Wednesday, May 24, 2006

Catatan Harian

Day - 313

Baca kolom Rm. Magnis Suseno di majalah Tempo edisi 22-28 Mei. Tentang film The Da Vinci Code. Sangat menarik. Lugas. Dan jenaka pula.

Alinea akhir: “Saya sendiri jelas mau nonton The Da Vinci Code. Bukan hanya supaya dapat menjawab kalau orang tanya, melainkan karena saya mengantisipasi nikmatnya menonton thriller itu. Saya kira, umat saya juga sudah keluar dari masa puber (atau dari masa badak: begitu ada sesuatu yang membuat marah, tanduk turun, buntut naik, mata kecil tapi tajam mengambil fokus, lalu tanpa terganggu pikiran, menyerang lurus ke depan). Mereka bisa menikmati film yang bagus, sambil sedikit misuh-misuh (sehat bagi jiwa, lho!). Have a pleasant evening at your cinema!

Setuju. Kalau ada yang mau nonton film itu, nonton saja. Ga dilarang koq. Nikmatin just sebagai sebuah tontonan. Tapi kalau ada yang mau ngeboikot, ga nonton, kayak saya :), boikot saja. Dan Brown, seperti kata Rm. Magnis, emang kurang ajar. Asal hanya sebatas itu. Ga perlulah sampai ngerahin massa, bakar ini bakar itu. Apalagi sampai nge-fatwa mati segala. Kayak sama Salman Rusdhie dulu. Itu loh penulis buku Satanic Verses. Fiksi yang dianggap menghina Nabi Muhammad. Malah jadi iklan gratis kan.

Hari ini saya “bebas” tugas. Lega. Seharian bisa ngetik revisi tesis. Banyak nih yang harus direvisi. Teman saya dari Cirebon kirim SMS “aneh”: “Horee! Gw diare. Diet alamiah nehhh!” Ia emang lagi pengen ngurusin badan. Semalam katanya ia makan seafood kepedasan. Jadilah ia “menuai apa yang ditaburnya”. Hehehe. Begitulah orang “optimistis” :). Selalu berpikir positif. Melihat kebaikan dibalik keadaan yang buruk. Pelangi dibalik hujan. Agak siang saya SMS ia: “Pa kbr diare? Sdh brp x?” Ia jawab: “10 x, bo. Haleluya!” Berapa kali maksudnya, berapa kali ke belakang :)).

3 comments:

Anonymous said...

kalau sikap petinggi vatikan kayak romo magnis pasti asyik ... di sana khan dilarang ...

hidup magnis yg mo ulang tahun ke 70!

Anonymous said...

Menurut gw Vatikan melarang bukan karena dia tidak berpikir seperti Romo Magnis. Bahwa umat katolik sudah dewasa dsb. Tapi dengan Vatikan memutuskan untuk tidak melarang, maka keputusan itu akan menghasilkan preseden buruk bagi vatikan itu sendiri!

Masa sebuah organisasi besar vatikan memutuskan bersikap acuh terhadap film seperti itu? Masakan tidak dikritisi? Apa kata "pengikutnya" nanti? Dalam hal ini vatikan tertuntut untuk tegas: biarkan saja atau tolak sama sekali.

Sedangkan dengan vatikan melarang, toh tidak akan menghasilkan preseden buruk di kalangan umat katolik kan? Mereka tidak akan mengecap vatikan sebagai "pembesar" yang mengekang kebebasan umat dalam menikmati da vinci code kan? Lagian siapa yang berani jamin kalau bajakan film davinci code tidak beredar di sana?
Pasti ada beberapa warga di sana yang juga nonton dengan cara apapun juga. Tapi, sekali lagi, kata Romo Magnis: umat Katolik sudah keluar dari masa puber.

Anonymous said...

larangan seakan-akan sebagai bentuk ketakutan atau malah pengakuan bahwa umatnya belum dewasa, belum puber.

gw katolik, dan kalo dibilang vatikan nggak menciptakan preseden buruk, ya gue contohnya, bagi gue itu buruk :p

dan ada banyak kasus (terutama di masa lampau) dimana vatikan "salah ambil langkah"