indah dengan teman.

Siang sempet tidur di Gloria. Ngantuk banget. Semalam tuh saya sama sekali ga tidur. Beres-beres. Ngetik. Kembali ke jakarta naik Mandala jam 19.00. Perjalanan lancar. Sesampai di rumah, saya nonton lagi VCD bikinan teman-teman Demuda. Benar-benar kreatif deh. Saya sangat terkesan. Buat saya itu hadiah terindah. Thx, rekans.

Wednesday's Games Idea - 04


Siapa Terpanjang

Jumlah pemain : Kelompok sedang, peserta dibagi dalam kelompok beranggota 5-10 orang
Waktu bermain : 15-20 menit
Dibutuhkan ruangan yang cukup luas untuk kegiatan ini.
Cara bermain :
Setiap kelompok harus membuat "seutas tali", sepanjang mungkin, dengan mempergunakan semua yang mereka miliki, seperti: sabuk, tali sepatu, kaos, dll. "Tali" yang dibuat kelompok harus terikat, tak boleh terputus. Siapa yang terpanjang, dialah pemenangnya. Setelah waktu usai, minta mereka membentangkan "tali" masing-masing dan ukurlah. Siapa yang paling panjang menjadi pemenang.
Tujuan permainan :
Dibutuhkan kerelaan untuk menyumbangkan apapun yang dimiliki untuk kepentingan dan tujuan bersama. Kompetisi kadang membuat kita mau melakukan apa saja untuk menang.

Catatan Harian

Day - 278

Sebelum saya berangkat ke Singapura, beberapa teman baik minta saya waktu untuk sekadar “kongkow”. Tapi kayaknya agak sulit memenuhi semua ajakan. Waktu saya sempit. Saya masih harus “kesana-kemari”. Juga beres-beres. Terutama buku-buku. Dari kemarin beres-beres buku, belum kelar-kelar nih. Duh.

Bagusnya waktu saya di Jakarta tuh sekitar sebulanan lagilah. Baru saya bisa memenuhi semua ajakan "kongkow”. Sekaligus bisa ngunjungi para “hopeng”. Tapi ya, mana bisa kan. Paling lambat 5 Juli saya sudah harus ada di Singapura. 9 Juli-nya saya sudah harus pimpin Perjamuan Kudus di sana. Apalagi saya tuh suka ga enakan nolak kalau diajak apa-apa. Jadinya bingung sendiri. Bikin susah sendiri. Makanya untuk “bersilaturahmi” dengan teman seharusnya ga menunggu waktu mendesak. Kapan saja selagi bisa saja. Jangan kayak saya. Sudah harus berpisah, baru deh “kerasa” banyak yang harus ditemui. Repot kan.

Malam moderatori acara Talk Show Demuda. Seputar dunia film dan iklan. Narasumber sutradara, kameramen, dan pembuat iklan. Pembahasan lebih dari sisi manusiawinya, terutama berkenaan dengan pertentangan antara hati nurani dan tuntutan keadaan. Bukan tehnis. Menarik apa yang dikatakan salah satu narasumber. Ia seorang kameramen peliput perang. Ia bilang, pekerjaannya itu telah membuatnya sadar, bahwa Tuhan itu ada

Di akhir acara. Pengurus Pokja Demuda bikin acara spesial perpisahan dengan saya. Duh. Jadi terharu. Dalam sebulan terakhir ini, saya terus “bergulat” dengan rasa haru. Mereka membuat CD dokumentasi kegiatan saya, khususnya dengan Demuda. Juga kesan beberapa orang terhadap saya. Sangat kreatif. Good. Itu akan menjadi kenangan terindah buat saya. Thx, rekans.

Tuesday, June 27, 2006

Tuesday's Song - 09

Pergi Untuk Kembali
Penyanyi : Ello
Pencipta : Minggus Tahitu

Walaupun langit pada malam itu
bermandikan cahaya bintang
Bulan pun bersinar
betapa indahnya
Namun menambah kepedihan

Ku akan pergi meninggalkan dirimu
menyusuri liku hidupku
janganlah kau ragu
dan jangan kau bimbang
berikanlah senyuman padaku

Reff.
Selamat tinggal, kasih
sampai kita jumpa lagi
Aku pergi tak 'kan lama
Hanya sekejap saja
ku akan kembali lagi
asalkan engkau tetap menanti.

Renungan :
Untuk segala sesuatu, kata Pengkhotbah, ada waktunya. Ada waktunya tertawa, ada waktunya menangis. Ada waktunya bertemu, ada waktunya berpisah. Waktu punya "kebijakan" sendiri. Yang terbaik, ikuti saja "kebijakan" sang waktu. Mengalir bersamanya. Terima segala yang terjadi dengan hati lapang, dengan keyakinan di baliknya selalu ada tangan Tuhan yang menenun. Selamat tinggal kasih sampai kita jumpa lagi. Aku pergi tak kan lama.

Monday, June 26, 2006

Catatan Harian

Day - 279

Siang saya dapat kejutan. Dr. Hendrawan Nadesul datang ke rumah. Ngobrol sebentar. Terus makan siang di Angke, Kelapa Gading. Saya sering baca tulisan ia di Kompas. Dulu waktu masih rajin, tulisan ia termasuk yang suka saya kliping. Disamping tulisan Komaruddin Hidayat, Gus Dur, Goenawan Mohamad, Magnis Suseno, dsb. Kemarin ia telepon ke HP dan minta waktu ketemu. Saya sempet kaget juga sih. Seorang Hendrawan Nadesul, tahu pula no. HP saya. Seumur-umur saya baru ketemu dengannya sekali. Waktu sama-sama kasih ceramah di acara remaja di GKI Kayu Putih. Pak Nadesul kasih saya enam biji buku karangannya. Katanya, ia senang sekaligus sedih saya pindah ke Singapura. Thx, Pak Hans.

Sore kebaktian peneguhan saya sebagai Pendeta Tugas Khusus GKISW Jabar ke GPBB Singapura. Sebelum acara ada beberapa ibu yang nyalami saya sambil nangis. Saya jadi terharu. Waktu berkhotbah akhirnya saya ga tahan. Nangis. Saya terharu banget. Tadi itu semua rasanya berjalan “teramat manis”. Jemaat GKI Kayu Putih akan selalu berada di hati saya.

Khotbah saya berdasar Yeremia 29:11. Saya mengutip dua ungkapan. Pertama dari Ibu Teresa. Ketika ada orang yang bertanya kepadanya: “Ibu telah banyak menolong orang miskin. Tapi jauh lebih banyak orang miskin yang ga tertolong. Apakah Ibu merasa cukup berhasil?”. Ibu Teresa menjawab, “Saya ga dipanggil untuk berhasil. Saya dipanggil untuk setia.” Kedua dari seorang biarawati kenalan saya. Saya pernah tanya ke ia, apakah motivasi ia jadi biarawati bukan pelarian. Ia jawab, “Kalau jalan ini adalah kehendak Tuhan. Dia akan memurnikan motivasi saya. Kalau ini bukan jalan Tuhan, Dia akan selalu punya cara menggagalkannya. Saya hanya menyediakan diri. Ini saya, Tuhan. Pakailah seturut kehendak-Mu.”

Kedua ungkapan tersebut sekaligus menjawab untuk beberapa sinyalemen terhadap saya. Kepada anggota jemaat yang menyesalkan saya pindah. Katanya, di GKI Kayu Putih ga kurang tantangan. Saya belum berhasil sepenuhnya menggali potensi yang ada. Saya jawab, “Saya tidak dipanggil untuk berhasil, saya dipanggil untuk setia.” Kepada anggota jemaat yang menganggap saya mau pindah karena Singapura-nya, saya jawab, “Kalau ini bukan kehendak Tuhan, Tuhan pasti punya cara menggagalkannya. Kalau ini kehendak Tuhan dan ternyata saya punya motivasi yang salah, Tuhan pasti akan memurnikan motivasi saya. Saya hanya menyediakan diri. Ini saya, Tuhan. Pakailah seturut kehendak-Mu.”

Catatan Harian

Day - 280

Dari semalam saya mulai beresin buku. Pengennya sih semua saya bawa. Tapi mana bisa kan?! Ada empat lemari. Mau ga mau harus dipilih dan dipilah mana yang akan ditinggal. Ini susahnya. Saya suka banget sama buku. Bagi saya buku tuh harta yang sangat berharga. Makanya untuk beresinnya pun saya lakukan sendiri. Tapi ya, ada bagusnya juga sih. Semacam latihan melepaskan diri dari "kelekatan" pada benda, seberharga apa pun benda itu. Toh segala yang ada di dunia ini akan berlalu.

Pagi saya dapat SMS ini dari seorang anggota jemaat: "Sore Pak Pdt. Ayub! Suami sy n sy dah lama ingin SMS Bpk, tp br skrg kami memberanikan diri. Kebanggaan kami di grj Ky Pth krn adanya Bpk, alasannya pasti Bpk dah tau. Skrg Bpk mau 'meninggalkan' kami. Memang hak Bpk n sdh jalan-Nya. Kami sedih dan kecewa, tp tak kuasa berbuat apa2. Mudah2an sesdh selesai tugas disana, Bpk msh mau melayani di Ky Pth, tetap menjadi kebanggan kami. Pasti bnyk jemaat yg berharap spt kami. Slmt jln. Terima kasih TUHAN krn sdh mengenal Bpk. Semoga sukses di tempat baru n Bpk berjanji akan kembali pd kami, menjadi Pdeta Ky Ptih. Salam."

Pada satu sisi, saya terharu sekali. Cukup keraplah saya menerima telepon, SMS, dan ucapan senada. Ingat jemaat yang sudah begitu "dekat" sungguh, saya tuh berat banget. Di Warta Jemaat hari ini juga ada "refleksi" dari seorang anggota jemaat tentang saya. Seandainya sekarang jemaat minta saya ga usah pindah, mungkin saya pertimbangkan kembali.

Tapi pada sisi lain, mungkin justru baik pada saat seperti sekarang ini saya pindah. Sebelum nanti saya malah jadi "dikultuskan". Atau terjebak dengan "kenyamanan" ladang pelayanan. Mudah-mudahan ini hanya "ge-er" saya. Toh pasti SMS di atas ga mewakili semua anggota jemaat. Tapi katakanlah betul, justru saya yang jadi "kebanggaan" jemaat. Berarti saya telah gagal. Sebab, saya kira, dasar motivasi pelayanan harusnya: "DIA harus makin bertambah, ku harus makin berkurang." Semoga pujian, luapan sayang, rasa kehilangan dari sebagian jemaat, ga jadi pencobaan bagi saya. Tapi betapa pun jemaat GKI Kayu Putih akan tetap ada di hati saya. I love you all.

Saturday, June 24, 2006

Catatan Harian

Day - 281

Hari terakhir retreat. Kami sudah ngerasa akrab dengan anak-anak sekolah minggu. Waktu pulang pun banyak dari mereka yang “gandolin”. Sangat bagus retreat dibikin untuk keluarga. Materi dan metode dirancang untuk keluarga. Biasanya kan kalo retreat itu terpisah-pisah. Retreat pemuda, retreat remaja, retreat anak-anak. Tanpa sadar gereja bisa ikut andil “memecah” keluarga loh.

Kalo retreat keluarga, jadinya keluarga utuh ikut. Acara-acara pembinaan dipisah sih, tapi secara umum satu keluarga bareng-bareng gitu. Ada beberapa anak yang menulis kesannya senang dengan retreat ini karena bisa kumpul dengan ayah, ibu dan adiknya. Biasanya jarang, paling cuma sabtu dan minggu. Itupun sebentar katanya.

Pulang sesudah makan siang. Dari Cimacan sampai perempatan Ciawi.macet. Bener-bener deh. Saya suka heran kalo mikirin macet. Jadi boros BBM kan.Padahal sebetulnya akarnya kadang simple. Pasar di pinggir jalan dan kendaraan umum ga tertib. Apa yang sebetulnya sepele bisa jadi masalah besar kalo ga ditangani. Aparat pemerintah juga cuek sih. Baru kalo udah kritis, semua ribut. Kayak sampah yang numpuk di Bandung tuh. Kalo ga kritis pemda tenang-tenang saja kan.

Pulang ke rumah tiba-tiba kangen banget sama Kezia dan Karen. Saya lihat-lihat foto mereka di HP. Duh. Rasanya pengen memeluk mereka. Biasa kalo bepergian nginap saya selalu telpon. Kali ini saya cuma SMS-an dengan Dewi. Saya ga tahan jadi telpon deh. Seumur-umur saya belum pernah telpon ke luar negeri. Jadi tanya-tanya dulu teman. Pindah ke Singapore membuat saya harus belajar lagi hidup. Semoga bisa smooth.

Renungan Sabtu - 07


Paulus : Melupakan dan Mengarahkan

Perjalanan hidup Paulus sungguh menggetarkan hati. Ibarat film, penuh dengan adegan menegangkan dan mengharukan. Pengalaman “perjumpaannya” dengan Tuhan Yesus di jalan yang menuju Damsyik—yang membawanya kepada pertobatan—begitu dramatis dan mengejutkan.

Pula, keteguhan dan ketegarannya dalam memberitakan Injil. Ia berjuang mengatasi segala kelemahan dan sakit fisiknya, tidak menyerah dengan rupa-rupa pencobaan dan aniaya yang dialaminya. Tak sejengkal pun langkahnya surut ke belakang. Terus maju pantang mundur.Pernah suatu ketika di Listra, akibat provokasi orang-orang Yahudi yang datang dari Antiokhia dan Ikonium—di kedua kota ini Paulus juga mengalami kejadian tidak menyenangkan karena ulah orang-orang Yahudi itu yang rupanya dengan segala cara terus berusaha mencelakakannya —Paulus dianiaya habis-habisan; dilempari batu, lalu diseret ke luar kota. Hebat sekali penganiayaan itu, sampai-sampai mereka menyangka Paulus telah mati (Kisah Para Rasul 14:19).

Kapokkah Paulus?! Tidak. Pada ayat 20,21 dikatakan, “Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe. Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembali mereka ke Listra, Ikonium, dan Antiokhia”.Hebatnya—kalau mau dibilang demikian— itu bukan satu-satunya pengalaman pahit yang Paulus alami. Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus ia menulis, “Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu” (2 Korintus 11:24-26). Paulus mengutarakan semuanya itu tidak dengan maksud menyombongkan diri ataupun mencari simpati, tetapi untuk membela diri terhadap orang-orang yang meragukan dan terus-menerus menyerang kerasulannya. “Apakah mereka pelayan Kristus? —aku berkata seperti orang gila—aku lebih lagi!” (ayat 23).

Luar biasa. Apa yang membuat Paulus tetap tegar dan teguh? Jawabannya ada di Filipi 3:13. “Tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku.”

Melupakan yang di belakang dan mengarahkan kepada apa yang di hadapan, itulah kunci ketegaran dan keteguhan Paulus. Segala pengalaman pahit; penderitaan, aniaya, dan fitnah keji yang pernah dialaminya, ia tanggalkan dan tinggalkan di belakang. Ia melupakan semuanya itu dan tidak membiarkan dirinya terus tenggelam dalam kekecewaan dan kesedihan, sekalipun secara manusiawi ia punya banyak alasan untuk itu. Betapa tidak? Ia sudah bertobat dan menjadi pengikut Tuhan Yesus. Bahkan lebih dari itu, ia juga aktif mengabarkan Injil ke mana-mana. Lha, kok malah mengalami banyak kesulitan dan kepahitan?! Sebaliknya Paulus mengarahkan diri pada apa yang ada di hadapan, kepada visi hidupnya: mewartakan Kabar Baik seluas mungkin, dan kepada sebanyak mungkin orang.

Melupakan apa yang sudah terjadi dan mengarahkan diri kepada apa yang mau kita capai, juga merupakan kunci untuk kita bertahan hidup.Mungkin kita punya kenangan buruk, atau pengalaman yang pahit dan menyakitkan di masa lalu; lupakanlah. Ibarat sebuah buku, sudahlah kita tutup semua itu. Dan tidak perlu kita buka-buka lagi. Betul, tidak segampang bicara, tetapi memang tidak ada cara lain. Toh juga kita tidak bisa mengubah masa lalu. Lalu, mari kita arahkan diri kita kepada visi di depan; apa sebenarnya yang mau kita capai dalam hidup ini?! Untuk apa kita melakukan ini dan itu?! Apa sesungguhnya tujuan kita?! Berdamai dengan masa lalu akan menjadi awal yang sangat baik untuk kita melangkah ke masa depan. Masa lalu cukuplah kita jadikan sebagai cermin, atau sebagai sebuah pelajaran. Minimal supaya kita lebih bijak, lebih peka, lebih peduli, atau bahkan lebih tahu diri di masa depan.

Seumpama begini: Anda membuat lukisan di sebuah kertas gambar. Sayangnya lukisan itu banyak coret-moret noda-noda hitam. Bagaimanapun Anda menghapus toh tetap akan meninggalkan bekas. Maka tidak ada cara lain; Anda harus mengganti kertas gambar dengan yang baru. Lalu buatlah sebuah lukisan yang baru pula.

Hidup kita dapat juga diumpamakan seperti lukisan. Lukisan masa lalu mungkin penuh dengan coretan noda hitam. Sudahlah, kita tinggalkan. Kita buat sebuah lukisan baru di kertas kehidupan yang baru. Tinggal pertanyaannya, lukisan apa yang mau kita buat? Selamat “melukis” di kertas kehidupan.

Dari buku : Bila Cinta Menyapa, Ayub Yahya, diterbitkan oleh Gloria Graffa.

Friday, June 23, 2006

Friday's Joke - 08


DASI

Seorang pengembara tersesat di gurun pasir Aljazair. Ketika menyadari bahwa satu-satunya peluang untuk selamat adalah dengan menemukan pemukiman penduduk, dia mulai berjalan. Waktu berlalu dan dia menjadi haus. Waktu terus berlalu dan dia semakin merasa lemas. Sambil merangkak, ketika dia hampir pingsan, dia melihat ada sebuah tenda yang berjarak hanya 500 meter di depannya.

Nyaris tak sadar, akhirnya dia berhasil mencapai tenda dan berteriak, "Air....."Seorang laki-laki muncul di pintu tenda dan menjawab dengan sopan, "Maaf, Tuan, saya tidak punya air. Tapi, saya punya dasi. Tuan boleh mengambilnya", sambil menyodorkan koleksi dasi sutera yang indah."Bodoh kau!" seru pengembara itu. "Aku sekarat! Aku butuh air! Bukan dasi!". "Baiklah," jawab pemilik tenda itu, "jika Tuan benar-benar membutuhkan air, ada sebuah tenda kira-kira 2 kilometer di sebelah utara. Di sana Tuan akan mendapatkan air seperti yang Tuan inginkan."

Tanpa pikir panjang, pengembara itu mengumpulkan sisa-sisa tenaganya untuk menyeret tubuhnya menempuh perjalanan ke tenda yang dimaksudkan orang itu. Dengan tenaga terakhir yang dimilikinya, dia berhasil menggapai pintu tenda kedua dan ambruk di depannya. Seorang laki-laki memakai jas tuksedo yang mahal muncul di pintu tendadan bertanya, "Apa yang dapat saya bantu, Tuan?""Air..." bisiknya lemah. "Oh, Tuan," jawab laki-laki tadi, "Maaf sekali, anda tidak dapat masuk ke sini tanpa memakai dasi!"

Ayah's quote :
Apa yang tidak berguna dalam situasi tertentu dalam hidup kita. Belum tentu tidak berguna dalam seluruh hidup kita. Jangan hidup hanya berorientasi pada kepentingan dan kebutuhan diri sendiri. Sebab itu akan membutakan kita terhadap kebajikan orang di sekitar kita.

Catatan Harian

Day - 282

Hari kedua retreat. Ada empat sessi hari ini. Termasuk sessi outdoor. Kami meng-format acara sekolah minggu “learning by doing”. Games, aktifitas prakarya, nonton film bersama. Games berkenaan dengan kerjasama, tanggung jawab, saling menghargai, keakraban. Aktifitas prakarya, anak-anak kelas kecil : mewarnai, membuat cincin ketaatan, menghias kartu. Anak kelas besar, aktifitas prakaryanya, antara lain membuat kartu ucapan kasih untuk orang tua. Yang akan mereka berikan kepada orang tua masing-masing di acara api unggun nanti malam.

Sangat kreatif. Jujur. Beberapa lucu. Kayak ini : “Thanks Mom and Dad, tapi mana HP-nya? Beliin dong. I love you”. Juga yang ini : “Thanks Mom and Dad. Thanks for teaching me. I just wanna to say where is my pulsa. I’m so sad, because I can not SMS-an gitu loh. See ya.” Ternyata HP sudah menjadi “mainan” anak-anak SD juga. Bukan barang mewah lagi.

Film untuk anak kelas kecil diputar film kartun cerita perumpamaan Tuhan Yesus dalam Alkitab. Tentang Pengampunan dan Anak yang Hilang. Anak kelas besar, diputar film Children of Heaven. Itu film anak-anak dari Iran. Ada juga versi Singapore-nya. Ceritanya tentang seorang anak dari kalangan miskin yang berjuang mendapatkan sepasang sepatu untuk adiknya. Sangat mengharukan. Dan sangat mendidik.

Saya tadi agak ga enak badan. Ada satu sessi aktifitas, saya cuma ikut separuh. Dan teman-teman team bisa meng-handle semua. Saya terima SMS dari Dewi. Urusan Singapore udara beres. Kezia udah dapat sekolah di Lianhua Primary School. Urusan apartemen juga sudah selesai. Thx, God! Setidaknya udah lebih tenang lah. Tinggal ngurusin yang lain-lain. Pindahan tuh ga gampang loh.

Thursday, June 22, 2006

Catatan Harian

Day - 283

Subuh antar Dewi, Kezia dan Karen ke bandara. Mereka duluan “pindahan” ke Singapore. Ditemani mami juga. Kezia udah harus masuk sekolah tanggal 26 Juni ini. Saya masih banyak yang harus “dijalani” dan dikerjakan. Kebaktian pengutusan, urusan kampus, pimpin beberapa acara, dan sebagainya.

Pulang ke rumah rasanya lonely. Biasa berempat sekarang sendiri. Kadang saya suka jengkel, suka marah-marahan sama Dewi dan anak-anak, kalo udah jauh baru deh kerasa betapa berartinya mereka. Memang, segala sesuatu baru terasa berharga kalo udah ga ada. Tapi, masa sih mesti menunggu ga ada dulu baru kita menghargai sesuatu itu:) Makanya, mestinya kita syukuri apa yang ada pada kita sekarang. Dan, berusaha memberi yang terbaik kepada orang-orang yang kita kasihi. Sekarang juga.

Siang bersama Tim Union dan beberapa teman dari PMK-IPB pimpin retreat GKY Puri Indah. Di Via Renata, Cimacan. Tempatnya oke. Tapi sebetulnya sih lebih tepat buat liburan. Kami nangani Sekolah Minggu-nya. Dibagi empat kelas. Ada satu dua acara gabungan. Ga gampang lho nangani anak-anak. Pimpin nyanyian, games, cerita. Ada 130-an anak dari berbagai usia. Salaut saya untuk para Guru Sekolah Minggu.

Saya lihat beberapa pendeta yang khotbahnya “baik” biasanya yang intens juga dalam pelayanan anak. Contoh Pendeta Eka Daramputera dan Pendeta Stephen Tong. Mereka yang bias “merebut” perhatian anak-anak akan bias pula “merebut” perhatian orang dewasa.

Catatan Harian

Day - 284

Semalam ngobrol sama teman sampai malam. Saya sebetulnya ngantuk banget. Flu lagi. Biasa kalau kurang tidur. Tapi teman saya itu, suami istri, lagi punya masalah berat. Mereka perlu teman sharing. Ga nyangka juga sih. Selama ini saya dan juga teman-teman lain, melihat mereka sebagai suami istri yang harmonis. Usaha mereka juga sukses. Tapi ya seperti kata pepatah Belanda, setiap keluarga pasti punya salib.

Pagi makan gudeg di Godean. Enak juga. Jogja di daerah kotanya relatif sudah normal. Jejak-jejak gempa sih masih ada; baik berupa bangunan yang retak, maupun berupa cerita-cerita “menggetarkan” dari teman-teman. Saya baca di Kompas Jogya. Di daerah Gunung Kidul ada 27 korban gemba di Desa Ngawu, Playen, yang menolak bantuan jatah hidup pasca gempa. Mereka menganggap kerusakan yang mereka alami tergolong ringan. Mereka meminta bantuan dialihkan kepada korban gempa yang kondisinya lebih parah. Sungguh berhati mutiara. Bandingkan dengan stasiun televisi dan koran yang berlomba “jualan” gempa untuk merebut untung.

Siang kembali ke Jakarta. Bandara Adi Sutjipto lokasi keberangkatan akibat gempa masih dalam perbaikan. Sampai di rumah jam 14-an. Dewi dan anak-anak jadi berangkat besok ke Singapura. Banyak tamu yang datang. Malam saya pimpin kursus tehnik berkhotbah di PPWG STT Jakarta. Ini pertemuan terakhir. Ada acara ramah tamah. Katanya, sekalian perpisahan dengan saya. Jadi terharu juga. Thx, rekans. Thx.

O ya tadi di jalan dari Bandara, seorang teman telepon. Ia pengen ketemu sebelum saya berangkat. Tapi ia wanti-wanti jangan dibatalin lagi. Katanya sudah tiga kali saya oke ketemu buat akan bareng, terus batal. Kelemahan saya tuh begitu, suka ga enakan nolak. Ini di terima itu diterima. Akibatnya hari H-nya, mesti deh ada yang terpaksa dibatalin. Teman saya itu bilangin saya, jangan begitu dong. Meski yang dibatalin itu biasanya yang janjian “ringan” kayak makan atau nonton. Tapi kalau bisa ya bilang bisa, ga ya ga. Bener juga. Saya harus bisa lebih tegas.

Wednesday, June 21, 2006

Wednesday's Games Idea - 03


Alas Kaki Siapa

Jumlah pemain : Dalam kelompok sedang sampai 50 orang.
Alat yang dibutuhkan : Sepatu/alas kaki sebelah kanan dari setiap peserta.
Waktu bermain : 15-20 menit
Cara Bermain :
Seluruh peserta harus menanggalkan alas kakinya. Selanjutnya seluruh peserta diminta untuk mengumpulkan sepatu/sandal sebelah kanan ke depan. Seluruh peserta berdiri dalam lingkaran membelakangi pemimpin permainan. Selanjutnya, pemimpin permainan akan membagikan sepatu-sepatu tersebut secara acak di belakang masing-masing peserta. Dengan aba-aba dari pemimpin permainan, seluruh peserta secara serentak membalikkan badan dan memungut sepatu yang ada di hadapannya. Tugas mereka adalah mencari siapa pemilik sepatu tersebut. Saat mereka mencari pemilik sepatu, peserta hanya boleh mengeluarkan satu kalimat “apakah ini milikmu?“ Jika ya, cukup dijawab dengan anggukan kepala, tetapi jika bukan, harus dijawab dengan “maaf, bukan“. Pada saat mencari, mereka juga dicari. Jika sudah menemukan sang pemilik sepatu, tanyalah nama lengkapnya. Permainan dibatasi maksimum 15 menit. Setelah waktu selesai, seluruh peserta yang telah mendapatkan kembali sepatu sebelah kanannya harus menggunakannya.
Tujuan permainan :
Manakah yang harus didahulukan, orang lain atau diri sendiri? Melayani orang lain atau kepentingan diri sendiri? Dalam relasi dengan orang, kerap kita lupa, bahwa orang lain sama pentingnya dengan diri kita. Hadir untuk saling melengkapi. Layanilah seorang akan yang lain dalam kasih.

Tuesday, June 20, 2006

Catatan Harian

Day - 285

Berangkat ke Jogja. Naik Adam Air jam 6.30. Sampai Adi Sutjipto hampir jam 8-an. Agak ngaret dikit. Dijemput teman. Di jalan yang dilewati tampak jelas jejak-jejak gempa. Kalo di tengah kota yang jauh dari pantai rusaknya segitu. Saya bisa bayangkan parahnya yang dekat pantai dimana pusat gempa berasal.

Terus ke kampus urus tesis. Revisi sudah oke. Tinggal tanda tangan dosen. Nungguin dosen untuk tanda tangan ngeselin juga nih hehehe. Saya jadi inget kalo ada anggota jemaat yang butuh tanda tangan saya buat minta keringanan uang sekolah. Mereka juga pasti kesal kalo lama-lama nunggu. Emang kita tuh baru deh bisa ngerasain sakitnya orang yang kita cubit, setelah kita juga dicubit. Akhirnya dua dosen udah tanda tangan. Tinggal satu dosen. Saya kejar ke rumahnya. Ia lagi cuti. Yaaaa. Padahal tanda tangan kan cuma lima menit. Terpaksa tertunda deh.

Siang sampai malam ngunjungi teman-teman. Kita ngobrol seputar gempa. Mendengar cerita pengalaman mereka saat gempa. Ngeri juga. Saat-saat menggetarkan dan mendebarkan begitu, betapa besar arti SMS dan telepon penghiburan dari kerabat yang tinggal jauh. Tapi tadi sih mereka cerita sudah sambil ketawa-ketawa. Saat pahit emang akan terasa manis kalo dikenang.
Kita lalu berdoa bersama. Kita meyakini ga ada satu pun episode dalam hidup kita yang berada di luar kendali Tuhan. Semua pasti ada hikmahnya. Walau sekarang kita ga tahu apa. Blank. Dalam situasi sulit seperti itu pertanyaan yang produktif dan berpengharapan adalah, “Apa maksud Tuhan dibalik semua ini?” Bukan, “Kenapa semua ini terjadi?”.

Tuesday's Song - 08

S'mua Baik
Penyanyi Franky Sihombing
Composed by Tommy Widodo dan Budi

Dari semula t'lah Kau tetapkan
Hidupku dalam tanganMu
Dalam rencanaMu, Tuhan
Rencana indah t'lah Kau siapkan
Bagi masa depanku
Yang penuh harapan

Reff.
S'mua baik, s'mua baik
Apa yang t'lah Kau perbuat
di dalam hidupku
S'mua baik, sungguh teramat baik
Kau jadikan hidupku berarti

Renungan :
"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-racangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Jadi, dalam menjalani hidup ini dimana pun dan sebagai siapa pun; berusaha sebaik-baiknya, berserah sepenuh-penuhnya. Just do the the best, let God do the rest.

Monday, June 19, 2006

Catatan Harian

Day - 286

Pagi berangkat ke Bandung. Nengok mama. Bawa mobil sendiri. Sebetulnya lagi ga fit nih. Semalam flu berat dan agak demam. Ga bisa tidur. Tapi kalau ditunda, takutnya keburu harus pindahan. Dewi, Kezia dan Karen rencanya kan berangkat hari Kamis. Ke Bandung lewat tol Cipularang cuma 2 jam-an.

Mama ajak saya ngobrol pribadi. Ia berpesan, agar di tempat baru saya bisa rendah hati dan sabar. “Mama ga bisa ngasih apa-apa, selain nasihat itu,” begitu katanya. Pesan ini sebetulnya sudah kerap Mama sampaikan ke saya. Mama sangat tahu tentang keburukan saya itu. Saya kerap ga bisa rendah hati dan ga sabaran. Thx, Ma.

Dari Bandung terus ke Serpong. Ke rumah kakak. Papa juga lagi ada di sana. Seperti biasa Papa banyak mengeluhkan tentang penyakitnya. Sakit kepala, sakit gigi, susah buang air besar, sariawan, badan gatel-gatel. Saya hanya mendengarkan. Ga bisa berbuat apa-apa juga. Orang-orang seperti Papa tuh kasihan. Hanya memandang hidup dari sisi negatif. Seolah hidup melulu kusam dan suram. Repotnya, mungkin karena sudah terlalu lama bersikap dan berpikir demikian, jadi sudah terbentuk menjadi semacam mentalitas. Sulit diubah. Ga bisa bersyukur.

Di rumah kakak, saya sempet tidur sebentar. Tapi rasanya nyenyak banget. Mungkin juga karena pengaruh Actifed, obat flu, yang saya minum. Bangun-bangun, badan sudah lebih segar. Sudah sekitar seminggu ini saya sulit tidur. Makanya saya suka “iri” kalau ngelihat tukang-tukang bangunan atau pemulung yang bisa tidur dengan enak, walau cuma beralas selembar koran, di pinggir jalan ramai pula. Tidur emang bukan soal “fasilitas”, tapi soal hati :).

Sunday, June 18, 2006

Catatan Harian

Day - 287

Semalam di retreat Pemuda GKI Gading Indah pimpin satu session plus dedication service. Dilanjutin api unggun dan talent show. Tapi saya minta ijin ga ikut. Capek banget. Saya terus tidur. Tapi ga bisa tidur. Saya tuh biasa, kalau capek malah ga bisa tidur. Sampai jam 1-an baru bisa tidur. Tempat retreat, Villa Carmel, oke juga. Pemandangannya oke. Sawah. Gunung. Sungai. Cuma bangunan dan fasilitas sudah agak “tua". Juga agak jauh dari Jakarta. Ngelewatin titik-titik rawan macet pula.

Pagi pimpin kebaktian. Setelah kebaktian ada acara sederhana perpisahan dengan saya. Surprise. Pemuda GKI Gading Indah lho. Jadi terharu. Thanks rekans. Kembali ke Jakarta nebeng teman yang pulang duluan. Sampai di rumah istirahat bentar. Terus pimpin kebaktian syukur di rumah salah seorang anggota jemaat di Cempaka Putih. Dari situ ke acara perpisahan dengan pengurus wilayah Kelapa Gading Utara dan keluarga di Pronto, Gading Sport Mall.

Dekat-dekat perpisahan begini baru deh kerasa, bahwa banyak orang yang sayang :). Selama ini karena sudah "biasa" ketemu dan biasa bersama jadi ga gitu kerasa. Dan kurang “ngehargainya”. Segala sesuatu emang baru akan terasa berharga kalau sudah hilang. Thanks rekans. Thanks. Thanks.

Sore tante ultah-an. Sekalian kumpul famili. Famili dari pihak Dewi. Kalo famili dari pihak saya sudah “berpecaran". Papua, Bandung, Pontianak, Salatiga. Jadi hampir ga pernah kumpul. Makan di Wan Tu Mall Ambassador Kuningan. Saya jarang-jarang bisa ikut acara kumpul famili. Habis biasa diadakan hari Sabtu atau Minggu. Hari repotnya pendeta :). Flu berat nih. Mana besok mau ke Bandung lagi.

Saturday, June 17, 2006

Catatan Harian

Day - 288

Kembali di Jakarta. Naik Adam Air jam 10.45 waktu Singapore. Semua urusan di Singapore so far so good-lah. Yang belum good justru urusan di Jakarta. Banyak yang harus dikerjakan, tapi waktunya mepet. Jadi rasanya ke sana mentok ke sini mentok. Duh.

Pesawat ngaret 30 menit-an. Hujan deras. Di atas sempat tergoncang-goncang. Kayak naik mobil di jalanan berbatu-batu. Tapi karena di pesawat jadi ngeri juga :). Betapa dekatnya batas antara hidup dan mati. Sampai di Cengkareng jam 11.45 wib. Tol macet banget. Duh. Padahal mau terus pimpin retreat pengurus dan aktivis pemuda GKI Gading Indah di Cipanas. Perginya di jemput sih. Nggak nyetir sendiri.

Saya dapat SMS yang "nggak enak". Dari seorang ibu. Bukan anggota GKI KP. Simpatisan. Ceritanya gini. Awalnya ia kirim SMS cerita masalahnya. Saya tanggapi tentunya. Satu kali. Dua kali. Terus ia jadi suka forward SMS kata-kata mutiara. Satu kali. Dua kali. Selalu saya balas : "thx". Karena udah sering, lama-lama saya agak jarang balas. Toh cuma forward.

Nah, dua hari yang lalu ia kirim SMS, dan saya nggak balas. Selain saya sedang di Singapore dan lagi heboh urus ini itu. Lagian pertanyaan SMS-nya juga, menurut saya, nggak mendesak. Eh, ia marah. Ia SMS bilang bahwa kecewa dan merasa mengalami kepahitan karena saya nggak balas SMS-nya. Akhirnya, saya balas. Saya jelaskan alasan kenapa saya nggak balas SMS-nya. Juga, saya saranin ia juga bisa hubungi pendeta GKI KP yang lain kalau ingin tanya tentang gereja. Ia balas minta maaf.

Salah satu perbedaan antara pria dan wanita menurut Ray Mossholder, pria lebih menekankan prestasi wanita menekankan relasi. Buat pria menghasilkan sesuatu dan berprestasi itu adalah penting. Bagi wanita, relasi dan hubungan baik itu yang penting. Wanita akan mudah merasa sedih kalau dicuekin atau merasa ditolak. Cuma ya, kalau semua SMS harus dijawab, berabe juga kan :).

Renungan Sabtu - 06


Hasil

Jerman adalah sepakbola. Semua penggila sepakbola di jagat ini pasti tidak akan menolak sinyalemen itu. Cerita tentang nama-nama beken macam Maier, Beckenbauer, Breitner, Rummenegge, dan Matthaus, adalah cerita tentang sebuah legenda. Dan legenda tidak pernah mati. Itulah sepakbola Jerman.

Sebagaimana sejarah peradaban manusia; akan sangat berbeda tanpa Karl Mark, "Sang Suhu" dari Jerman, begitu juga sejarah sepakbola; pun akan sangat berbeda tanpa Jerman. Boleh dikata kata sepakbola indah Brasil, catennacio Italia, dan kick and rush Inggris, tetap akan terasa kurang lengkap tanpa gaya liat dan ulet Jerman.

Akan tetapi sepakbola Jerman kerap juga berbalut cerita duka. Pun ketika mereka berada di puncak. Masih ingat piala dunia 1974? Di sana untuk kedua kalinya Jerman (=ketika itu masih Jerman Barat) menapakkan kaki di puncak tangga sepakbola dunia.

Tetapi toh insan sepakbola lebih memalingkan mukanya ke Belanda yang dihajar Jerman 1-2 di final. Total football Belanda menjadi trade mark sepakbola modern. Rinus Michel, Sang Konseptor, dan Johann Cruyff, Sang Inspirator, dibicarakan dimana-mana.

Lalu 1990, di Italia, Jerman untuk ketiga kalinya merebut piala dunia. Adalah
pinalti Brehme yang menghantarnya. Kekaguman? Tidak! Justru suara-suara sinis. Pinalti itu tidak layak, Voller telah melakukan diving (= tipuan). Argentina tidak layak mendapat "kutuk" itu. Tetapi "Sang Pengadil" sudah menjatuhkan vonis. Bahkan tangis seorang Maradona pun tidak kuasa merubah keadaan. Jerman juara. Tetapi itulah final terburuk dalam sejarah piala dunia.

Ya, hasil memang bukanlah segala-galanya. Bagaimana mendapatkan hasil itu juga kerap menjadi ukuran. Apakah kita mencapai sesuatu – entah jabatan, gelar akademis, atau juga kekayaan – dengan jujur, elegan, dan terhormat? Atau………?

Dari buku : Tragedi dan Komedi - Ayub Yahya, diterbitkan oleh Grassindo

Friday, June 16, 2006

Catatan Harian

Day - 289

Semalam ngobrol dengan "pendekar kelana". Ia sudah cukup lama di Singapore. Katanya di sini aman. Cewek jalan malam-malam sendiri naik MRT atau bus oke-oke saja. Terus transportasi umum gampang. Apalagi ia nggak bisa nyetir. Nggak macet pula. Udaranya bersih. Dulu waktu di Semarang dan Jakarta ia sering flu. Di sini ia jarang flu. Mukanya juga bersih. Dulu jerawatan :). Itu plusnya. Minusnya ia nggak cerita :).

Saya nginap di apartment teman. Istrinya sedang ke Amerika. Studi. Pagi Singapore hujan deras. Padahal kemarin panas matahari minta ampun deh. Tinggal di lantai atas apartment yang ga tahan tuh petirnya. Kayaknya tuh deket gitu. Siang urus ini itu lagi. So far, so good-lah. Cuma sekolah Kezia ternyata belum fix. Apartment juga. Mungkin 1-2 hari lagi. Tadinya mo ke KBRI, tapi kesiangan. Jumat cuma setengah hari. Nggak jadi.

Teman saya ngingetin jangan terlena dengan masa "bulan madu". Relasi jangka panjang, seperti juga pernikahan, selalu ada tahapan-tahapannya. Tahap bulan madu, ketika semua masih terasa indah dan smooth. Tahap "kemarahan dan kekecewaan". Mulai ada benturan. Koq begini? Koq begitu? Lewat tahap ini, masuk tahap penerimaan dan "pemurnian". Kita sudah saling memahami kekurangan dan kelebihan. Relasi akan lebih "dalam". Lebih akrab dan apa adanya.

Friday's Joke - 07


Isu

Asrama mahasiswa sebuah Perguruan Tinggi menerima kiriman paket dari salah seorang alumnus. Paket itu berisi sekeranjang makanan khas sebuah daerah. Tentu saja disambut gembira. Bagi komunitas asrama, kiriman makanan bisa menjadi “anugerah” tersendiri.

Tetapi, entah karena kelamaan diperjalanan atau entah dari sananya memang sudah begitu, makanan itu agak berbau tidak sedap. Wah, bagaimana ini? Kalau dibuang jelas sayang. Dan, kok ya tidak menghargai si pengirim yang sudah bersusah payah dan berbaik hati. Tetapi kalau dimakan juga, nanti kenapa-kenapa pula; mending kalau hanya mules, lha kalau sampai harus masuk rumah sakit, bagaimana coba.

“Kita berikan saja dulu sedikit ke si Bujel, anjing Ibu asrama. Kalau si Bujel tidak kenapa-kenapa, berarti bisa kita makan,” usul seorang penghuni.
“Itu tidak berperi kebinatangan dong,” protes penghuni lain.
“Lha, orang saja banyak yang tidak berperi kemanusiaan; kok situ masih mikirin peri kebinatangan. Apa mau situ yang nyicipi?!”

Alhasil, usul diterima. Si Bujel dipanggil, lebih tepat dipaksa. Tentunya tidak atas sepengetahuan Ibu asrama. Singkat kata, ternyata si Bujel tidak kenapa-kenapa melahap itu makanan. Anjing itu malah mengaing-gaing minta lagi. Maka tanpa dikomando dua kali, para mahasiswa menyerbu itu makanan. Dalam waktu singkat ludes. Dan tidak terjadi apa-apa.

Malamnya, mereka mendapat kabar si Bujel mati! Bukan alang kepalang mereka kaget. Keresahan dan ketakutan lantas saja menghantui; bagaimana ini, makanan sudah masuk ke perut mereka?! Ada yang katanya mendadak pusing, malah ada juga yang lalu muntah-muntah. Dokter segera dipanggil. Para mahasiswa yang tadi ikut makan diperiksa satu per satu. Tidak ada yang janggal. Lalu kenapa si Bujel mati? O, rupanya tergilas truk!

Ayah's quote :
Maka, hati-hati dengan isu, kabar angin, selentingan. Selidiki dulu kebenarannya.

Thursday, June 15, 2006

Catatan Harian

Day - 290

Berangkat ke Singapore. Berdua Dewi. Kezia dan Karen sama Opa Oma. Naik Adam Air yang jam 7.25 pagi. Dari rumah jam 5. Perjalanan lancar. Pesawat juga ga ngaret. Sampai di Changi jam 10-an waktu Singapore. Dijemput beberapa teman. Urus ini itu. Medical check up. Employment Pass. Semua beres.

Terus, ketemu rekan-rekan sekerja di Gereja Presbyterian Orchard (GPO). Berbincang seputar pelayanan di Singapore. Good. Sambutan dan keterbukaan sangat positif. Awal yang baik. Salah satu kunci penting dalam pelayanan di gereja adalah kekompakan dan kesehatian para "gembalanya".

Sore ngelihat apartment tempat tinggal. Rata-rata apartment yang disewakan di sini udah fully furnished. Semua tersedia. Kasur, lemari, mesin cuci, AC, kompor. Sampai televisi. Jadi kita tinggal "bawa diri". Harga sewa termasuk biaya maintenance pula.

Malam janjian ketemu sama "Pendekar Kelana" di Station MRT Bukit Gombak. Ia mau traktir makan malam di China Town :). Sobat saya ini orang pintar. Tapi "kompleks". Ia ga pernah berhenti bertanya dan menggugat kehidupan. Ia belum bisa terima dengan realitas bahwa, ga semua yang terjadi di dunia bisa diurai dengan akal. Banyak hal yang hanya bisa kita hanya bisa terima. Karenanya ia pun terus "gelisah". Terus ga puas. Demi dirinya sendiri, harapan saya semoga ia segera "bertobat". Hehehe.

Catatan Harian


Day - 291

Semalam ga bisa tidur. Siang ini juga ga bisa “nebus” tidur. Saya stress nih. Banyak hal yang harus dikerjakan. Naskah-naskah yang sudah dipesan penerbit. Acara-acara yang harus saya pimpin. Kayak retreat pemuda GKI Gading Indah dan retreat Sekolah Minggu GKY Puri Indah. Belum urusan pindahan ke Singapura. Persiapan kebaktian pengutusan. Beberapa teman sudah pula “nge-book” sebelum pindah “perpisahan” dulu. Duh. Biasa deh kalau stress begini, ujung-ujungnya sariawan. Duh.

Tadi telepon dosen. Revisi tesis katanya sudah oke. Haleluya. Berarti dalam waktu dekat saya mesti ke Jogja nih. Dan pasti ga bisa satu-dua hari. Selain urusan tesis, juga ketemu teman-teman di sana. Tapi kapan? Nemuin kakak di Serpong saja belum kesampaian. Ke Bandung nengok orang tua, juga belum sempat. Duh. Padahal sudah janji pula ketemu teman di Cirebon dan di Bogor. Tolonggggg!!!

Sore pimpin kursus tehnik berkhotbah lanjutan di PPWG STT Jakarta. Seperti minggu lalu, praktek dan kemudian dievaluasi bersama. Ada seorang peserta, ia berjemaat di GPIB, bilang bahwa ada teman gerejanya yang suka ngumpulin tulisan saya, sejak saya masih rutin menulis di Suara Pembaruan dulu. Wah. Kabar baik nih. Bagi saya, bahwa ada orang yang nyukai tulisan saya, itu adalah “honor” terbesar.

Dari STT Jakarta terus ke Gading Batavia. Janji ketemu dengan beberapa teman. Kita mau membicarakan mengenai rencana pendirian “dream school”. Saya punya mimpi bikin sekolah seni buat anak-anak. Pulang malam. Belum persiapan buat besok nih. Besok subuh bersama Dewi akan berangkat ke Singapura. Urus apartemen dan sekolah anak-anak. Mana juga belum menulis untuk Warta Jemaat. Duh.

Wednesday, June 14, 2006

Dari Kamu - 01


Buku Reclaiming the "L" World


From Ayah :
Brur Sintong menulis komennya tentang buku Reclaiming the ‘L’ World – Renewing the Church from its Lutheran Core, yang ditulis oleh Kelly A. Fryer (Augsburg Fortress). Sebuah tulisan yang interesan. So, semoga juga jadi berkat bagi rekan sekalian. Rekans pun bisa ikutan urun rembug menulis komen apa saja. Tentang resensi buku. Tentang film. Tentang isu hangat. Silahkan. Bisa dikirim via email ke
ziaren22@yahoo.com, dan selanjutnya akan diposting dalam blog saya.

sintong_sih said... @ 10:43 AM

Jika dilihat dari cakupan perubahan, memang gereja saat ini membutuhkan revolusi. Tetapi bukan berarti meniadakan tatanan bagus yang sudah ada. Buku Reclaming tersebut tidak bersifat revolusi, tetapi bergerak dari kekayaan tradisi gereja yang dimiliki. Jadi dimulai dari who we are, where we are and where are we going to be in the future.

Sang penulis, Kelly A. Fryer, menawarkan 5 perspektif:

Pertama, "Jesus is Lord". Because Jesus is Lord, nothing and no-one else can be. What are some of the things which become Lord instead of Jesus in our lives and churches?

Kedua, "Everyone is welcome". Jesus welcomed everyone – including, surprisingly, us!. How would our church be transformed if we lived out Jesus’ inclusive welcome for everyone?

Ketiga, "Love changes people". It’s God’s unconditional love for us that changes us, not the laws in the Bible or even church's rules. And it really does change us. Where does God’s love call us to go, what does it call us to be?

Keempat, "Everybody has something to offer". We have all been called into the priesthood of all believers through our baptism. What would happen if all of us were set free to take up our ministry as part of the people of God?

Kelima, "The world needs what we have". We have such a great gift, we have to share it.

Kelima hal tersebut bukan hal yang baru, bukan? Tetapi jika diaplikasikan akan membawa perubahan. Berani terima tantangan?

Wednesday's Games Idea - 02


Mengambil Barang Bersama

Jumlah pemain : kelompok dengan jumlah besar, minimal peserta 10 orang.
Alat yang dibutuhkan : Tali Rafia, Barang-barang milik anggota kelompok
Waktu bermain :15-30 menit
Cara Bermain :
Peserta dibagi dalam kelompok. Setiap kelompok dibagi lagi dalam 2 sub-kelompok yang anggotanya sama banyak. Sub-kelompok 1A berbaris menghadap kiri dan sub kelompok 2 berbaris menghadap kanan. Seluruh anggota meletakkan tangan di pundak teman di depannya (kereta-keretaan). Anggota sub-kelompok 1A yang paling belakang akan diikat pinggangnya dengan tali rafia untuk dihubungkan dengan anggota paling belakang sub kelompok 1B. Selanjutnya, masing-masing sub-kelompok akan mencoba mengambil 5 buah benda yang ada di hadapan mereka. Keberhasilan dalam permainan ini ditentukan apakah masing-masing anggota mau bekerja sama, dimana harus ada yang mengalah dan mengambil barang secara bergantian.
Tujuan permainan :
Bekerja sama dengan orang lain terkadang tidak mudah untuk dilakukan. Apalagi kalau memiliki tujuan yang sama. Kawan dianggap lawan. Mitra jadi kompetitor. Bekerja sama dibutuhkan kerendahan hati. Kesediaan untuk melebur. Demi tercapainya tujuan bersama

Catatan Harian

Day - 292

Hari ini hari pertama saya cuti. Karen ulang tahun. Pagi-pagi bangun tidur kita nyanyi “Happy Birthday”. Doa. Buka kado. Ga ada tiup lilin dan potong kue. Dewi kasih harmonika dan gelang karet bertulisan KAREN. Kezia kasih jepit rambut. Saya kasih koin Amazone. Sudah bisa ditebak, mana yang paling Karen sukai. Hehehe. Dewi masak mie goreng. Dalam tradisi Cina, mie adalah makanan wajib hari ulang tahun. Konon, itu simbol panjang umur. Tapi dalam tradisi keluarga kami, itu simbol "ga ada menu lain" :). Mikirin menu makanan dari hari ke hari tuh ternyata ga gampang loh. Itulah hebatnya para ibu rumah tangga.

Jam 9.45 bersama Dewi antar Kezia dan Karen sekolah. Mereka masuk sekolah jam 10.15. Terus ke BCA. Mau tutup rekening. Tapi antri banget. Ampun deh. Jadi kita tinggal. Soalnya mau ke Rumah Sakit St. Carolus. Besuk anggota jemaat yang sakit. Jam besuk siang di sana jam 11-12. Takut ga keburu. Sekalian mau ngelayat yang meninggal. Ayah dari salah seorang anggota jemaat. Disemayamkannya di St. Carolus juga. Meski lagi cuti, “hal-hal” begini ga bisa ditingalkan.

Anggota jemaat yang sakit tuh seorang ibu. Baru habis operasi. Enam tahun lalu ia kena kanker di otaknya. Sudah amat kritis. Secara manusia ga ada harapan. Tapi luar biasa, ia bisa “bangkit” lagi. Ga sembuh total sih. Tapi ia bisa jalan. Ga perlu kursi roda. Juga bisa berkomunikasi, walau bicaranya agak susah. Dua minggu lalu tiba-tiba ia drop dan harus operasi. Saya ditelepon. Saya kagum dengan suaminya. Sabar dan telaten ngerawat istrinya. Setiap kali saya ketemu di gereja jam berapa pun hari apa pun, mesti ia bersama istrinya itu.

Tadi sore saya baru terima SMS ini dari teman “mantan” guru sekolah Minggu yang tengah dirawat di Guangzou karena kelainan ginjal: “Kondisi saya ini kurang baik. Beberapa hari saya tidak sadar diri. Panas saya masih turun naik bisa mendadak. Sekarang saya masih pikun. Mohon doa penguatan dan penyembuhan.” Saya terus berdoa buatmu, rekan. Berharaplah yang terbaik, tapi bersiap pulalah yang “terburuk”. Selalu. Kuncinya adalah berserah. Salam kasih.

Tuesday, June 13, 2006

Tuesday's Song - 07

Kenangan Terindah
Penyanyi : Samson

Aku yang lemah tanpamu,
aku yang rentan karena
cinta yang t'lah hilang darimu,
yang mampu menyanjungku,

Selama mata terbuka,
sampai jantung tak berdetak,
selama itupun aku membutuhkanmu,
darimu kutemukan hidupku,
bagiku kaulah cinta sejati

Reff.
Bila yang tertulis untukku,
adalah yang terbaik untukmu,
kan kujadikan kau kenangan yang terindah dalam hidupku
Namun tak kan mudah bagiku,
meninggalkan jejak hidupmu
yang t'lah terukir abadi
sebagai kenangan yang terindah

Renungan :
Cinta (sejati), seperti kata Gabriel Marcel, filsuf Perancis, abadi dan mengabadikan. Ketika kita mengatakan, "Aku cinta padamu." Sesungguhnya kita sedang mengatakan, "Kamu tidak pernah mati." Cinta membuat seseorang "hadir". Hadir berbeda dengan "ada". Ada hanya sebatas fisik. Hadir mengatasi jarak dan waktu bahkan dimensi. Maka, berbahagialah orang yang dalam hidupnya memilki "cinta sejati" sebab dengan begitu berarti ia akan mengalami "keabadian". Setidaknya di hati orang yang ia cintai dan mencintainya. Dalam bentuk kenangan terindah.

Catatan Harian

Day - 293

Semalam nonton film Brokeback Mountain di DVD. Dipinjemin teman. Pemandangannya oke banget tuh. Cuma saya “geli” ngelihat dua co “bergumul” layaknya pasangan kekasih ce dan co :). Jujur, seumur-umur saya baru ngelihat “adegan” co dan co begitu. Buset dah. Koq bisa ya. Saya jadi mikir begini. Sekarang kan lagi heboh istilah Teman Tapi Mesra (TTM). Itu loh istilah yang dipopulerkan oleh duo penyanyi Ratu. Berarti yang bisa ber-TTM bukan hanya pasangan berlainan jenis. Yang sejenis pun bisa :).

Cuma kan kalau misalnya dua orang ce dan co akrab banget. Kemana-mana berdua. Lengket kayak perangko. Makan sepiring berdua. Orang langsung bisa menaruh curiga ada apa-apanya. Kalau yang “begitu” itu ce dan ce atau co dan co, orang mungkin ga begitu “bercuriga”. Padahal ternyata bisa lebih “buas”. Hehehe. Huss! Ga usah deh ngurusin keburukan orang lain. Kesalahan terburuk tuh kalau kita sibuk ngurusin keburukan orang lain, tapi lupa ngurusin keburukan diri sendiri.

Sore rapat koordinasi dengan Tim Union. Persiapan retreat jemaat Gereja Kristus Yesus (GKY) Puri Indah. Rapatnya di Bogor karena melibatkan beberapa teman dari PMK IPB. Tim Union ini saya dan beberapa teman yang bentuk. Menerima “pesanan” nangani acara-acara kayak retreat, pembinaan dan keakraban. Bisa gereja, sekolah, atau persekutuan kantor. Mulai dari materi, games, pembicara, aktivitas. Pokoknya semua kami yang siapkan. “Klien” hanya memberi masukan. Acara-acara begitu kalau ditangani sendiri kan repot. Orang jadi sibuk dengan hal-hal tehnis. Ga bisa ngikutin materi yang justru perlu buat mereka.

GKY Puri Indah bikin retreat jemaat akhir Juni. Diikuti sekitar 800 warga jemaat. Acara Sekolah Minggu-nya diserahkan ke Tim Union. Ada 130-an anak. Dibagi empat kelas. Kami menyiapkan semuanya, termasuk modul dan pembicara per kelasnya. Ke depan dengan saya ke Singapura Tim Union akan tetap “jalan”. Saya akan “in touch” dari jauh. Sesekali kalau lagi di Indonesia saya akan terlibat penuh.

Monday, June 12, 2006

Catatan Harian

Day - 294

Hari ini pimpin kebaktian tiga kali di GKI Kayu Putih. Jam 06.30, 08.30, dan 11.00. Kebaktian jam 11.00 sekalian baptisan anak. Ini kebaktian yang sangat emosional buat saya. Sebab ini kali terakhir saya berkhotbah di GKI Kayu Putih sebagai “tuan rumah’. Kelak-kelak mungkin saja saya bisa berkhotbah lagi di sini, tapi sebagai pendeta “tamu”. Waktu salaman dengan jemaat selesai kebaktian, mereka pada bilang, “Selamat bertugas ya, Pak.”, “Sukses, ya, Pak,”, “Kita sangat kehilangan.”, dsb. Duh. Duh. Duh.

Tapi tadi saya denger khotbah saya menyinggung dua orang penatua. Ceritanya begini. Tema khotbahnya kan “Mengelola Waktu”. Salah satu point yang saya sampaikan adalah: Setiap tindakan, ucapan, pikiran, perasaan kita kan pasti “memakan” waktu. Karena itu, kita perlu bertindak, berucap, berpikir, dan merasa hanya hal-hal yang berharga dan bermanfaat. Mata, misalnya, hanya membaca dan melihat hal yang berharga dan bermanfaat. Mulut hanya berucap kata-kata yang berharga dan bermanfaat. Dsb.

Untuk itu, kita perlu berhati-hati dengan “pencuri” waktu kita. Di sekeliling kita banyak sekali “pencuri” waktu. Beberapa contoh: obrolan yang ga berguna; ngalor-ngidul, ngerumpi, ngegosip, buat apa kan?! Televisi juga bisa jadi “pencuri waktu”. Bukannya berarti ga boleh nonton. Nonton televisi silahkan. Tapi jangan berlebihan. Kayak Piala Dunia. Sampai bela-belain, korban-korbanin. Malam jadi siang. Siang jadi malam. Katakanlah kesebelasan favorit kita menang, so what gitu loh?! Lalu rapat-rapat yang ga produktif. Dari pagi sampai sore, sore sampai malam cuma bicarain yang “mboten-mboten”. Ga ada hasilnya. Buang-buang energi.

Nah, kedua penatua itu, yang merasa punya posisi kunci di kemajelisan, tersinggung dengan ucapan saya tentang “rapat ga produktif”. Katanya saya memakai mimbar untuk menyindir. Saya juga bingung kenapa mereka tersinggung. Apa saya salah mengatakan bahwa rapat ga produktif tu bisa “mencuri” waktu kita yang berharga? Pula, saya kan ga bilang itu terjadi di GKI Kayu Putih. Itu berlaku di mana saja koq. Ada-ada saja deh.

Saturday, June 10, 2006

Catatan Harian

Day - 295

Pagi sampai siang acara kebaktian padang wilayah Kelapa Gading Utara. Di Kebun Wisata Pasir Mukti, Citeureup, Bogor. Untuk acara-acara out door tempatnya sih cukup oke. Cuma jalan ke sananya agak susah. Lewat pasar, lewat terminal angkot, jalannya kecil pula. Saya bermimpi punya tanah yang luas. Saya akan jadikan tempat retreat dengan nuansa alam pedesaan. Ada kebun sayur dan buah. Ada sawah. Ada sungai jernih dengan air terjun dan orang bisa berenang di situ. Di bagian lain sungai itu ada ikan-ikan yang sengaja dipelihara dimana orang bisa memancing. Terus saya akan bikin arena permainan kayak Benteng Takeshi. Hehehe. Bermimpi emang asyik ya :).

Saya pimpin ibadahnya. Ga dengan renungan seperti biasa. Saya kasih pengantar, terus diskusi singkat di kelompok, setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi. Lalu saya simpulkan. Setelah ibadah, diteruskan acara perpisahan dengan saya. Beberapa orang menyampaikan kesan dan pesan. Duh. Saya terharu sekali. Seperti acara perpisahan dengan wilayah lain. Tengkiu, rekans. Saya mendapat kenang-kenangan sebuah barang hasil teknologi canggih. Pasti mahal. Saya ga pernah bermimpi punya barang itu. Cuma saya ga biasa dan ga bisa memakainya. Gimana dong??!!

Pulang dari Pasir Mukti terus main tenis. Akhir-akhir ini saya jarang bisa main tenis. Ada saja tugas. Padahal olah raga saya sekarang ini cuma itu. Saya jadi kurang berolah raga. Waktu tinggal di Jogja dua tahun lalu, saya bisa berolah raga agak teratur. Joging dan berenang. Saya lebih suka olah raga permainan kayak tenis, tenis meja, bulutangkis, dan sepakbola. Cuma ya, sekadar bisa main. Ga mahir. Just for cari keringat and fun gitu lah.

Malam flu berat dan batuk. Ngantuk. Tapi belum nyiapin khotbah nih. Besok pelayanan khotbah tiga kali di Kebaktian Umum GKI Kayu Putih. Terus siangnya pimpin acara syukuran seorang satu anggota jemaat.