Tuesday, May 30, 2006

Catatan Harian


Day - 306

Pagi ada seorang anggota jemaat datang ke rumah. Seorang ibu. Ia ngasih dua kaleng nutrisi. Katanya, saya kan sering pilek, batuk, suara serak, sariawan. Nah, nutrisi itu bagus buat mencegah. Juga bagus buat daya tahan tubuh. Apalagi saya suka tidur malam. Thx, bu. Yang baik dan perhatian sama pendeta tuh ada. Tapi yang senang kalau pendeta itu susah juga ada :). Tapi saya tahu yang begitu itu cuma dua tiga orang. Biasanya yang punya “akar pahit”. Entah pernah dikecewain, entah pada dasarnya emang ga suka sama pendeta.

Saya ingat betul, Nopember tahun lalu Dewi ngalami kecelakaan. Mobilnya senggolan dengan sepeda motor. Pengemudi sepeda motor masuk Rumah Sakit. Waktu itu saya lagi di Kalimantan. Mission trip. Program gereja. Yang nolongin Dewi karyawan gereja; urus rumah sakit, urus asuransi. Tapi eh, ia malah diomelin oleh penatua atasannya. Katanya itu melampaui wewenang ia. Lagian kan yang ngalami bukan pendetanya sendiri. Duh. Orang jauh-jauh di Kalimantan ditolong. Istri pendetanya sendiri lagi “susah” dicuekin.

Dari milis guru Sekolah Minggu saya dapat kabar tentang seorang teman. Ia pernah ngajar Sekolah Minggu di Kayu Putih. Pindah ke Lampung. Ia tengah dirawat di Guangzhou. Sudah sebulan. Ia punya kelainan pada ginjalnya. Dulu ia pernah cangkok ginjal. Saya SMS ia. Belum ada balasan. Saya jadi kepikir gini. Ada orang-orang yang untuk sehari saja hidup, susah dan harus membayar mahal. Saya sehat, tapi masih kerap kurang bersyukur.

Tuesday's Song - 05

Masih Ada Waktu
Penyanyi dan Pencipta : Ebiet G. Ade

Bila masih mungkin kita menorehkan bakti
atas nama jiwa dan hati tulus iklas
Mumpung masih ada kesempatan buat kita
mengumpulkan bekal perjalanan abadi

Kita pasti ingat tragedi yang memilukan
kenapa harus mereka yang terpilih menghadap?
Tentu ada hikmah yang harus kita petik
atas nama jiwa mari heningkan cipta

Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu
Entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitung
Hanya atas kasih-Nya hanya atas kehendak-Nya
kita masih bertemu matahari
Kepada rumpun ilalang kepada bintang gemintang
kita dapat mencoba meminjam catatannya

Sampai kapankah gerangan waktu yang masih tersisa
Semuanya menggeleng semuanya terdiam
semuanya menjawab tak mengerti
Yang terbaik hanyalah segeralah bersujud
mumpung kita masih diberi waktu


Ayah’s quote:
Dibalik sebuah tragedi pasti hikmah. Setidaknya itu mengajar kita untuk selalu ingat, bahwa betapa rentan dan ringkihnya hidup ini. Hidup ini fana. Akan ada saatnya kita nggak akan ada lagi di dunia. Nggak tahu sampai kapan. Tapi pasti kita akan tiba di batas itu. Apa yang akan kita tinggalkan? Apa yang akan kita bawa? Jangan sisa-siakan hidup. Tunduk dan sujud kepada Sang Khalik adalah sebuah keindahan. Mumpung kita masih diberi waktu.

Monday, May 29, 2006

Catatan Harian

Day - 307

Refleksi saya “Secercah Kasih” dimuat di Suara Pembaruan Sabtu 27 Mei. Refleksi itu saya kirim sudah lama. Sekitar 7-8 bulan lalu. Waktu itu saya kirim sekaligus 5 biji. Karena lama ga dimuat, saya pikir itu ga akan dimuat. Habis refleksi lain sudah dimuat. Bahkan refleksi yang dikirim kemudian juga. Jadi refleksi itu saya sertakan untuk diterbitkan di buku “Hidup Ini Indah”. Bukunya sendiri sudah terbit bulan Pebruari lalu. Saya jadi ga enak. Tadi saya telepon lagi ke redaksi. Klarifikasi.

Komunikasi telepon dengan teman-teman di Jogja sudah normal. Hanya dengan kampus Duta Wacana, ga nyambung-nyambung. Sekarang-sekarang ini sudah banyak lembaga atau perorangan yang terjun memberi bantuan. Yang ga kalah penting sebetulnya bantuan pada tahap recovery. Bantuan pada tahap ini biasanya luput dari pemberitaan. Tapi malah bagus. Jadi lebih tulus kan. Ga gembar-gembor.

Siang nonton Poseidon. Saya sudah sering nonton film bencana. Tapi kali ini rasanya lebih “merinding”. Saya inget Jogja. Bisa dibayangkan kengerian yang terjadi ketika bencana itu datang. Malamnya ada acara keakraban dengan beberapa pengurus wilayah Kelapa Gading Utara. Cuma makan dan ngobrol “ringan”. Kelak, saya akan kehilangan suasana-suasana seperti ini. Duh.

Sunday, May 28, 2006

Catatan Harian

Day - 308

Hari ini rasanya “malas” sekali. Badan lemes. Ga semangat. Hati terasa “biru”. Kepikiran terus Jogja. Terbayang setiap sudut di mana di situ saya punya “kisah”. Terbayang setiap wajah di mana di situ saya punya “jejak”. Dan sekarang Jogja tengah berduka. Jujur, saya pengen sekali ada di sana sekarang.

Berita di televisi: korban meninggal akibat gempa di Jogja dan sekitarnya sampai malam tadi 4000-an meninggal. Duh. Seorang teman cerita, kantornya mendapat SMS dari sebuah stasiun televisi. Nawarin pasang iklan duka cita buat Jogja. Katanya harga paket. Running text sekian kali display, seratus sekian juta. Tega benar mereka “menjual” bencana. Petikan lagu Ebiet G. Ade: “.... dalam kekalutan masih banyak tangan yang tega berbuat nista....”

Sore pimpin persekutuan guru Sekolah Minggu GKI Pengadilan Bogor. Saya cukup kerap pimpin acara di GKI Pengadilan Bogor. Terutama pemuda dan guru Sekolah Minggunya. Jadi saya akrab juga dengan mereka. Malamnya, sekalian lagi di Bogor, saya diundang teman-teman pengurus Bakal Pos Jemaat Taman Yasmin diskusiin pergumulan mereka. Saya appreciate dengan “perjuangan” mereka. Bravo, rekans.

Catatan Harian

Day - 309

Berita di televisi, Jogja diguncang gempa. Asal gempa dari pantai selatan. Rupanya gunung Merapi ga jadi “marah”. Justru pantai selatan yang “meledak”. Saya kontak teman-teman di Jogja. Ga bisa. Handphone, telepon rumah. Ga nyambung. Agak siang saya baru bisa komunikasi via SMS. Itu pun ga lancar. Ke-sent-nya kadang lama

SMS dari seorang teman: “Daerah selatan parah. Ada isu tsunami. Orang-orang lari ke utara. Rumah rusak kecil. Masih akan ada gempa susulan.” Satu lagi: “Listrik padam. Telepon rumah sempat mati. Handphone payah. Belum perlu evakuasi. Please doakan terus.” Satu lagi: “Kami baik. Tapi banyak rumah di dalam kota rusak berat. Kaca-kaca mall banyak yang pecah. Orang-orang panik.”

Sampai siang saya dengar di radio korban jiwa mencapai 2.400-an. Besok di gereja akan diadakan persembahan khusus buat membantu Jogja dan sekitarnya. Saya yakin, setiap peristiwa bencana yang sampai ke telinga kita bukanlah kebetulan. Tapi ada maksud Tuhan. Setidaknya, supaya kita eling lan waspada. Bahwa kita ini “kecil” di mata alam. Mawas diri. Jangan sombong. Ingat Sang Khalik. Suatu saat bencana itu bisa saja menimpa kita. Juga supaya kita ga cuma asyik dengan dunia kita sendiri. Ingat orang lain.

Sore pimpin Warung Pemuda di Program Kegiatan Terpadu (PKT) GKI Gading Indah. PKT tuh idenya bagus. Gereja kerap tanpa sadar jadi pemisah antar anggota keluarga. Remaja, pemuda, anak-anak, orang tua datang sendiri-sendiri ke gereja. Di PKT semua unsur keluarga itu jadi satu. Makanya disebut “kegiatan terpadu”. Setiap keluarga datang ke gereja bersama dan pulang juga bersama. Hanya pada saat acara “ceramah” dibagi dalam “warung-warung” berdasarkan kelompok usia. Ada Warung Remaja dengan tema sendiri. Ada Warung Pemuda dengan tema sendiri. Dan seterusnya.

Dari GKI Gading Indah terus ke GKI Kayu Putih. Pemuda mau nonton Da Vinci Code ramai-ramai di bioskop. Sebelum nonton saya diminta membahas film itu. Saya kutip beberapa kalimat dari tulisan Rm. Magnis di majalah Tempo. Saya sendiri ga ikut nonton. Saya jelaskan kepada mereka, alasan saya ga mau nonton.

Friday, May 26, 2006

Catatan Harian

Day - 310

Baca koran, di Bandung numpuk sampah. Pantes waktu ke Bandung tempo hari dengan pokja Demuda, saya lihat sampah menggunung di mana-mana. Bahkan di jalan-jalan protokol. Menyebarkan bau busuk. Mengundang lalat. Dulu Bandung terkenal kota yang elok permai. Sampai disebut Parijs van Java. Sekarang sebutan itu diplesetkan: Rubbish van Java.

Saya lahir dan besar di Bandung. Saya senang Bandung. Tapi itu dulu. Waktu udaranya masih dingin. Waktu kemana-mana belum macet. Sekarang Bandung sudah crowded. Seumpama seorang gadis. Dulu ayu, sederhana, ga neko-neko. Sekarang genit, norak, banyak tingkah, ngejengkelin :). Sama persis dengan Jogja. Bandung dan Jogja adalah dua kota yang punya “sejarah” bagi saya.

Siang ketemu Franklin di Dapur Sunda, Kelapa Gading. Ngobrolin skenario film. Masih bekutet dengan jalinan cerita. Ibarat mobil, majunya dikit-dikit banget. Habis sayanya juga kena “interupsi” melulu. Ada saja yang mesti dikejain dulu. Tapi ia ngerti. Kita juga ngobrolin ide-ide lain. Bikin film pendek yang bernapas kristiani buat televisi. Bisa jadi alternatif tontonan disamping film bernapaskan misteri dan agama lain. Akses ke stasiun televisi ada. Bahan cerita beberapa juga sudah ada. Tinggal telatenin. Lalu bikin sekolah seni buat anak-anak. Terus nantinya dibikin program televisinya. Kayak Art Attack di Disney Channel. Bermimpi itu emang asyik koq. Bikin hidup serasa lebih hidup. Hehehe. So, jangan bangunkan saya ya :).

Malam pimpin persekutuan wilayah Pulomas. Sekalian perpisahan dengan saya. Terharu. Ada puisi yang ditulis dan dibacakan buat saya. Thx, rekans.

Friday's Joke - 04


Obrolan Orang Yang Telah Meninggal

Dua lelaki yang sedang menunggu di pintu sorga terlibat percakapan begini:

laki-laki 1: "bagaimana anda mati ?"
laki-laki 2: "saya mati membeku"

laki-laki 1: "mengerikan sekali...bagaimana rasanya mati membeku?"
laki-laki 2: "sangat tak nyaman pada mulanya, menggigil dan terasa sakit pada seluruh jari tangan dan kaki. Tapi akhirnya sangat tenang saat mangkat, terasa kaku seperti melayang- layang layaknya seperti tidur. Kamu sendiri matinya bagaimana?"

laki-laki 1: "saya mendapat serangan jantung. kamu tahu....saya sudah curiga istri saya telah membohongi saya, dia telah nyeleweng. Jadi suatu hari saya sengaja datang tanpa di duga-duga. Saya berlari ke tempat tidur, dan menemukan istri saya sedang telentang sendirian. Saya tahu sudah terjadi yang tidak beres. Saya lari turun ke basement, tapi tak ada yang sedang bersembunyi di sana. Saya lari naik ke lantai dua, tapi di sana pun tak ada siapa siapa. Saya berlari naik secepat mungkin ke loteng, begitu sampai di sana, saya mendapat serangan jantung dan mati"
laki-laki 2: (sambil menggeleng geleng kepala) "ironis sekali"

laki-laki 1: "apa maksud anda?"
laki-laki 2: "andai anda hanya mencari di dalam freezer, mungkin kita berdua masih hidup!".

Ayah’s quote:
Selalu ada “seandainya” dalam hidup ini. Ada seandainya yang produktif, yaitu seandainya dalam kerangka mengantisipasi masa depan. Tapi ada seandainya kontraproduktif, yaitu seandainya berkenaan dengan masa lalu; seandainya dulu begini, seandainya dulu begitu. Tidak produktif karena seandainya itu toh bukan kenyataan. Tidak menyisakan apa-apa kecuali penyesalan. Jadi buat apa dipikirkan bukan?

Catatan Harian

Day - 311


Hari Kenaikan Yesus Kristus. Hari besar kristiani paling sepi. Ga ada perayaan khusus. Ga ada ucapan selamat. Kartu. Bahkan SMS. Pak Eka memberi analogi bagus. Ibarat film. Natal adalah saat sang jagoan datang. Jumat Agung adalah saat sang jagoan berduel melawan musuh bebuyutan. Paskah adalah saat sang jagoan menang. Sedang Kenaikan adalah saatnya The End.

Pagi pimpin kebaktian alam terbuka GKI Cawang di Taman Mini Indonesia Indah. Berangkat dari rumah jam 8. Acara mulai jam 9. Tapi pada telat. Keburu panas matahari deh. Dewi asal GKI Cawang. Keluarga besarnya masih berjemaat di sana. Jam 17 pimpin kebaktian umum di GKI Kayu Putih. Satu kali.

Sejak kemarin malam diare nih. Gara-gara godain si Pram kali :)). Eh, tapi bener loh. Percaya ga percaya. Dulu waktu kecil saya pernah godain temen yang bisulan. Ga tahunya beberapa hari kemudian giliran saya kena bisul. Mungkin cuma kebetulan sih. Tapi ga ada salahnya kan kalau hati-hati godain orang sakit. Hehehe.

Malam pulang gereja, pengurus pemuda telepon. Mereka minta saya mengulas film Da Vinci Code hari Sabtu besok di acara persekutuan pemuda. Setelah itu mereka ngajak nonton ramai-ramai. Weleh-weleh, saya kan udah bertekad mau ngeboikot ga nonton itu film. Gimana nih? Kompromi? Atau tetap dengan tekad semula? Masih ada waktu “menggumulinya” :).

Wednesday, May 24, 2006

Catatan Harian

Day - 312

Pagi Ang Tek Khun dari penerbit Kairos Gradien Jogja telepon. Buku Ngejomblo Itu Nikmat mau cetak ulang ke-5. Cuma formatnya akan diperbesar jadi 11x18. Yang sekarang 10x14.5 nge-display-nya di toko buku agak susah. Saya diminta nambahin dua atau tiga bab baru.

Saya sih oke saja. Cuma saya tuh betul-betul lagi repot dengan “tulisan”. Lanjutan Ku Gapai Hadir-Mu belum kelar. Padahal sudah ditanya-tanyain penerbit. Duh. Seri Sketsa Iman Pernikahan belum kelar. Targetnya akhir Mei. Sekarang sudah tanggal 24. Duh. Belum skenario film. Duh. Belum revisi tesis. DUH. Belum tulisan-tulisan lain yang sudah setengah jadi dan belum sempat digarap lagi: Catatan Harian Seorang Gila, Seri Sekolah Minggu, Kumpulan Refleksi Humor. Duh. Begitulah kalo ga fokus. Kebanyakan pengennya. Itu ga kelar, ini ga kelar. Herannya sudah tahu gitu, tapi lha koq masih saja gitu. Piye. Piye. Hehehe. Bagusnya sih ambil cuti kali ya. Lalu beresin semua. Tapi kalau lagi luang biasanya ide malah ga nongol. Susah. susah.

Malam pimpin persekutuan wilayah Kelapa Gading Selatan. Sekalian perpisahan saya. Saya terharu. Apalagi ketika lagu Kemesraan yang sudah digubah khusus untuk saya didendangkan. Thx, rekans. Jujur, kalau mikirin “kedekatan” dengan jemaat secara umum, saya rasanya berat banget pindah. Sungguh. Tapi ya, mungkin itu ada baiknya. Minimal mengajar saya agar ga terlalu “terikat” pada apa pun di dunia ini. Toh segala yang ada pada kita ga abadi. Pada saatnya akan “hilang”. Termasuk orang-orang yang kita kasihi.

Tapi ngomong-ngomong, kapan pastinya saya pindah sebetulnya belum tahu loh :)). Di surat Sinode ancer-ancer Juni. Tapi sampai sekarang Employment Pass belum keluar. Pindah keluar negeri kan ga se-simple pindah ke luar kota. Saya juga capek. Habis hampir setiap ketemu orang ditanyain, kapan berangkat. Tobat deh.

Catatan Harian

Day - 313

Baca kolom Rm. Magnis Suseno di majalah Tempo edisi 22-28 Mei. Tentang film The Da Vinci Code. Sangat menarik. Lugas. Dan jenaka pula.

Alinea akhir: “Saya sendiri jelas mau nonton The Da Vinci Code. Bukan hanya supaya dapat menjawab kalau orang tanya, melainkan karena saya mengantisipasi nikmatnya menonton thriller itu. Saya kira, umat saya juga sudah keluar dari masa puber (atau dari masa badak: begitu ada sesuatu yang membuat marah, tanduk turun, buntut naik, mata kecil tapi tajam mengambil fokus, lalu tanpa terganggu pikiran, menyerang lurus ke depan). Mereka bisa menikmati film yang bagus, sambil sedikit misuh-misuh (sehat bagi jiwa, lho!). Have a pleasant evening at your cinema!

Setuju. Kalau ada yang mau nonton film itu, nonton saja. Ga dilarang koq. Nikmatin just sebagai sebuah tontonan. Tapi kalau ada yang mau ngeboikot, ga nonton, kayak saya :), boikot saja. Dan Brown, seperti kata Rm. Magnis, emang kurang ajar. Asal hanya sebatas itu. Ga perlulah sampai ngerahin massa, bakar ini bakar itu. Apalagi sampai nge-fatwa mati segala. Kayak sama Salman Rusdhie dulu. Itu loh penulis buku Satanic Verses. Fiksi yang dianggap menghina Nabi Muhammad. Malah jadi iklan gratis kan.

Hari ini saya “bebas” tugas. Lega. Seharian bisa ngetik revisi tesis. Banyak nih yang harus direvisi. Teman saya dari Cirebon kirim SMS “aneh”: “Horee! Gw diare. Diet alamiah nehhh!” Ia emang lagi pengen ngurusin badan. Semalam katanya ia makan seafood kepedasan. Jadilah ia “menuai apa yang ditaburnya”. Hehehe. Begitulah orang “optimistis” :). Selalu berpikir positif. Melihat kebaikan dibalik keadaan yang buruk. Pelangi dibalik hujan. Agak siang saya SMS ia: “Pa kbr diare? Sdh brp x?” Ia jawab: “10 x, bo. Haleluya!” Berapa kali maksudnya, berapa kali ke belakang :)).

Tuesday's Song - 04

B'rikanku Hati
(Penyanyi: Nikita)

B’rikanku hati sperti hati-Mu
yang penuh dengan belas kasihan
B’rikanku mata sperti mata-Mu
memandang tuaian di sekelilingku
B’rikanku tangan-Mu ‘tuk melakukan tugas-Mu
B’rikanku kaki-Mu melangkah dalam rencana-Mu
B’rikanku, b’rikanku, b’rikanku hati-Mu

Ayah’s quote:
Apa isi permohonan dalam doa-doa kita? Tentang pekerjaan. Jodoh. Keluarga. Pengen ini. Pengen itu? Tentu tidak salah. Tapi pernahkah kita memohon perubahan hati kita. Agar hidup kita lebih berarti sesama. Lebih mengasihi. Lebih menjadi berkat. Lebih menikmati apa ang. Lebih banyak memberi daripada mendapat.

Tuesday, May 23, 2006

Catatan Harian

Day - 314

Pagi anter Kezia dan Karen sekolah. Dengan Dewi. Kezia dan Karen masuk sekolah jam 7. Terus ke kantor Pak Go di komplek perkantoran ITC Cempaka Mas. Pimpin ibadah pagi. Jam 8. Agak gerimis. Di perempatan Coca Cola macet. Sudah tradisi :). Cukup kerap saya pimpin ibadah pagi di kantor Pak Go. Terus jemput Kezia. Ia sedang ulangan umum. Jadi pulang lebih pagi. Jam 9. Beda satu seperempat jam dengan Karen. Jemput Kezia agak telat. Ia sudah nungguin.

Siang nonton Mission Imposible 3 di XXI Kelapa Gading. Seru. Cuma ya, namanya juga imposible :). Just hiburanlah. Sejak tiga minggu lalu pengen nonton. Ga sempet-sempet. Film lain yang juga saya incar Poseidon. Sejenis Titanic. Kata teman bagus. Da Vinci Code? Ga. Saya ga pengen nonton. Ini sebentuk protes saya terhadap film itu. Sebetulnya saya suka Tom Hanks. Hampir semua filmnya saya tonton: Big, Philadelpia, Forrest Gump, Cast Away. Tapi kali ini ga deh.

Saya senang nonton film. Dulu hampir semua film kategori “perlu tonton” ga pernah lewat. Tapi belakangan banyak kelewatnya. Susah cari waktu yang pas. Luther, Memoirs of a Geisha, Oliver Twist, Brokeback Mountain, Downfall. Semua lewat. Tahu-tahu sudah ngilang di bioskop. Ada sih teman yang kasih pinjem DVD-nya. Tapi belum juga sempet nonton. Habis kalau di rumah, ada saja yang harus diketik atau dibaca. Belum main sama kids :).

Malam sebetulnya saya pengen datang ke kebaktan peneguhan Pdt. Samuel Lie di GKI Layur. Tapi ga bisa. Jam 19 saya harus pimpin persekutuan keluarga di Kelapa Puyuh. Selamat deh, Koh. Selamat berjuang di tempat baru. Dari Kelapa Puyuh terus ke rumah teman di Kelapa Nias. Betulin note book. Sekalian ngedit VCD khotbah. Persiapan kalau-kalau nanti kursus tehnik berkhotbah lanjutan di PPWG STT Jakarta jadi terlaksana. Pulang ke rumah jam 22-an.

Sunday, May 21, 2006

Catatan Harian

Day - 315

Jam 8.30 khotbah di kebaktian remaja GKI Gading Indah. Temanya: Bergereja bukan sekadar ke gereja. Untuk remaja seusia SMP, tema itu terlalu “abstrak” deh. Musik pengiringnya oke. Good. Jam 11 khotbah di kebaktian remaja GKI Kayu Putih. Temanya: Tuhan tidak lupa.

Saya datang ngepas waktunya. Sampai diteleponin oleh penatua yang bertugas. Habis parkir mobil susah. Jauh. Salah satu masalah yang dihadapi banyak gereja di Jakarta adalah soal parkir. Lahan sempit mobil banyak. Ngeganggu warga sekitar. Bikin macet. Salah-salah jadi batu sandungan. Pernah terjadi dulu, ada pengunjung kebaktian yang parkir mobil sembarangan. Nutupin pintu pagar rumah warga. Pas waktu itu yang punya rumah mau ke pergi rumah sakit. Jadi “ramai” tuh.

Jam 13-an bawakan renungan di Persidangan Majelis Jemaat (PMJ). Ga ada tema. Saya pilih tema: Menjaga hati. Jujur, kadang saya mikir, buat apa gitu ada renungan di PMJ. Toh ga mengubah apa-apa. Kesannya just formalitas. Dulu pernah ada. Terus ga ada. Ada lagi. Ga ada lagi. Lalu ada lagi. Sampai sekarang. Dan ternyata, ada ga ada renungan sama saja tuh. Sayang waktu persiapannya kan. Lebih baik dipakai untuk lebih berguna. Husss! Ga boleh loh berpikir begitu. Iya. Iya. Maaf. Maaf. Maaf.

Saya minta ijin ga ikut PMJ sampai akhir. Pulang. Siapin khotbah. Sempet tidur bentar. Capek banget. Bangun lumayan seger. Pimpin kebaktian umum jam 17 dan 19 di GKI Kayu Putih. Temanya: Hidup ini fana. Malam selesai kebaktian, teman dari GKI Bekasi Timur bersama keluarganya ngajak makan. Ia tahu saya suka kepiting. Katanya ada tempat makan kepiting yang enak. Cari waktu lain susah. Jadi malam ini saja. Sampai di sana kepitingnya habis :)).

Saturday, May 20, 2006

Catatan Harian

Day - 316

Jam 9 pimpin pembinaan aktivis Klasis Jakarta Timur. Dua session. Motivasi Pelayan Kristus dan Karakter Pelayan Kristus. Pesertanya para personalia inti semua komisi; anak, remaja, pemuda, dewasa. Plus para penatua pendamping masing-masing komisi. Yang hadir di absen sih 198 orang. Tapi banyak yang ga nulis absen. Mungkin 250-an termasuk panitia.

Klasis Jakarta Timur ada 13 jemaat. Termasuk jemaat di Rengasdengklok dan beberapa di Bekasi. Semua jemaat mengirim utusan. Satu-satunya jemaat yang ga ada satu pun utusannya adalah GKI Kayu Putih :)). Sampai ada peserta yang berseloroh, “Seorang nabi kan ga dihargai di tempat asalnya”. Saya tahu itu cuma guyon. Tapi emang aneh juga sih. Ga ada satu orang pun. Padahal diadainnya di Kelapa Gading. Pas pula saya yang mimpin. Hehehe. Hiks!!

Saya tentu ga berpikir “seburuk” itu. Beberapa personalia komisi yang saya tanya kemudian bilang, ga tahu ada pembinaan aktivis klasis. Saya tanya seorang penatua senior. Dijawab: “Kayaknya kurang koordinasi. Ketua Bidang Pembinaan sedang sibuk sekali di kantor. Yang lain kurang inisiatif.” Ya, saya pikir sih mis-komunikasi saja.

Sore pimpin persekutuan wilayah di Taman Modern. Pulang macetnya minta ampun. Di terminal Pulo Gadung berhenti total sampai 30 menit-an. Duh. Acara mulai jam 17. Selesai jam 19.30. Plus makan. Sampai rumah hampir jam 21. Mana besok khotbah lima kali. Belum nyiapin satu pun. Duh.

Friday, May 19, 2006

Catatan Harian

Day - 317b

Kereta api ke Jakarta jam 14.00. Pagi ga ada acara. Pram, teman saya, ngajak main ke Cibulan di daerah Kuningan. Sekitar 30 menit dari Cirebon. Waktu kecil pernah beberapa kali ke sana. Ga banyak berubah. Cibulan tuh kolam renang umum. Airnya dari mata air Gunung Ciremai. Dasarnya dari batu-batu bulat. Uniknya di kolam itu ada banyak sekali ikan. Besar-besar. Bahkan ada yang sampai lima kiloan beratnya.

Jadi kita berenang bersama ikan-ikan itu. Namanya ikan Kancra Putih. Mirip ikan mas. Cuma lebih panjang dan lonjong. Sisiknya kayak ikan arwana. Ga tau kenapa dibilang putih. Padahal ikannya biru kehitaman. Konon itu ikan keramat. Hanya ada di situ. Ga boleh diganggu. Kalo mati harus diperlakukan seperti manusia. Dibungkus kain kafan. Pake sajen. Dikubur. Ada kuncen-nya. Menurut mitos, kalo malam ikan-ikan itu berubah jadi wanita-wanita muda. Ga ada yang bisa buktiin sih. Namanya juga mitos :).

Dari Cibulan ke Linggarjati. 15 menitan. Zaman penjajahan dulu itu tempat perundingan antara Indonesia dan Belanda. Yang kemudian dikenal dengan sebutan Perjanjian Linggarjati. Ada kolam renang dan pemancingan. Kita sempat mancing. Lumayan, ga ada sejam dapat hampir empat kilo; ikan mas, bawal, nila. Ikan-ikannya sih dikasihkan ke orang :). Kebetulan teman punya oom ulang tahun.

Di Cirebon waktu tuh kayaknya banyak banget deh. Setengah harian bisa kemana-mana. Pulang dari Linggarjati masih sempet ke pasar beli oleh-oleh. Bisa ngerujak dulu segala. Sebelum jam 14.00 udah di stasiun. Kereta on time. Jam 17.00-an sudah sampai di Jatinegara. Welcome to the jungle.

Catatan Harian

Day - 317a

Cirebon oke. Kotanya ga kecil, ga besar. Ga macet. Cuma panasnya itu loh. Pinggir pantai sih. Kayak Semarang gitu. Makanan “kampungnya" asyik-asyik. Mie koclok di Pasar Balong, soto mie di Pekiringan, nasi jamblang di Pelabuhan, nasi lengko di Pagongan, empal gentong di Stasiun. Yummi.

Dulu, setelah akhirnya bisa berdamai dengan “panggilan” kependetaan, saya pengennya di Jemaat kecil di kota kecil. Tapi permohonan terakhir itu pun ga Tuhan kabulkan. Sejak selesai STT tahun 1991 sampai sekarang, saya justru dapat Jemaat besar di Jakarta. Begitulah hidup. Ga selalu berjalan seperti yang kita inginkan. "Tuhan ini saya. Pakai seturut kehendakMu." Itu saja selalu doa saya.

Baru baca di Koran, Barcelona menang lawan Arsenal yang sejak menit ke 18 bermain dengan 10 pemain. Kiper Jens Lehman kena kartu merah. Jadi kayak waktu lawan Chelsea di putaran pertama babak sebelumnya. Yaaa, kurang elok ah. Terlepas layak atau ga Lehman dikeluarkan. Hasil emang penting, tapi bagaimana mencapai hasil ga kalah penting kan.

Sama dengan gol ke gawang lawan. Golnya penting, tapi bagaimana proses terjadinya gol juga ga kalah penting. Makanya dari sekian banyak gol yang terjadi di sepakbola, hanya sedikit gol yang dikenang sampai sekarang. Kayak gol Maradonna ke gawang Inggris di Piala Dunia 1986. Atau gol Marco van Basten ke gawang Uni Soviet di Piala Eropa 1988. Simpati saya buat Arsenal. Betapun Arsenal telah menunjukkan permainan hebat. Dengan sebagian besar pemain muda pula.

Thursday, May 18, 2006

Catatan Harian

Day - 318

Bangun kepala sakit. Flu. Semalam tidur ga beres. Ngetik. Baca. Ketiduran di kamar kerja. Terbangun. Ga bisa tidur lagi. Terus ngetik lagi. Baca lagi. Bosen. Nonton Barcelona-Arsenal. Tapi cuma ujungnya. Barcelona menang 2-1. Berarti “ramalan” saya kemarin ga terlalu meleset :).

Jam 7.30 ke Stasiun Gambir. Mau ke Cirebon. Naik kereta api Cirebon Express Utama jam 8.45. Pimpin di GKI Pengampon. Sore acara keakraban lansia. Malamnya acara Malam Puji dan Sabda. Pergi berdua Dewi. Kezia dan Karen “titip” sama oma opa. Satu kelebihan naik kereta api dibanding naik pesawat, bisa SMS-an sepanjang jalan :).

Sampai di Cirebon siang. Dijemput teman. Nginep di rumah ia. Teman saya tuh “aneh”. Ia anak laki-laki paling besar. Sudah selesai kuliah. Tahun lalu ayahnya meninggal. Mewariskan toko dan perusahaan cukup besar. Boleh di bilang, hidupnya sudah mapan dan nyaman. Eh, katanya ia mau masuk sekolah teologi. Ibunya nentang. Setiap kali bertanya kepada pendetanya, bagaimana ia harus bersikap? Dijawab: “Kamu harus lebih taat kepada Tuhan, daripada kepada manusia.”

Saya setuju banget dengan ungkapan itu. Tapi masalahnya, apa masuk sekolah teologi selalu identik dengan taat kepada Tuhan?! Dan ikut keinginan ibu: bimbing adik-adik mengelola toko dan perusahaan peninggalan ayah, berarti ga taat kepada Tuhan?! Belum tentu kan. Ga sesederhana itu. Dan ga bisa hitam putih begitu. Kenapa ia pengen masuk sekolah teologi? Dan kenapa ibunya menentang ia? Pasti ada alasannya kan.

Wednesday, May 17, 2006

Catatan Harian

Day - 319

Sejak kemarin di koran “heboh” final Liga Champions Eropa subuh nanti. Barcelona lawan Arsenal. Saya jagoin Barcelona 2-0. Tapi asal tahu saja, “ramalan” saya lebih sering meleset :). Dari dulu saya suka Barcelona. Ga tahu kenapa. Rasa suka, seperti juga cinta, ga selalu butuh alasan kan. Hehehe.

Saya dapat SMS dari seorang teman: My head says Barca will win, but my heart says Gunners will win. Ia fans berat Arsenal. Barcelona emang banyak difavoritkan. Tapi ya, seperti kata ujar-ujaran: “bola itu bundar”. Perhitungan di atas kertas ga selalu sama dengan kenyataan di lapangan. Tahun lalu siapa duga Liverpool jadi juara. Ngalahin AC Milan. Hidup juga begitu kan. Ga selalu sama dengan perhitungan.

Baru baca majalah Basis. Rm. Franz Magnis-Suseno ultah ke 70. Ia lahir di Eckersdorf, Silesia, Jerman. Sekarang masuk wilayah Polandia. Datang ke Indonesia 1961. Menjadi WNI 1977. Guru Besar di STF Driyarkara hingga kini. Ia orang hebat. Tapi tetap rendah hati dan sederhana. Selamat ulang tahun, Romo. Tuhan memberkati.

Sore pimpin kursus menulis di STT Jakarta. Kelas terakhir. Kelas terakhir ini harusnya Rabu 3 Mei yang lalu. Tertunda. 3 Mei saya di Bali. 10 Mei pimpin di Bogor. Sebuah kegiatan yang sudah rutin bila “terputus” di tengah jalan, biasanya mengurangi semangat peserta. Tadi yang hadir hanya 9 orang. Berarti 7 orang ga hadir. Tapi dari yang 9 orang ini hasil akhirnya oke loh. Enam renungan, satu cerpen, dan beberapa refleksi dalam bentuk catatan harian. Rencananya akan dikirm ke koran, majalah atau website. PPWG STT Jakarta masih akan merancang kursus berkhotbah lanjutan dan seminar sehari tehnik menulis.

Catatan Harian

Day - 320

Di ambang bencana Merapi. Berita di koran: Gunung Merapi meluncurkan awan panas. Misteri alam. Dalam keadaan normal, paling asyik memandang Merapi dari tempat pengawasan Merapi di ujung hutan Kaliurang. Ga akan lupa deh. Burung elang melayang tenang. Di antara semburat cahaya matahari siang. Berlatar belakang kemegahan Merapi yang puncaknya dikelilingi awan tipis.

Waktu mahasiswa bersama beberapa teman, saya pernah kemping di kaki Merapi. Duh saya jadi teringat teman-teman kuliah dulu. Daeng, Joko, Yosafat, Yahya Tirta, Besel. Saya salah ga "nikmatin" masa kuliah. Banyak memendam “kemarahan”. Setelah masa itu berlalu dan jadi kenangan, baru saya tersadar betapa indahnya masa itu. Masa terbaik dalam hidup saya. Andai saja saya jalani masa itu dengan “nikmat”, pasti banyak “buah” yang saya petik. Arrggh! Penyesalan selalu datang terlambat.

Sore pimpin pembinaan mingguan Komisi Pembinan dan Pemuridan PMK IPB. Tehnik Konseling. Saya ga gitu konsen. Sepanjang siang ngalami hal yang ga enak. Malamnya ga bisa tidur pula. Duh. Duh. Yang hadir sekitar 50 mahasiswa. Saya senang mereka aktif bertanya. Waktunya kurang. Pulang malam. Mampir makan di Cafe Gumati. Tempatnya sih oke. Sampai rumah jam 23-an.

Monday, May 15, 2006

Catatan Harian

Day - 321

Hari ini ga ada yang khusus. Kalau ngikutin “tugas”, sebetulnya saya diminta pimpin ibadah pagi di BPK Gunung Mulia Jl. Raya Bogor. Saya “terpaksa” nolak. Habis gimana? Besok di PMK Bogor. Lusa di STT Jakarta. Kamis dan Jumat di GKI Pengampon Cirebon. Sabtu bina aktivis klasis Jakarta Timur, syukuran keluarga, dan Persekutuan Wilayah. Minggu empat kali khotbah. Padahal hari Sabtu dan Minggu kemarin baru dari Bandung. Acara Demuda. Kamis dan Jumat-nya dari Jogja. Sidang tesis. Jujur, saya merasa ga enak juga loh “nolak tugas” gitu. Tapi kalau semua tugas diikuti, kapan saya “ngisi bensin”? Andai saya punya sekretaris dan sopir pribadi seperti Aa Gym. Hehehe j/k.

Setelah antar jemput Kezia dan Karen sekolah seharian di rumah. Baca-baca lagi tesis. Ngetik. Sore ke rumah Pak Binsar. Ngobrolin tesis. Saya ceritakan “pembantaian” di sidang tesis. Ia cuma tertawa. “Bisa diduga,” katanya. “Tapi kan itu proses pembelajaran yang bagus.” Saya mengiyakan :).

Malam di La Piazza ketemu Franklin dan beberapa teman. Rencananya bicara skenario film, jebulnya bicara banyak hal. Mereka orang-orang yang “unik” dengan dunia dan prinsip-prinsip yang “khas”. Saya menghargai “kejujuran” dan “ke-apa-ada-an” mereka. Dari mereka saya dapat satu “pesan” buat para istri: Jangan sikapi “kebandelan” suami dengan kegarangan atau kenyinyiran. Ia akan tambah “nekad”. Sikapi dengan pengertian dan kebaikan. Jangan “usik” harga dirinya. Bikin ia merasa ga enak hati :). Mungkin ga lantas memperbaiki keadaan. Tapi minimal, ga akan memperburuk keadaan.

Sunday, May 14, 2006

Catatan Harian

Day - 322

Semalam ke The Valley. Daerah Dago terus ke atas. Makan sambil menikmati pemandangan kota Bandung di waktu malam. Asyik. Tempatnya romantis. Oke banget. Makanannya juga oke. Tapi perjuangan ke sananya itu loh. Apalagi sabtu malam. Sudah jalannya macet. Di sananya antri pula. Huhh!

Kita nginap di semacam "home stay" dekat Universitas Maranatha. Tempat kost-kost-an yang difungsikan juga jadi tempat penginapan. Cukup oke. Bersih. Tenang. Pagi saya pimpin ibadah Minggu. Gabungan anak-anak dan dewasa. Dilanjutkan acara kebersamaan. Sekalian acara perpisahan saya. Berat juga sih. Soalnya kita sudah akrab. Cocok. Padahal kita baru setahun gabung. Saya "dikerjain" teman-teman Demuda. Diguyur seember air sambil difoto. Katanya "syukuran" saya selesai sidang tesis. Mana saya ga bawa celana ganti. Bener-bener deh :).

Siang teman-teman pada jalan ke Factory Outlet. Saya ga ikut. Nengok mama. Sekalian ketemu kakak dan para ponakan. Mama seperti biasa kalo saya pulang bikin "krupuk ngojay". Makanan kesukaan saya waktu kecil. Krupuk ngojay tuh krupuk merah "digoreng" dengan pasir. Terus dimasukin ke kuah sambal oncom yang pedas banget. Hehmm, nikmat. Ngojay dalam Bahasa Sunda artinya berenang.

Kita kumpul lagi di Saung Kabayan. Makan. Terus ke All About Strawberry di Cimahi. Anak-anak pada pengen ke sana. Jam 16-an kita pulang. Beberapa teman Demuda ikut mobil saya. Sepanjang jalan kita ngobrol. Intinya kita pengen "berbuat" sesuatu yang berarti buat orang banyak. Seperti yang dilakukan oleh Aa Gym cs. Alangkah eloknya kan kalau hidup kita menjadi berkat.

What's Up?

Sabtu, 13 Mei 2006, jam 12.00

Keterangan foto : Saya menyerahkan buku-buku tulisan saya sebagai kenang-kenangan kepada KH. Abdullah Gymnastiar (AA Gym)

Daurat Tauhid banyak mengembangkan pelatihan seputar manajemen qolbu lintas agama. Juga berbagai bisnis; mulai dari radio, penerbitan buku dan majalah, tour dan travel, supermarket, rumah makan, guest house, sampai stasiun televisi.

Saturday, May 13, 2006

Catatan Harian

Day - 323

Pagi bersama teman-teman Pokja Demuda berangkat ke Bandung. Acara kebersamaan. Sekalian kunjungan ke Pesantren Daurat Tauhid. Ketemu dan berbincang-bincang dengan KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym). Yang ikut sekitar 30 orang termasuk anak-anak. Enam mobil. Di pintu keluar tol Cipularang macet. Biasa Bandung euy. Sampai di Daurat Tauhid jam 12-an. Kita diajak keliling kompleks Daurat Tauhid. Saya terkesan dengan kebersihan lingkungan di sana. Hampir ga ada sampah. Orang-orangnya pun ramah. Berjalan di sana walau kita ini "beda", tapi rasanya tuh "aman" gitu. Good. Good.

Silahturahmi lintas agama menurut saya penting. Apalagi di tengah sektarianisme agama yang begitu kuat sekarang ini. Silahturahmi bisa menghapus kesalingcurigaan dan kesalahpahaman. Merangkai kasih, membuang benci.

Kita dijamu makan siang oleh Aa Gym di rumahnya. Sambil lesehan dan ngobrol santai. Ia sosok yang rendah hati, ramah, dan sederhana. Saya sempat tanya bagaimana ia nyiapin kotbah di tengah kesibukannya yang luar biasa. Juga bagaimana membagi waktu buat keluarga. Ia bilang, sebulan permintaan ceramah bisa sampai 1200. Yang dipenuhi hanya sekitar 40. Ia punya 26 sekretaris untuk "nangani" urusan ceramah. Tapi ia tetap mentingin waktu untuk keluarga. Sesekali ia masih nganter anaknya sekolah atau istrinya belanja.

Sebelum pulang saya memberi ia beberapa buku saya sebagai kenangan-kenangan. Aa Gym juga memberi beberapa bukunya. Ga semua yang ia ucapkan saya setuju. Malah bertolak belakang dengan pendapat saya. Tapi secara umum prinsip-prinsip "moral" yang ia anut sangat oke.

Renungan Sabtu - 04

Namaku Ayub


Aku sungguh tidak habis mengerti, mengapa justru demikian yang harus aku alami. Anak-anakku mati ketika rumah tempat mereka berkumpul tersapu angin badai dan roboh menimpa mereka. Harta bendaku yang kuupayakan bertahun-tahun musnah dalam sekejap. Dan aku sendiri, sekujur tubuhku dari telapak kaki hingga ujung kepala terjangkit borok-borok yang menjijikkan.

Semuanya datang bertubi-tubi dan begitu tiba-tiba. Aku ibarat orang yang jatuh dari ketinggian ke tempat paling rendah, gelap dan kotor. O, sungguh penderitaan yang sempurna, dan tidak tertanggungkan.
Mengapa semua ini terjadi dalam hidupku?
Apa yang salah dari diriku?

Elifas, Bildad dan Zofar, para sahabatku, menuduh aku telah melakukan dosa besar. Itulah sebabnya mereka mendesak agar aku bertobat, mengakui dosa-dosaku, dan meminta ampun kepada Allah.
Tetapi dosa apa yang harus aku akui? Dosa macam apa yang telah aku perbuat, sehigga karenanya aku dan keluargaku harus menanggung penderitaan sehebat ini? Aku sungguh tidak tahu.

Ya, aku memang bukan orang yang tanpa cacat cela. Aku juga manusia biasa yang penuh kelemahan. Aku tentu pernah berbuat dosa. Tapi tolong tunjukkan kepadaku kekejian apa yang telah aku lakukan, sehingga dengan begitu aku pantas menanggung semua kemalangan ini.

Apakah aku pernah menzalimi dan menyengsarakan hidup orang lain, menipu dan mengkhianati kepercayaan orang lain? Atau pernahkah aku merampas hak-hak orang miskin dan lemah?
Apakah aku pernah melakukan perbuatan amoral, tindakan tidak senonoh yang melanggar kesusilaan? Atau pernahkah demi uang dan jabatan aku merekayasa kejadian biadab dengan mengorbankan orang-orang tidak bersalah?

Apakah aku pernah menghujat Allah, mempermainkan hukum-hukum-Nya atau menjual nama-Nya demi ambisi dan kepentingan pribadiku?
Tunjukkanlah kepadaku!
Akh, aku jadi tidak bisa mengendalikan kata-kataku sendiri. Maaf. Seribu kali maaf. Aku tidak bermaksud membela diri. Aku juga tidak bermaksud menyindir orang lain. Sama sekali tidak.

Tetapi memang, aku sama sekali tidak mengerti kalau semua penderitaan yang aku alami ini dianggap sebagai akibat dari dosaku. Sungguh aku tidak mengerti. Sebab aku tahu persis, banyak orang yang jelas-jelas berperilaku bobrok dan jahat hidupnya malah enak. Jangankan mengalami nestapa seperti yang aku alami, mereka malah hidup semakin subur makmur. Karena itu semakin congkak dan takaburlah mereka. Betapa tidak adilnya.

Aku tahu Elifas, Bildad dan Zofar tidak bermaksud buruk. Mereka justru mau membantuku, memberi solusi terhadap pergumulan batinku. Tetapi pemahaman mereka terlalu sempit, pandangan mereka sangat kerdil. Sehingga bukannya memahami, mereka malah menghakimi. Bukannya menopang dan menguatkan, mereka malah memojokkan dan memberati. Apakah segala hal yang terjadi dalam hidup, termasuk penderitaan dan kemalangan, selalu dapat diukur dengan hukum sebab akibat?

Hukum sebab akibat sesungguhnya terlalu sederhana untuk dipakai mengukur semua kejadian dalam hidup ini. Coba pikir, apakah orang yang sukses; kekayaannya segudang, jabatannya selangit, anak-cucunya hebat-hebat dijamin pasti orangnya baik dan saleh? Belum tentu! Jangan lupa, setan pun bisa memberi kekayaan dan kekuasaan asalkan orang mau tunduk kepadanya. Sama, orang yang susah pun belum tentu karena dosanya. Iya, kan?!
Jadi ada apa sebenarnya dibalik penderitaan yang aku alami ini? Mengapa aku harus menghadapi ini semua?
Mengenai itu aku sendiri tidak tahu. Entahlah. Tapi sudahlah. Dalam hidup ini memang ada banyak hal yang kadang-kadang tidak bisa kita urai dengan akal. Kita hanya bisa menerima, tanpa tahu sebabnya.

Toh aku bukan pemilik hidup ini. Hidupku hanyalah titipan. Aku hanya tinggal menjalani apa yang memang harus terjadi. Susah maupun senang. Kalau susah kiranya tidak membuat aku putus asa. Sebaliknya kalau senang tidak membuat aku takabur dan lupa diri. Setiap orang tanpa kecuali pada akhirnya akan menuju satu titik yang sama: kematian.

Yang penting apa pun yang terjadi dalam hidup ini, aku jalani dengan penuh iman dan pengharapan kepada Sang Khalik. Sehingga ketika Dia mengambil kembali hidup yang dititipkan-Nya, tidak ada yang aku sesali.
Aku bisa menghadapi panggilan pulang dari-Nya dengan kepala tegak dan hati tenang. Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan
***
Dari buku: Di Manakah Allah Saat Aku Menderita? - Ayub Yahya

Friday, May 12, 2006

Friday's Joke - 03


Aturan

Seorang pemuda ditilang; naik sepeda motor melanggar rambu lalu lintas, harusnya verboden dia malah terus jalan.

“Kamu tidak melihat tanda verboden di sana?” tanya Pak Polisi, sambil menunjuk
ke arah rambu bergambar lingkaran merah dengan palang di tengahnya.

Sambil garuk-garuk nggak gatal dan setengah nyengir, si Pemuda menjawab, “Tandanya
sih saya lihat. Tetapi saya tidak melihat Bapak.”

Ayah's quote:
Begitulah kalau kepatuhan bukan didasarkan pada kesadaran dan ketulusan, tetapi lebih karena rasa takut kepada petugas atau hukuman. Sungguh kepatuhan yang rapuh.

Catatan Harian

Day - 324

Saya ada di Jogja. Hari ini maju sidang tesis. Saya ga tau kalo sidang tesis tuh terbuka. Teman atau keluarga bisa ikut nyaksiin. Jadi saya ga ngajak siapa-siapa. Saya maju sendirian. Mbak di sekretariat sampe tanya kok ga bawa "supporter" :). Tapi beberapa teman sih kirim sms. Malah ada yang udah kasih selamat. Hehehe jadi mkalu. Tesis saya judulnya: Materialisme versus Spiritualisme Yesus. Kajian iklan televisi dalam sorotan Kotbah di Bukit.

Mengingat persiapan dan “cara” bagaimana saya menulis tesis, boleh dibilang saya ini "berani mati". Dan benar. Saya dibantai habis. Habis-bis. Knock out. Yang nguji Pak Paulus, Pak Yahya dan Pak Bernie. Hasil akhir, tesis harus direvisi selambat-lambatnya akhir Juni. Ga usah sidang lagi. Kalau bisa beres minggu depan lebih baik. Hehhh. Lega. Lega. Yang penting kan episode paling "suram" dalam hidup ini sudah berlalu :).

Sebetulnya ada teman yang minta saya pimpin syukuran rumahnya. Dulu ia anggota jemaat GKI Kayu Putih. Tapi karena tesis harus revisi, saya masih harus konsultasi dengan dosen. Jadi ga bisa. Ia bilang, ga apa-apa ditunda saja. Pas kalau saya ke Jogja lagi nanti. Waktunya ga mendesak.

Sore balik ke Jakarta. Naik Adam Air jam 18.40. Delay satu jam. Alsannya: karena satu dan lain hal. Klise. Buhh! Penumpang pesawat di Indonesia tuh benar-benar “baik” dan "toleran" deh. Pesawat delay satu-dua jam ga marah ga apa. Nrimo. Atau ga bisa berbuat apa-apa? :). Saya ga tahu apa di negera lain juga gitu.

Thursday, May 11, 2006

Catatan Harian

Day - 325

Semalam pimpin Pembinaan Bersama Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB di Kampus Dramaga. Yang hadir sekitar 300 mahasiswa. Jalanan di Bogor macet banget. Jam 16.30 dari Jakarta. Tiba di sana sekitar jam 19-an. Padahal acara mulai 18.30. Terlambat. Jujur sempet “jengkel” juga sih. Duh. Tapi segala kegusaran sirna melihat antusiasme para mahasiswa itu. Lebih-lebih dengar pengalaman dan kegiatan pelayanan mereka. Good. Saya pengen deh ikut men-support pelayanan mereka. Minimal dalam hal pimpin-pimpin acara mereka.

Bogor bener-bener deh. Macetnya tuh “keterlaluan”. Heran. Akar masalahnya kan jelas. Angkot itu loh. Udah kebanyakan, ngetem dan naik-turunin penumpang seenaknya pula. Ditambah para pedagang di pinggir jalan. Saya ga ngerti dengan Pemda, masak nangani soal “sepele” gitu saja ga bisa? Gimana nangani yang “gede-gede”. Tapi itu sih bukan ga bisa. Ga peduli saja.

Saya salut tuh sama teman saya. Ia mau loh rutin pelayanan di sana. Bisa tiga-empat kali sebulan. Mana nyetir sendiri. Cewek lagi. Sudah gitu, maaf, ga dapat honor pula. Salut. Salut. Wujud sebuah pelayanan yang sesungguhnya. Sepi ing pamrih. Hanya memberi tak harap kembali….. Hehehe koq jadi kayak lagu: “Kasih Ibu” :).

Acara sampai jam 21-an. Setelah acara selesai masih ada mahasiswa yang nanya-nanya. Ada juga yang minta tanda tangan di buku saya. Pulang makan dulu di Rawamangun. Sampai di rumah hampir tengah malam. Ga langsung tidur. Masih harus on internet pula.

Pagi-pagi sudah bangun. Temenin Dewi antar Kezia dan Karen sekolah. Biasanya sih Dewi sendiri. Karena hari ini mau ke Jogja, jadi saya sempetinlah. Siangnya pimpin acara syukuran pindah rumah seorang anggota jemaat. Jam 14 ke bandara. Mau ke Jogja. Naik Adam Air yang jam 15.50. Eh, delay satu jam.

What's Up?

Rabu, 10 Mei 2006, 18.30 Wib



Keterangan Foto : Saya ketika memimpin Pembinaan Bersama Persekutuan Mahasiswa Kristen, Institut Pertanian Bogor (PMK-IPB).

PMK-IPB memiliki delapan Komisi. Tiga Komisi pelayanan keluar. Komisi Pelayanan Siswa (KPS) yang melayani dengan menjadi guru agama Kristen di beberapa SMU dan SMP Negeri di Bogor, Komisi Pelayanan Anak (KPA) yang melayani beberapa panti asuhan dan sekolah minggu di bogor, Komisi Diaspora yang melayani jemaat desa terpencil seputar Bogor. Lima Komisi pelayanan ke dalam. Komisi Pelayanan Khusus (Kopelkhu) yang melayani sebagai pemerhati mahasiswa Kristen di IPB, Komisi Kesenian yang menampung talenta para mahasiswa kristen IPB di bidang seni, Komisi Persekutuan (Kompers) yang melayani semua kegiatan persekutuan mahasiswa di IPB, Komisi Pembinaan Pemuridan yang melayani pembinaan, dan Komisi Literatur (Komlit) yang melayani bidang perpustakaan, buletin anggur baru, web site dan publikasi.

PMK-IPB rutin mengadakan pembinaan untuk setiap komisi dan pembinaan bulanan. "Sumber daya" tersedia: kerinduan melayani sangat besar, tenaga siap pakai, ladang pelayanan. Mereka butuh pembinaan yang berkesinambungan. Kesulitan mencari pembicara karena jarak yang jauh dan jalanan yang macet-cet pula disiasati mereka dengan pemberdayaan alumni. Saya memiliki kerinduan untuk terlibat dalam pembinaan mereka. Bravo PMK IPB.

Rekomendasi

Seawalker

Nice experience. Ada di antara ikan-ikan. Besar kecil. Melihat dan "menyentuh" terumbu karang. Pemadangan dasar laut memang menakjubkan. Tenang. Penuh misteri. How Great Thou Art!

Bagi yang pengen tau more... Silahkan..... atau hubungi 0361- 281408

My Rating :
o Kudu dicoba
o Asyik
o Lumayan
o Ga lagi-lagi, deh...