Saturday, September 23, 2006

Catatan Harian

Day - 190

Sabtu, 23 September 2006 -- Sore ada suami istri yang minta waktu ketemu. Just curhat sambil ngopi. Seputar gereja. Gereja di mana pun punya satu kesamaan; banyak kepala, banyak keinginan, banyak pendapat. Setiap keputusan ga selalu bisa menyenangkan semua pihak. Ada saja yang ga sreg. Mungkin di situlah letak seninya memimpin gereja. Kalau di organisasi macam perusahaan atau pemerintah hitam putih-nya tuh jelas. Di gereja kadang banyak abu-abu-nya. Begitu betul, begini betul. Tergantung dari sudut mana memandang.

Malam ada ceramah mengenai Indonesia. Narasumber teman pendeta dari Bandung yang pas lagi ada di Singapore. Indonesia tuh memang negeri yang penuh ironi. Sebuah data: 100 juta orang yang miskin. Dengan 40 juta di antaranya miskin total. Tapi mall atau pusat perbelanjaan terus dibangun. Sebuah data: utang luar negeri Indonesia sudah mencapai 350 milyar dolar. Artinya setiap bayi lahir sudah berutang 1,5 juta dolar. Tapi mobil-mobil mewah makin banyak, orang-orang yang bepergian ke luar negeri makin ga terhitung.

Itu dari sisi ekonomi. Dari sisi sosial. Konon Indonesia tuh negeri religius. Rumah ibadat di mana-mana. Bisa jadi Indonesia adalah negara terpadat rumah ibadatnya di dunia. Tapi koq penindasan atas nama agama luar biasa marak. Bukan hanya terhadap Kristen, tapi juga terhadap keyakinan lain yang dianggap "beda". Kayak Ahmadiyah dan Islam liberal. Dari ceramah itu terungkap pula katanya, 80 persen konflik di muka dunia ini di justifikasi oleh agama. Artinya agama menjadi penyumbang terbesar terhadap kekerasan di dunia ini. Bisa jadi karena itu juga Jhon Lennon bikin lagu Imagine. Dunia damai tanpa agama.

Dari sisi politik juga gitu. Ga ada pemimpin yang "baik". Baik dalam arti bukan hanya kuat, tapi juga memang "sayang" pada rakyatnya. Bertanggung jawab dan benar-benar "takwa" kepada Tuhan. Dalam "bahasa" Kristen-nya: takut akan Tuhan. Yang memimpin dengan hati jernih pikiran bersih. Demi kebaikan dan kesejahteraaan rakyatnya. Sudah lama Indonesia ga punya pemimpin seperti itu. Jadi ya anarki. Poor my Indonesia.

No comments: