
Baca koran, di Bandung numpuk sampah. Pantes waktu ke Bandung tempo hari dengan pokja Demuda, saya lihat sampah menggunung di mana-mana. Bahkan di jalan-jalan protokol. Menyebarkan bau busuk. Mengundang lalat. Dulu Bandung terkenal kota yang elok permai. Sampai disebut Parijs van Java. Sekarang sebutan itu diplesetkan: Rubbish van Java.
Saya lahir dan besar di Bandung. Saya senang Bandung. Tapi itu dulu. Waktu udaranya masih dingin. Waktu kemana-mana belum macet. Sekarang Bandung sudah crowded. Seumpama seorang gadis. Dulu ayu, sederhana, ga neko-neko. Sekarang genit, norak, banyak tingkah, ngejengkelin :). Sama persis dengan Jogja. Bandung dan Jogja adalah dua kota yang punya “sejarah” bagi saya.
Siang ketemu Franklin di Dapur Sunda, Kelapa Gading. Ngobrolin skenario film. Masih bekutet dengan jalinan cerita. Ibarat mobil, majunya dikit-dikit banget. Habis sayanya juga kena

Malam pimpin persekutuan wilayah Pulomas. Sekalian perpisahan dengan saya. Terharu. Ada puisi yang ditulis dan dibacakan buat saya. Thx, rekans.
3 comments:
duh pak, ngomongin perpisahan ya saya sih ikhlas aja pak he3. Ya ada rasa sedih juga sih... tapi mungkin karena saya masih bisa liat bapak di blog jadi nggak terlalu sedih. Apalagi di blog kayaknya lebih orisinil he3
Tampaknya akang AY sdh memperhitungkan semua kemungkinan.walaupun akan "berpisah" dgn lingk saat ini, tp blogspot ini (sejak dicantumkan dlm artikel di glorianet),akan menghilangkan batas geografis.Wah jadi tdk sabarin nih menunggu catatan harian dan pengalaman baru akang AY brsma lingk Sg?
thx pak hedege atas supportnya. bang sintong betul, teknologi bisa mengatasi jarak :)) kalau jadi ke sing, mudah2an saya masih bisa ngurus blog ini.
Post a Comment