Day - 285
Berangkat ke Jogja. Naik Adam Air jam 6.30. Sampai Adi Sutjipto hampir jam 8-an. Agak ngaret dikit. Dijemput teman. Di jalan yang dilewati tampak jelas jejak-jejak gempa. Kalo di tengah kota yang jauh dari pantai rusaknya segitu. Saya bisa bayangkan parahnya yang dekat pantai dimana pusat gempa berasal.
Terus ke kampus urus tesis. Revisi sudah oke. Tinggal tanda tangan dosen. Nungguin dosen untuk tanda tangan ngeselin juga nih hehehe. Saya jadi inget kalo ada anggota jemaat yang butuh tanda tangan saya buat minta keringanan uang sekolah. Mereka juga pasti kesal kalo lama-lama nunggu. Emang kita tuh baru deh bisa ngerasain sakitnya orang yang kita cubit, setelah kita juga dicubit. Akhirnya dua dosen udah tanda tangan. Tinggal satu dosen. Saya kejar ke rumahnya. Ia lagi cuti. Yaaaa. Padahal tanda tangan kan cuma lima menit. Terpaksa tertunda deh.
Siang sampai malam ngunjungi teman-teman. Kita ngobrol seputar gempa. Mendengar cerita pengalaman mereka saat gempa. Ngeri juga. Saat-saat menggetarkan dan mendebarkan begitu, betapa besar arti SMS dan telepon penghiburan dari kerabat yang tinggal jauh. Tapi tadi sih mereka cerita sudah sambil ketawa-ketawa. Saat pahit emang akan terasa manis kalo dikenang.
Kita lalu berdoa bersama. Kita meyakini ga ada satu pun episode dalam hidup kita yang berada di luar kendali Tuhan. Semua pasti ada hikmahnya. Walau sekarang kita ga tahu apa. Blank. Dalam situasi sulit seperti itu pertanyaan yang produktif dan berpengharapan adalah, “Apa maksud Tuhan dibalik semua ini?” Bukan, “Kenapa semua ini terjadi?”.
No comments:
Post a Comment