
Sabtu, 2 September 2006 -- Kemarin pulang kantor saya salah naik bis. Asyik telepon dan SMS jadi naik bis yang salah. Baru sadar setelah agak jauh. Koq jalannya lain. Terus turun deh. Nyeberang. Nunggu bis yang sama arah sebaliknya. Tapi lama banget. Padahal malamnya kan ada acara lagi. Jadi naik taxi. Eh, taxi pertama sudah naik. Sopirnya bilang ga tahu Hillview. Sudah saya jelasin, dekat Bukit Timah. Biasanya sopir taxi sudah tahu kalau dibilangin Bukit Timah. Ia tetap bilang ga tahu. Kalau mau saya tunjukin jalannya. Akhirnya saya turun. Saya naik taxi lain. Taxi kedua langsung oke.
Waktu kemudian saya cerita ke teman. Ia bilang sopir pertama tadi sengaja “nakal”. Ga mungkin ga tahu. Apalagi sopir taxi pasti kan bawa peta. Ia mungkin ga mau karena jarak dekat. Emang sih dengan taxi dari tempat saya turun sampai rumah cuma sebentar sekali. Teman saya bilang, taxi di sini kadang ada juga yang nakal. Resep ia kalau naik taxi ingetin saja nomor taxinya. Sebab peraturan di sini keras. Kalau sampai dlaporkan bisa kehilangan ijin kerja. Peraturan yang tegas dan jelas, itu salah satu yang bikin Singapore menjadi negara yang relatif aman.
Hari ini seperti biasa ngantor. Siang sempat ikut makan bareng dengan remaja di food court depan gereja. Terus ngajar katekisasi. Lanjut pimpin persekutuan pemuda. Sebelum pulang sempet makan malam bareng juga dengan pemuda. Acara makan bareng tuh sangat biasa. Maklum kan sebagian besar “anak kost”. Ini menjadi acara rutin dan justru sangat bagus buat keakraban dan kebersamaan. Kadang kita sulit cari waktu ketemu. Pakai jam makan siang atau malam. Sambil ngobrol.

No comments:
Post a Comment