Day - 286
Pagi berangkat ke Bandung. Nengok mama. Bawa mobil sendiri. Sebetulnya lagi ga fit nih. Semalam flu berat dan agak demam. Ga bisa tidur. Tapi kalau ditunda, takutnya keburu harus pindahan. Dewi, Kezia dan Karen rencanya kan berangkat hari Kamis. Ke Bandung lewat tol Cipularang cuma 2 jam-an.
Mama ajak saya ngobrol pribadi. Ia berpesan, agar di tempat baru saya bisa rendah hati dan sabar. “Mama ga bisa ngasih apa-apa, selain nasihat itu,” begitu katanya. Pesan ini sebetulnya sudah kerap Mama sampaikan ke saya. Mama sangat tahu tentang keburukan saya itu. Saya kerap ga bisa rendah hati dan ga sabaran. Thx, Ma.
Dari Bandung terus ke Serpong. Ke rumah kakak. Papa juga lagi ada di sana. Seperti biasa Papa banyak mengeluhkan tentang penyakitnya. Sakit kepala, sakit gigi, susah buang air besar, sariawan, badan gatel-gatel. Saya hanya mendengarkan. Ga bisa berbuat apa-apa juga. Orang-orang seperti Papa tuh kasihan. Hanya memandang hidup dari sisi negatif. Seolah hidup melulu kusam dan suram. Repotnya, mungkin karena sudah terlalu lama bersikap dan berpikir demikian, jadi sudah terbentuk menjadi semacam mentalitas. Sulit diubah. Ga bisa bersyukur.
Di rumah kakak, saya sempet tidur sebentar. Tapi rasanya nyenyak banget. Mungkin juga karena pengaruh Actifed, obat flu, yang saya minum. Bangun-bangun, badan sudah lebih segar. Sudah sekitar seminggu ini saya sulit tidur. Makanya saya suka “iri” kalau ngelihat tukang-tukang bangunan atau pemulung yang bisa tidur dengan enak, walau cuma beralas selembar koran, di pinggir jalan ramai pula. Tidur emang bukan soal “fasilitas”, tapi soal hati :).
No comments:
Post a Comment