Wednesday, March 22, 2006

Khotbah

Kemaren nonton Crash. Film yang dibintangi antara lain Sandra Bullock, Matt Dillon, dan Brendan Fraser. Tadinya saya pikir itu film mirip-mirip Speed. Tapi koq dapet Oscar sebagai film terbaik. Mana ada kan film “ringan” macam Speed dapet film terbaik Oscar?
Dan benar, jauh dari model Speed. Nggak “ringan”. Nontonnya kudu perhatiin benar. Sedikit kelewat dialognya, buyar deh.

Dari segi penyajian sih film itu sangat oke-lah. Pemain-pemainnya juga bagus. Cuma alur ceritanya nggak menarik. Ngebosenin. Nggak ada klimaksnya. Nggak ada kesimpulannya. Malah kayaknya nggak ada pemain utamanya pula. Semuanya pemain dapat porsi relatif sama.

Bercerita tentang rasialisme di tengah keseharian masyarakat Amerika. Tapi penggambarannya kayak potongan-potongan puzzle. Setiap potongan punya cerita sendiri-sendiri. Dan setiap bagian cerita itu kemudian berkaitan secara kebetulan. Cuma dibikin begitu rupa sehingga nggak kayak kebetulan.

Saya coba ringkas ni ya.
Tokoh-tokohnya: Sepasang suami (a) istri (b) kulit putih. Sang suami seorang pengacara sibuk. Sang istri kesepian. Dua orang pemuda berandalan kulit hitam (c) (d). Sepasang suami (e) istri (f) kulit hitam. Hubungan mereka tengah bermasalah. Dua orang polisi kulit putih (g) (h). (g) tengah menghadapi masalah dengan asuransi kesehatan, ayahnya sakit-sakitan. (h) seorang polisi idealis.

Seorang detektif kulit hitam (i) dengan kekasihnya seorang gadis Meksiko (j). Satu keluarga Persia: suami (k), istri, dan anak gadisnya. Mereka punya toko kelontong. Seorang tukang kunci jujur (l) dengan istri dan anaknya yang masih kecil. Karena warna kulit ia kerap dicurigai buruk walau sudah bertindak benar. Sepasang suami (m) istri (o) Cina.

Baru pemetaan tokoh-tokohnya sudah jelimet kan. Ceritanya lebih lagi. Begini potongan intinya. (i) bersama (j) tengah menyidik sebuah kasus pembunuhan. Mobil mereka tabrakan dengan mobil (o). (j) dan (o) bertengkar. Dalam pertengkaran itu soal ras terbawa-bawa.

(e) dan (f) kena tilang karena berbuat tidak senonoh di dalam mobil. (g) yang menilang melecehkan (e). ketika pelecehan itu terjadi (f) hanya diam saja. (e) marah kepada (f). (f) tidak terima disalahkan. Mereka bertengkar hebat. Hubungan mereka pun retak. (h) tidak terima (g) berbuat begitu.

(c) dan (d) merampas mobil (a) dan (b). Saat melarikan mobil itu tanpa sengaja mereka melindas (m). (f) mengalami kecelakaan mobil. (g) yang kebetulan ada di situ menyelamatkan nyawa (f). Sempat terjadi ketegangan. (f) menolak diselamatkan (g). Ia teringat peristiwa pelecehan dirinya oleh (g).

(l) membetulkan kunci pintu toko (k). (k) nggak puas dengan pekerjaan (l). Ia marah-marah. Besoknya tokonya habis dijarah maling. Ia menuduh (l). Lalu dengan sepucuk pistol ia mendatangi rumah (l). Terjadilah adegan sangat mengharukan. Hampir (k) membunuh anak (l) yang masih kecil.

(c) (d) merampas mobil (e). (e) yang lagi stress nekad melawan. (c) dan (d) tak berkutik. Mereka terpisah. (c) melarikan diri sendirian. Sedang (d) ikut (e) yang terus melarikan mobilnya. Mereka dikejar serombongan polisi. (h) yang ikut dalam pengejaran itu berhasil meredakan suasana.

Malam menjelang. (c) terlunta-lunta mencari tumpangan. (h) mengendarai mobil sendirian. Ia memberi tumpangan pada (c). Terjadi salah pengertian. (h) menembak (c) hingga tewas. (c) ternyata adik (i) yang menghilang dari rumahnya dan ditunggu-tunggu sang ibu. Jenazah (c) inilah yang disidik (i) di awal film..

Ribet ya? Hehehe itu nggak semuanya terceritakan loh.
Jadi, bisa dibayangkan jelimet dan ngebingunginnya kan?!
Lalu pesannya apa?
Ya, tentang rasialisme itu. Selebihnya embuh. Teu nyaho teuing abdi. Nggak tahu hehehehe.


*
Lain banget dengan film Jet Li, Fearless. Jalan cerita sederhana. Lurus. Mudah ditangkap. Kisah pendekar jagoan yang sombong. Karena kesombongannya ia harus kehilangan orang-orang yang dikasihinya. Ia jadi gila. Lalu sembuh. Dan kemudian jadi pahlawan.
Pesannya? Jadi orang tuh jangan takabur. Ketakaburan bisa bikin celaka; celaka diri sendiri, celaka orang lain. Rendah hati mendatangkan kehormatan.
Sebuah pesan yang very simple.
Dan perlu.
Asyik lagi nontonnya.
*
Mari bicara tentang khotbah.
Khotbah seperti film. Ada khotbah seperti film Crash tadi. Isinya berbobot; baik secara teologis maupun filosofis. Dalam, luas, lebar. Tafsir Alkitabnya pun canggih; entah dengan historis kritis, entah dengan tafsir naratif. Atau model tafsiran apa lagi gitu. Pokoknya secara akademis A plus deh.
Cuma ya, bagi orang kebanyakan jelimet. Ngebingungin. Orang harus mikir dan menebak-nebak. Sudah gitu, masih disuruh nyimpulin sendiri. Ujung-ujungnya kalau orang ditanya, apa pesannya? Jawabnya: Anu. Anu apa? Teu nyaho teuing abdi. Hehehe jadinya kumaha eta???
Ada khotbah jenis film Fearless. Sederhana. Pesannya jelas. Nggak muter-muter. Nggak di awang-awang. Asyik disimak. Enak gitu didengerinnya. Orang nggak disuruh menebak-nebak. Dari sisi akademis, ya biasalah. Tapi nggak buruk juga loh. Pendek kata orang pulang bawa “sesuatu” yang nempel di benak lekat di hati.
Selain itu ada juga khotbah bukan tipe Crash. Bukan tipe Fearless. Tapi tipe film Indonesia tempo dulu. Kayak “Persaingan Asmara” dan “Kutukan Nyi Blorong” :))
*
Just info, waktu nonton Crash, yang nonton cuma berdua; saya dan istri. Mbak penjaga bioskop sampai tanya, “Filmnya mau tetap diputerin, atau dikembalikan saja uangnnya?” Karena tanggung, saya dan istri pilih lanjut :)). Khotbah ala Crash, ya setali tiga uanglah. Kurang peminat.

Sedang waktu nonton Fearless, saya sampai dua kali ngantri karena kehabisan karcis. Baru ngantri ketiga dapet. Itu pun di barisan kedua paling depan. Nah, Kalau khotbah ala Fearless, okelah. Orang pasti berbondong-bondong mau dengerin. Bisa sampai ngebela-belain.
Lalu bagaimana dengan khotbah ala “Persaingan Asmara” dan “Kutukan Nyi Blorong”??? Hehehe, jangan tanya saya. Suer, saya nggak nonton. Bukan nggak nasionalis. Tapi gimana ya. Dibayarin pun nggak deh. Mending di rumah baca buku atau nonton Discovery Channel atau National Geographic.
*****

6 comments:

Anonymous said...

well saya lebih suka kotbah ala fearless ato ala kung fu hustle, mengena dan ga bikin pusing he3. Saya sendiri kalo lagi kk dan bagiin bahan, ga terlalu banyak bahas detil2 kayak asal usul si ini dan si itu, arti suatu kata dsb. ya tanpa mengurangi arti dari hal2 tsb, menurut saya yg penting hal2 aplikatifnya sampai.

Anonymous said...

hmm..kalo saya, semakin ngerti alkitab semakin seneng.. ngebuka hal baru tentang firman yang hidup..apalagi kalo bisa dibawain dengan gaya fearless... double the blessing hehee

Anonymous said...

yg nonton kutukan nyi blorong juga ngantri loh apalagi di desa2

ayub yahya said...

hedgehogman : Tapi kung fu hustle slapstik, tuh:)Salam kenal ya. Sering-sering mampir
ceps! : Ringan tapi ga kurang kedalaman kan. Salam kenal ya dan jangan bosan mampir
pendekar kelana :Abis di desa ga ada pilihan laen seh..hehehe

Anonymous said...

semakin dalem semakin nikmat kalo ngerti firman tuhan dan melekat dalam diri...
dan bisa bagi bagi juga ma orang laen, kayak kang ayub ini.. yang selalu berbagi, minimal lewat tulisannya.. ringan tapi dalam =D

ceps = ocep binawarga

Anonymous said...

1)skrg jaman ud canggih bgt y,kotbah aja ud bs liat di internet.hwhehe
well, yg crita crash ga ngrti bgt, ngliat ulasannya aja ud ngjelimet,pa lagi flmnya..tp yg fearless,brbeda jauh dgn crash,krn crtanya simple...ini cmn tmbahan, flm ini bnyk pesan manusiawinya,tapi jg skaligus ninggalin satu penyakit manusia yg slalu ada dr kcil,yi: manusia itu kudu DIHAJAR dulu biar ngrti.
skaligus jg ninggalin 1 prtanyaan, apakah setiap kita memilki "pnyakit" itu?.jwban ada pd diri anda masing"..