Day - 279
Siang saya dapat kejutan. Dr. Hendrawan Nadesul datang ke rumah. Ngobrol sebentar. Terus makan siang di Angke, Kelapa Gading. Saya sering baca tulisan ia di Kompas. Dulu waktu masih rajin, tulisan ia termasuk yang suka saya kliping. Disamping tulisan Komaruddin Hidayat, Gus Dur, Goenawan Mohamad, Magnis Suseno, dsb. Kemarin ia telepon ke HP dan minta waktu ketemu. Saya sempet kaget juga sih. Seorang Hendrawan Nadesul, tahu pula no. HP saya. Seumur-umur saya baru ketemu dengannya sekali. Waktu sama-sama kasih ceramah di acara remaja di GKI Kayu Putih. Pak Nadesul kasih saya enam biji buku karangannya. Katanya, ia senang sekaligus sedih saya pindah ke Singapura. Thx, Pak Hans.
Sore kebaktian peneguhan saya sebagai Pendeta Tugas Khusus GKISW Jabar ke GPBB Singapura. Sebelum acara ada beberapa ibu yang nyalami saya sambil nangis. Saya jadi terharu. Waktu berkhotbah akhirnya saya ga tahan. Nangis. Saya terharu banget. Tadi itu semua rasanya berjalan “teramat manis”. Jemaat GKI Kayu Putih akan selalu berada di hati saya.
Khotbah saya berdasar Yeremia 29:11. Saya mengutip dua ungkapan. Pertama dari Ibu Teresa. Ketika ada orang yang bertanya kepadanya: “Ibu telah banyak menolong orang miskin. Tapi jauh lebih banyak orang miskin yang ga tertolong. Apakah Ibu merasa cukup berhasil?”. Ibu Teresa menjawab, “Saya ga dipanggil untuk berhasil. Saya dipanggil untuk setia.” Kedua dari seorang biarawati kenalan saya. Saya pernah tanya ke ia, apakah motivasi ia jadi biarawati bukan pelarian. Ia jawab, “Kalau jalan ini adalah kehendak Tuhan. Dia akan memurnikan motivasi saya. Kalau ini bukan jalan Tuhan, Dia akan selalu punya cara menggagalkannya. Saya hanya menyediakan diri. Ini saya, Tuhan. Pakailah seturut kehendak-Mu.”
Kedua ungkapan tersebut sekaligus menjawab untuk beberapa sinyalemen terhadap saya. Kepada anggota jemaat yang menyesalkan saya pindah. Katanya, di GKI Kayu Putih ga kurang tantangan. Saya belum berhasil sepenuhnya menggali potensi yang ada. Saya jawab, “Saya tidak dipanggil untuk berhasil, saya dipanggil untuk setia.” Kepada anggota jemaat yang menganggap saya mau pindah karena Singapura-nya, saya jawab, “Kalau ini bukan kehendak Tuhan, Tuhan pasti punya cara menggagalkannya. Kalau ini kehendak Tuhan dan ternyata saya punya motivasi yang salah, Tuhan pasti akan memurnikan motivasi saya. Saya hanya menyediakan diri. Ini saya, Tuhan. Pakailah seturut kehendak-Mu.”
No comments:
Post a Comment