

Meminjem puisinya Widji Tukul. Itu loh penyair muda asal Solo yang di awal-awal masa reformasi tahun 1998-an hilang ga ketahuan rimbanya sampai sekarang. Hanya ada satu kata untuk Piala Dunia? Lawan!!! Simpati saya buat istri dan anak Bung Tukul. Juga buat para orang tua yang anaknya mengalami nasib serupa. Dipaksahilangkan tentara. Semoga Tuhan mengasihani jiwa para penculik mereka.
Tadi main games komputer dengan Kezia. Pakai bahasa Inggris. Ya, ampun. Ternyata saya kalah. Duh. Dengan bahasa Inggris pas-pasan begini, bagaimana nanti saya di Singapura. Jadi ingat sebuah lagu yang biasa dinyanyikan saat acara kematian: “Tenang dan teguhkan hatimu. Tenang. Tenang. Teguhkan hatimu.” Que sera sera deh. Whatever will be will be-lah.
Sore dengan Dewi anter Kezia dan Karen les Bahasa Inggris. Mampir di Mal Kelapa Gading sebentar. Beli kado ulang tahun Karen tanggal 13 nanti. Sebetulnya saya ga pengen ngebiasain Kezia dan Karen kalau ulang tahun tuh dapat kado. Cuma satu lawan sekian banyak orang. Kalah deh. Malam pimpin Pemahaman Alkitab di gereja. Tentang bohong putih.
2 comments:
wah kalau saya sama sekali nggak bisa nonton soalnya di rumah pake kabel vision bukan UHF, jadi waktu piala dunia, siarannya di CUT
wah kalau saya sama sekali nggak bisa nonton soalnya di rumah pake kabel vision bukan UHF, jadi waktu piala dunia, siarannya di CUT
Post a Comment