Saturday, August 26, 2006

Catatan Harian

Day - 219

Jumat, 25 Agustus 2006 -- Malam berdua teman pimpin “Kelas Binaria”. Bina Pasangan Muda Ceria. Ini kelas bina pranikah yang diperluas. Awalnya merupakan pembinaan untuk para calon pasutri. Lalu diperluas juga untuk para pasangan muda-mudi yang sedang dalam proses berpacaran tapi belum "mikirin" pernikahan. Yang ikut serta untuk ukuran sebuah gereja beranggotakan sekitar 300-an cukup banyak juga. Ada 10 pasang.

Pembinaan pra-nikah itu penting. Dari sudut gereja penting, karena gereja ga hanya terpanggil untuk menghantar para calon ini menerima pemberkatan dan peneguhan nikah. Tapi juga mengiringi mereka menjalani hidup pernikahan yang sehat dan langgeng. Dari sisi para calon suami istri itu penting. Karena bagaimana pun pernikahan tuh “kontrak sosial” seumur hidup. Untuk sesuatu yang “ga sekali seumur hidup” saja, kayak ujian di kampus atau test masuk pekerjaan saja, orang bersiap diri "mati-matian". Apalagi untuk pernikahan kan. Sebuah point of no return. Well-prepared is a must.

Bahagia dan derita seseorang kerap berawal dari rumah. Orang boleh mempunyai segala sesuatu, tapi kalau hidup pernikahan berantakan, keluarganya “acak adut”, yang terjadi adalah penderitaan. Sebaliknya walau orang itu hidupnya pas-pasan. Tapi kalau hidup pernikahannya sehat, saling membangun, saling menghargai dan menjadi berkat, pasti akan membuahkan kebahagiaan. Maka penting sekali untuk memberikan pemahaman yang benar tentang makna pernikahan. Lebih bijak berpikir "nanti bagaimana", daripada "bagaimana nanti".

Pulang naik bis bareng dengan teman yang rumahnya searah. Ia pemuda di GPBB. Ia curhat tentang “pergumulannya”. Itulah salah satu manfaat wadah Persekutuan Pemuda di gereja. Karena dalam usia seperti mereka, begitu banyak pilihan hidup penting yang harus mereka ambil. Pilihan yang kerap menentukan arah hidup mereka selanjutnya. Tentang pasangan hidup, pekerjaan, hubungan dengan orang tua, studi, dan lain-lain. Wajar kalau mereka mengalami kegamangan. Mengalami pergulatan batin. Di saat-saat demikian, pendampingan gereja sangat dibutuhkan. Menjadi tempat bertanya dan mencari jawaban. Yang meneduhkan dan sekaligus mengarahkan. Minimal membuat mereka tahu bahwa mereka tidak "sendirian". Sampai di rumah, masih sempet main kartu sama Dewi, Kezia dan Karen sebentar. Besok saya berangkat ke Surabaya. Saya pasti akan kangen mereka.

No comments: