Saturday, January 31, 2009

Catatan Hari Ini 025


Keinginan



Betul, bahwa hidup gak selalu berjalan seperti yang kita ingin, malah gak jarang bertolak belakang. Kita ingin begini yang terjadi begitu. Kita ingin jalan lurus dan mulus, yang kita dapat jalan berbatu dan berliku.

Tetapi bukan berarti lalu gak usahlah kita punya keinginan. Hidup mengalir seturut mood, berjalan mengikuti kehendak hati. Jangan. Keinginan tetaplah baik dan perlu. Sebab keinginan itulah yang mengarahkan langkah kaki kita. Tanpa keinginan kita akan seperti layangan putus; terombang-ambing terbawa angin. Hidup gak ada juntrungnya.

Hanya memang janganlah kita ini diperbudak oleh keinginan. Supaya kita gak terseret pada penghalalan segala cara untuk meraihnya, dan gak sampai "remuk redam" ketika gak bisa mencapainya. Kita harus jadi tuan atas keinginan kita. Dan mengiringi setiap keinginan dengan penyerahan diri kepada Sang Sumber Hidup.

Friday, January 30, 2009

Catatan Hari Ini 024


Tabungan


Bagaimana kamu menjalani hari-harimu, itu akan sangat menentukan bagaimana hidupmu di masa depan. Kalau setiap hari kamu lebih banyak leha-lehanya, hidup gak beraturan semau-maumu dan seenak-enakmu, hanya mengikuti "keinginan dagingmu", itu berarti kamu tengah membangun kegagalanmu sendiri.

Cerah dan suram, baik dan buruk, sukses dan gagal bukan seperti warisan -- sesuatu yang sudah jadi dan kamu hanya tinggal terima. Bukan. Tetapi seperti tabungan. Kamu sendiri yang merangkainya, membuatnya; sedikit demi sedikit, dari hari ke hari.

Maka, dalam setiap aktivitas yang mau kamu jalani, setiap keputusan yang mau kamu ambil, bahkan juga dalam setiap makanan yang mau kamu makan, setiap perasaan yang mau kamu turuti, pikirkan baik-baik, apakah itu cukup berguna untuk masa depanmu? -- Kuncinya adalah disiplin.

Thursday, January 29, 2009

Catatan Hari Ini 023


Legowo



Masalahnya kamu suka memikirkan yang gak ada. Kamu terus berandai-andai; andai kamu begini dan begitu, andai kamu punya ini dan itu, andai kamu berteman si Anu dan si Ani. Padahal yang namanya perandaian itu bukan kenyataan. Cuma ada dalam angan-anganmu. Selama pola pikirmu begitu, selengkap apa pun hidupmu, kamu gak akan pernah puas. Dan itu hanya jadi "siksaan" buat dirimu.

Buka matamu. Buka telingamu. Lihat. Dengar. Duniamu gak kalah indah koq. Di sana pun tersedia banyak sekali kesempatan untuk kamu hidup lebih baik, lebih bermakna, lebih dekat dengan mimpi-mimpimu. Asal kamu mau legowo dengan hidupmu, bersyukur dengan apa yang ada. Betul, ada tantangannya juga. Tetapi bicara tentang tantangan, di mana pun akan kamu temui. Gak ada "tempat" di dunia ini yang bebas dari tantangan.

Hidup ini sebetulnya sederhana. Cukup jalani apa yang harus kamu jalani. Enjoy your life. Itu saja. Suka dan duka, manis dan pahit, plus dan minus, itu ibarat dua sisi pada mata uang yang sama. Kamu gak bisa hanya mau yang satu dan menolak yang lain. Dua-duanya harus kamu terima.

Wednesday, January 28, 2009

Catatan Hari Ini 022


Sesal



Bagus bila kamu menyesali apa-apa yang salah di hari lalu. Penyesalan itu akan menjadi pagar pengaman bagimu agar gak jatuh ke lubang yang sama. Tapi jangan terus-terusan menyesali hingga hidupmu seolah berhenti cuma sampai di situ. Itu sama saja dengan membangun penjara buat dirimu sendiri. Salah-salah kamu malah jatuh pada kesalahan yang lebih besar.

So, biarlah yang lalu berlalu. Hidup gak surut ke belakang, bukan? Betul, kamu gak bisa menghapus apa yang sudah terjadi -- ibarat menggambar dengan pulpen dan salah garis, bekasnya akan tetap ada di sana -- tapi kamu toh bisa memberinya makna baru. Lihat itu semua dengan kacamata iman. Tuhan ingin kamu berbuat apa dengan mengijinkan itu terjadi?

Intinya, jangan kamu terus menerus memikirkan yang sudah "lalu", dan abai pada apa yang "masih ada". Jangan penyesalan kini, berbuahkan penyesalan kelak. Penyesalan sehari cukuplah untuk sehari. Itu saja. Jadi, cheer up-lah, bro!

Wednesday, January 21, 2009

Catatan Hari Ini 021


In Memoriam Papa - 4


Semalam nggak bisa tidur. Saya tidur sekamar papa. Papa tuh nggak bisa tidur pakai AC. Jadi AC dimatiin. Lha saya justru nggak bisa tidur nggak pakai AC. Papa batuk terus. Kalau datang ke Jakarta, papa suka begitu. Mungkin karena udara yang nggak cocok. Papa menginjak 80 tahun usianya. Saya suka terenyuh lihat papa. Jadi ingat semua kenakalan masa kecil saya. Duh. Duh. (Dari Buku "Titik Nol", 25 Februari 2007)

Tuesday, January 20, 2009

Catatan Hari Ini 020


In Memoriam Papa - 3


......................

Masih cuti. Pagi berdua papa pergi jalan. Yang lain pada ke Mustafa Mall. Terus ke Suntec City. Papa milih di rumah. Papa sudah agak susah kalau mesti jalan jauh. Dan memang sudah rencana pula pagi ini saya akan ajak jalan naik MRT. Toh saya juga harus tunggu Kezia dan Karen pulang sekolah. Lagian papa nih belum pernah naik MRT.

Kita naik MRT di Bukit Batok. Ke Choa Chu Kang naik LRT Bukit Panjang. Balik lagi ke Bukit Batok. Papa seneng banget. Nggak bosan-bosan ia bilang, ”Singapura hebat yah.”. Terus kita makan di food court Bukit Batok. Papa tuh sudah hampir 80 tahun. Sudah banyak sakitnya. Boleh dibilang sudah lama sekali saya nggak jalan berdua papa. Selama ini pergi ramai-ramai. Saya jadi punya banyak kesempatan untuk lebih memerhatikan papa. Nggak kerasa papa ternyata sudah begitu rapuh.

Waktu bawain makan siang buatnya, saya sempat terharu melihat papa. Ia kelihatan tua banget. Terharu oleh karena tiba-tiba saya sadar betapa selama ini saya kurang perhatian ke papa. Papa sudah hampir nggak bisa mendengar. Sebelah matanya pun sudah hampir nggak bisa melihat. Saya malah kerap nggak sabaran dengerin keluhan-keluhan papa. Andai waktu bisa diputar, saya ingin sekali diberi kesempatan untuk membahagiakan papa. Saya akan lakukan apapun. (Dari Buku "Titik Nol, 26 Oktober 2006).

Monday, January 19, 2009

Catatan Hari Ini 019


In Memoriam Papa - 2


..........................

Tadi sayup-sayup dengar lagu Ebiet G. Ade. Titip Rindu Buat Ayah. Di Malaysia dengar lagu Ebiet, rasanya gimana gitu. Tiba-tiba saya jadi ingat Papa saya. "Ayah dalam hening sepi kurindu, untuk menuai padi milik kita". Saya nggak punya kenangan menuai padi dengan Papa. Papa bukan petani. Tapi saya punya kenangan dibonceng pake sepeda tua ke mana-mana oleh Papa. "Bahumu yang dulu tegap legam terbakar matahari...." Saya jadi ingat kenakalan dan kelakuan nggak baik saya terhadap Papa. Maafin saya, Pa. Papa sekarang sudah rapuh termakan usia. Semoga saya masih punya kesempatan membahagiakan Papa. Semoga pula, saya bisa meninggalkan kenangan indah buat Kezia dan Karen. Sekecil apapun. Sebagaimana Papa terhadap saya. (Dari Buku "Titik Nol", 5 September 2006)

Sunday, January 18, 2009

Catatan Hari Ini 018


In Memoriam Papa - 1


..........................

Dari Bandung terus ke Serpong. Ke rumah kakak. Papa juga lagi ada di sana. Seperti biasa Papa banyak mengeluhkan tentang penyakitnya. Sakit kepala, sakit gigi, susah buang air besar, sariawan, badan gatel-gatel. Saya hanya mendengarkan. Nggak bisa berbuat apa-apa juga. Orang-orang seperti Papa tuh kasihan. Hanya memandang hidup hanya dari sisi negatif. Seolah hidup melulu kusam dan suram. Nggak bisa bersyukur. Repotnya -- mungkin karena sudah terlalu lama bersikap dan berpikir demikian, jadi sudah terbentuk -- sudah menjadi semacam mentalitas. Sulit diubah. (Dari Buku "Titik Nol", 19 Juni 2006)


Friday, January 16, 2009

Catatan Hari Ini 016


Jelas


Segala sesuatu kalau dari awal sudah jelas -- hitam putihnya, batasan-batasannya, begini begitunya, mana yang oke mana yang gak oke -- akan lebih "enak" dan "mudah".

Bayangkan begini: kontrak kerjamu akan habis dua tahun lagi. Orang-orang kantormu berharap kamu lanjut. Tapi kamu maju mundur. Terus atau gak. Gak atau terus. Akibatnya mereka jadi maju mundur juga. Ketika waktu tinggal beberapa bulan dan ternyata kamu memutuskan untuk "cabut", gelagapanlah mereka cari penggantimu. Gak fair buat mereka.

Atau begini. Kamu punya "jatah" membeli buku dari kantormu -- kamu beli buku dan bisa claim kantor gitu -- Tapi aturannya tuh, "sesuai kebijaksanaanmu". Nah, ini kan nggak jelas. Ukuran kebijaksanaan tiap orang itu beda. Ini bisa mengundang bermacam tafsiran. Efeknya bisa mengundang berbagai omongan yang gak perlu.

Maka "jelas" itu baik. Dan perlu. Dengan kejelasan, kamu akan terbebas dari kebimbangan dan keraguan. Kamu akan melangkah dengan mantab. Mengambil keputusan dengan yakin. Firm. Dengan kejelasan, kamu juga akan terbebas dari "kericuhan" dan "kekisruhan" yang mungkin terjadi.

Thursday, January 15, 2009

Catatan Hari Ini 015


Bersyukur



Bahwa bersyukur itu sehat -- bukan hanya secara batiniah, bahkan juga secara lahiriah. Secara batiniah, rasa syukur akan membuatmu enjoy dengan hari-harimu. Sehingga hidupmu bisa produktif. Rasa syukur juga akan meluap dari hati, terpancar dalam raut wajahmu, terwujud dalam sikapmu. Dampaknya relasimu dengan orang-orang di sekitar akan lebih smooth. Secara lahiriah, seperti kata-kata bijak ini, "Hati yang gembira adalah obat yang manjur." Hati yang gembira akan membendung stress dengan segala penyakit turunannya. Pintu masuk hati yang gembira adalah rasa syukur.

Bahwa bersyukur itu soal pilihan. Kuncinya terletak pada kemauan dan kemampuanmu memanage fokus hidup. Dalam hidup ini ada banyak alasan untuk bersyukur -- sebanyak alasan untuk mengeluh. Tinggal mana yang mau kamu jadikan fokus. Kalau kamu fokus pada hal-hal baik, bukan pada hal-hal buruk; pada apa yang ada padamu, bukan pada apa yang gak ada; pada kasih dan rahmat Tuhan, bukan pada tantangan dan persoalan hidup, maka hatimu akan melimpah dengan rasa syukur. Jauh dari mengeluh.

Bila demikian adanya lalu, mengapa kamu gak memilih untuk bersyukur?! Mungkin memang gak sesederhana mengatakannya, tetapi pasti gak sesulit yang dibayangkan. Gak percaya? Coba saja awali harimu dengan senandung pujian kepada Sang Khalik. Resapi pujian itu.

Wednesday, January 14, 2009

Catatan Hari Ini 014


Baik Buruk


Setiap orang pastilah ada baik dan buruknya. Gak ada orang yang baik melulu atau buruk melulu. Tuhan memang mendesign manusia begitu. Jadi, kenapa kamu gak melihat seseorang itu dari sisi baiknya saja? Akan lebih "sehat" buat batinmu, juga buat diri orang itu.

Kamu akan dijaga dari segala perasaan negatif -- sebangsa sebal, jengkel, kesal, eneg, geuleuh. Hatimu pun akan jadi "ringan". Gak ada beban. Kamu juga akan dijaga dari segala sikap gak poduktif. Sebab bagaimana kamu memandang seseorang akan berdampak pada sikapmu terhadapnya. Dan sikapmu terhadapnya, akan mempengaruhi pula sikapnya terhadapmu. Kalau pandanganmu positif, sikapmu juga akan positif. Kalau sikapmu positif, sikapnya juga akan positif. Se-gak-nya, gak akan terlalu negatif. Mirip dengan hukum tabur tuai-lah.

Dan yang penting pula, dengan kamu melihat seseorang itu dari sisi baiknya maka kamu akan punya kesempatan untuk belajar daripadanya. Setiap orang itu pada dasarnya adalah "guru kehidupan". Dari mereka -- siapa pun tanpa kecuali -- kamu selalu bisa belajar sesuatu. Kuncinya kamu gak membiarkan pikiran burukmu menutupi hatimu.

Tuesday, January 13, 2009

Catatan Hari Ini 013


Risiko Jabatan


Paling "makan hati" hidup di bawah ekspektasi dan tuntutan orang lain. "Karena kamu ini pendeta, gembala jemaat, kamu harus begini, bertindak begini, berperilaku begini. Sangat disayangkan kalau kamu begitu, bertindak begitu, berperilaku begitu. Gak pantas." -- Piuhh. Capekkk deh.

Tetapi ya, gak bisa dihindari. Suka gak suka, mau gak mau. Setiap jabatan punya role ekspektasinya sendiri. Makanya kan ada ungkapan "risiko jabatan". Artinya, ketika kita "oke" dengan sebuah jabatan, kita harus siap juga dengan segala tuntutannya alias siap membayar harganya.

Hanya memang akan amat sangat "menyiksa" sekali kalau semua ekspektasi itu mau kamu penuhi. Selain juga gak mungkin. Jadi begini saja, kalau ekspektasi itu masuk akal dan gak bertentangan dengan hari nuranimu, penuhilah sebisa-bisanya. Tetapi kalau ekspektasi itu gak masuk akal dan gak sesuai dengan hati nuranmu, cuekin sajalah. Toh kamu gak dipanggil untuk menyenangkan semua orang.

Monday, January 12, 2009

Catatan Hari Ini 012


Terlalu Banyak


Kadang, masalahnya bukan karena orang itu gak mau melakukan apa-apa, tetapi justru karena terlalu banyak yang mau ia lakukan. Segala hal ingin dijajal. Segala hal ingin diraih. Jadinya gak fokus. Gak heran kalau hasil yang dicapai kemudian gak sebanding dengan energi yang dikeluarkan. Lebih besar pasak daripada tiang.

Sama dengan orang yang mau makan semua makanan yang ada di depannya. Yang ini blem, yang itu blem. Semua masuk mulut, semua ditelen. Akibatnya, mending kalau cuma perut eneg pengen muntah, lha kalau jadi sakit perut?! Cilaka tiga belas kan. Maka fokus itu perlu. Kudu malah. Konsentrasi. Konsentrasi.

Untuk itulah pentingnya vision -- Apa tujuan hidup kita? Apa sebetulnya yang ingin kita raih dalam hidup ini? Dengan begitu kita bisa memilih dan memilah mana yang perlu kita lakukan, mana yang gak perlu kita lakukan; mana yang primer, mana yang sekunder. Yang namanya tantangan kan gak selalu berupa jalanan buntu, tetapi juga bisa berupa jalanan yang terbuka lebar.

Sunday, January 11, 2009

Catatan Hari Ini 011


Konflik


Yang namanya berelasi dengan orang pastilah ada saatnya konflik, sedekat dan seakrab apa pun relasi itu. Relasi seumpama tubuh, setelaten dan serajin apa pun kita menjaganya akan ada saatnya sakit -- mungkin flu, mungkin sariawan, mungkin mimisan. Semakin intens berelasi, semakin besar pula potensi konfliknya.

Wajar saja sih, karena memang gak ada orang yang cocok 100 persen kan. Selalu adalah perbedaan -- cara berpikir, kepekaan, cara bereaksi terhadap suatu hal. Pula, kondisi orang itu gak selalu sama. Ada naik-turunya. Secara fisik, ada saatnya ia lelah, letih dan loyo. Itu bisa berdampak pada suasana hati. Secara emosi, ada saatnya ia labil, limbung dan letoy alias berada pada titik kritis mudah tersinggung dan gak rasional.

So, terima konflik sebagai bagian dari sebuah relasi. Dalam kadar tertentu, gak ada yang salah dengan konflik. Malah mungkin bagus -- bisa untuk lebih saling kenal, bisa juga untuk saling instropeksi dan bertoleransi. Tanpa konflik sebuah relasi bisa jadi gak akan mendalam. Hanya dipermukaan. Yang kerap jadi masalah itu bukan konfliknya, tetapi cara kita menyikapinya.

Saturday, January 10, 2009

Catatan Hari Ini 010


Sedapat-dapatnya



Damai itu indah. Ini bukan latah dengan spanduk-spanduk di depan koramil loh. Betul koq damai itu indah. Dengan damai hidup akan jadi lebih produktif, batin juga akan lebih tentrem ayem. Bayangkan sebuah negara yang perang melulu, atau gereja yang gontok-gontokan melulu, atau keluarga yang berantem melulu. Piuhhh.

Cuma damai itu kan selalu melibatkan dua belah pihak. Ibarat bertepuk, ya harus dua tangan. Nah, kadang ada tuh orang yang bawaannya ciong sama kita. Ngelihat kita seperti kucing ngelihat anjing. Kita sudah membuka hati, ia menutup diri. Kita sudah berusaha ngebaikin, ia malah sinis. Kita sudah tersenyum, ia malah melengos. Pendek kata tawaran kebaikan kita mentul-tul. Gak berbalas. Gak ngefek.

Jadi gimana dong? Kalau begitu ya sudah. Yang penting kamu sudah melakukan bagianmu; berbuat kebaikan, mengulurkan jabat erat perdamaian. Kalau ternyata orang itu menolak, itu diluar kekuasaan. Toh kamu gak bisa maksa orang itu untuk bertindak dan berpikir seperti kamu. Meminjam nasihat Rasul Paulus, "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung kepadamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang."

Friday, January 09, 2009

Catatan Hari Ini 009


Benci



Kamu boleh marah pada seseorang; tersinggung dengan kata-katanya, jengkel dengan perbuatannya, sebal dengan sifatnya. Boleh. Tetapi jangan sekali-kali kamu membencinya. Lebih-lebih jangan menyimpannya dalam hati. Bukan apa-apa, dirimu sendiri yang rugi. Sementara orang itu mungkin tengah enak-enak tidur, kamu malah terus "morang-maring" gak karuan. Gak enak tidur, gak enak makan. Lebih celaka, kalau orang-orang lain di dekatmu ikut pula menanggung efeknya.

Kebencian seumpama penjara; bekutat dengannya, sama saja dengan menggadaikan kemerdekaanmu. Kebencian bagai virus; memeliharanya sama saja dengan membiarkan hati dan pikiranmu terus digerogoti dan dilukai. Kebencian adalah sampah; menyimpannya sama dengan menyimpan penyakit.

Lalu bagaimana? Kalau kamu bisa menjauhi orang itu, ya jauhi. Serahkan pada alam. Alam biasanya punya cara sendiri untuk menangani orang yang menjengkelkan. Tetapi kalau gak bisa menjauh, gak ada cara lain, ubah fokus pandanganmu. Lihat ia sebagai sarana Tuhan mengajarmu; mungkin untuk sabar, mungkin untuk rendah hati. Tuhan selalu punya maksud dengan membiarkan sesuatu terjadi dalam hidupmu.

Thursday, January 08, 2009

Catatan Hari Ini 008


Cuek



Dalam banyak hal sebaiknya kita memang jangan cuek. Jangan cuek, misalnya, dengan penampilan, sebab bagaimana pun penampilan adalah "pintu terdepan" dalam kita berelasi dengan dunia sekitar. Jangan sampai karena penampilan yang seleboran, kita jadi mempersulit diri sendiri atau jadi batu sandungan bagi orang lain. Jangan cuek dengan kesehatan, sebab bagaimana pun mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Jangan nunggu sakit, nunggu tubuh kita ambruk, baru eling. Kesehatan adalah salah satu asset terbesar dalam hidup. Jangan cuek dengan lingkungan sekeliling, sebab bagaimana pun kita ini mahluk sosial. Kita butuh orang lain sebagaimana orang lain butuh kita.

Tapi dalam banyak hal cuek itu perlu, baik bagi kesehatan batin. Misalnya cuek dengan omongan, gerundelan, tuduhan orang yang "gak-gak". Yang penting kamu sudah melakukan bagianmu sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. Biarkan waktu yang membuktikan. Kalau semua omongan orang terus kamu pikirin, masukin ke hati, ya repot. Kamu sendiri yang rugi. Cuek dengan orang yang sulit, bohwat, kukuay, ngeyelan, mau-maunya sendiri. Yang penting kamu sudah berusaha bilangin ia. Kalau ia tetap keukeuh dengan jalan pikiran dan prinsipnya, ya sudah. Biarkan waktu yang mengajar dan menghajarnya. Toh, apa juga untungnya buatmu kan?!

Jadi, jangan merasa bersalah kalau memang harus cuek. Cueklah kalau memang perlu. Intinya, hidup ini sudah susah, jangan tambah-tambahin susah dengan hal-hal yang gak bermutu, gak bermakna.

Wednesday, January 07, 2009

Catatan Hari Ini 007


Relasi


Komunikasi mempengaruhi relasi. Komunikasi yang buruk memicu kesalahpahaman, memacu ketegangan; karenanya akan menghambat relasi. Sebaliknya komunikasi yang baik menumbuhkan saling pengertian, menjembatani "jarak", mencairkan suasana; karenanya akan mempermulus relasi.

Relasi mempengaruhi komunikasi. Kalau relasi kita baik, komunikasi juga akan "enak". Ga curigaan-curigaan. Ga sangka-sangkaan. Smooth. Sebaliknya kalau relasi kita buruk, komunikasi pun akan tersendat. Segala sesuatu bisa dimaknai buruk. Bahkan senyum tulus pun bisa diartikan sebagai senyum sinis. Ngosh.

Kalau disuruh milih, mana yang harus didahulukan? Saya pilih relasi. Di mana pun, dan dalam komunitas apa pun, kalau kita sudah akrab, relasi kita baik, rasanya apa-apa tuh asyik-asyik saja gitu. Becanda asyik, berantem juga asyik. Tertawa asyik, menangis asyik :). Memang akrab itu indah koq.

Tuesday, January 06, 2009

Catatan Hari Ini 006


Sebal


Sangat menyebalkan ketemu orang yang sok tahu; tahu sedikit tetapi merasa sudah tahu banyak, baru jadi “kurcaci” tetapi merasa sudah jadi “raksasa”. Sigh. Lebih menyebalkan sudah sok tahu grasa-grusu pula. Sradak-sruduk. Mending kalau akibatnya ia sendiri yang tanggung? Lha, kalau ternyata orang lain juga yang harus beresin. Sigh. Sigh.

Yang salah sebetulnya orang-orang di sekitarnya, yang selalu ”iya” dengan apa katanya. Ya, mungkin karena menganggap suaranya membawa otoritas Tuhan, jadinya tidak kristis. Sungkan. Atau bisa juga, karena sudah terlalu sibuk dengan urusan sehari-hari, jadi mikirnya, ”Ngapainlah pusing-pusing.”

Tetapi yang lebih salah adalah orang yang memasukkannya ke dalam hati. Lalu jadi "kepikiran". Padahal apa untungnya mikirin? Tidak produktif. Buang waktu, buang energi. Itu sama dengan melemparkan mutiara ke mulut babi. Ngosh. Come on, Bro, banyak hal penting yang perlu dipikirkan.

Monday, January 05, 2009

Catatan Hari Ini 005


Ambisi Berbahaya



Sungguh berbahaya, ambisi berselubung ”cinta akan Tuhan”. Pada satu sisi ia akan memberi daya dorong yang luar biasa. Sangat militan. Pada sisi lain ia akan membutakan akal sehat, menulikan hati nurani. Bagai orang memakai kacamata kuda, ia akan berjalan lurus tanpa peduli kanan kiri.

Ia bertindak seolah sedang menjadi perpanjangan tangan Tuhan; melakukan kehendak-Nya dan menyenangkan hati-Nya. Tetapi jangan heran kalau kepada orang seperti itu Tuhan justru akan berkata, ”Aku tidak pernah mengenal kamu. Enyahlah dari pada-Ku, kamu pembuat kejahatan.”

Sebab sesungguhnya ia bertindak bukan atas nama Tuhan, tetapi atas nama pikirannya tentang Tuhan; bukan untuk menyukakan Tuhan, tetapi untuk memuaskan hasrat terpendamnya. Semoga Tuhan menjauhkan saya dari ambisi serupa itu.

Sunday, January 04, 2009

Catatan Hari Ini 004


Kata-kata


Kata-kata memiliki kekuatan mahadahsyat; untuk membangun, untuk menghancurkan; untuk menyembuhkan, untuk menyakiti; untuk memerdekakan, untuk memenjarakan; untuk membangkitkan, untuk melumpuhkan; untuk ”membakar sorga”, untuk ”memadamkan neraka”.

Karena itu saya tertegun – sungguh – ketika ia berkata, ”Untuk sekadar kamu tahu, kamu kalau sedang marah, kata-katamu bisa sangat menyakitkan.” Lalu saya tepekur dalam diam. Tercenung dalam sesal. Serasa tertohok ulu hati dengan telak. Begitukah?!

Maka, Tuhan, ajar saya, kalau perlu hajar, untuk berkata-kata hanya kalau itu menjadi berkat. Sebaliknya, tutup mulut saya rapat-rapat, ikat saya dalam diam, kalau apa yang saya katakan hanya berujung laknat; entah bagi saya sendiri, entah bagi orang lain.

Saturday, January 03, 2009

Catatan Hari Ini 003


Sudah


Apa yang sudah terjadi gak bisa diubah. Sebesar apa pun kita ingin, dan sekeras apa pun kita berusaha. Kita ambil hikmahnya saja, pembelajaran apa yang bisa kita raih. Ibarat nasi sudah jadi bubur, tidak bisa kita kembalikan jadi nasi, tetapi setidaknya kita bisa bikin jadi bubur ayam ditambah krupuk dan sambal kacang.

Jadi tidak perlulah kita tenggelam dalam kemarahan, larut dalam penyesalan, dan terus membiarkan diri didera kekecewaan. Buat apa? Toh gak mengubah apa-apa. Gak menghapus yang sudah terjadi pula. Lihat ke depan sajalah. Move on gitu loh. Segala luka dan perih yang tersisa, biarkan waktu yang menyembuhkan.

Percaya deh. Gak ada yang kebetulan dalan hidup ini. Pasti ada benang merah yang merangkai setiap ”cerita kecil” yang terjadi dalam ”cerita besar” hidup kita. Itu akan kita pahami, ketika semuanya sudah jadi masa lalu, dan kita menengok ke belakang.

Friday, January 02, 2009

Catatan Hari Ini 002


Ada Waktunya



Untuk segala sesuatu ada waktunya. Ada waktu tidur, ada waktu bangun. Ada waktu bekerja, ada waktu bermain. Ada waktu memberi, ada waktu menerima. Ada waktu tertawa, ada waktu menangis. Dan sebagainya. Yah, waktu punya kebijaksanaannya sendiri. Harmoni dan ketenangan hidup akan terwujud bila kita menyesesuaikan tindakan dan ucapan kita, pikiran dan perasaan kita, langkah dan laku kita, dengan “kehendak sang waktu”.

Sebaliknya, kalau kita abai dengan “kehendak sang waktu” – Hidup semau-maunya sendiri; waktunya bekerja malah tidur, waktunya tidur malah keluyuran, waktunya diam malah terus nyeroscos, waktunya bicara malah menutup mulut rapat-rapat, waktunya bersama keluarga malah nongkrong-nongkrong di pinggir jalan – kita akan menuai masalah. Kelihatannya sepele memang, tetapi dampaknya bisa sangat besar.

Maka, seperti pesan puisi – yang saya dapat dari imel berantai, dan yang sudah saya modifikasi ini: Sediakan waktu untuk merenung, itu sumber kejernihan. Sediakan waktu untuk tertawa, itu rahasia awet muda. Sediakan waktu untuk membaca, itu landasan kebijaksanaan. Sediakan waktu untuk mencintai dan dicintai, itu jalan menuju hidup bermakna. Sediakan waktu untuk bermimpi, itu yang membawa kita ke bintang. Sediakan waktu bersama keluarga, itu mutiara paling berharga. Sediakan waktu teduh bersama Tuhan, itu sumber sukacita dan kedamaian sejati.

Thursday, January 01, 2009

Catatan Hari Ini 001


Lawan!!



Akhirnya bisa juga saya kembali ke track -- nulis lagi di blog maksudnya -- setelah lebih dari setahun mangkir. Semoga bukan "semangat" semusim. Gak gampang loh kembali ke aktivitas yang sudah sekian lama "gak disentuh". Apalagi dulu ninggalin lebih karena malas dan jenuh.

Rasa malas dan jenuh kalau diikuti memang bisa gak akan ada ujungnya. Salah-salah malah bisa "memerangkap" diri. Atau bahkan "mengubur". Maka harus dilawan. Kalau perlu cari "momen" perlawanan. Buat saya, "momen" perlawanan itu adalah 1 Januari. Awal tahun baru.

Pula, baguslah kalau setiap hari "memaksa" diri nulis. Setidaknya bisa jadi "jejak" yang suatu saat bisa ditelusuri lagi, direnungi lagi, dimaknai lagi. Ingatan kita tuh terbatas. Segala pengalaman di masa lalu kalau gak dicatat bisa gone with the wind. Gak berbekas apa-apa.

Padahal meminjam sebuah pepatah, bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya. Sama, seseorang tidak akan menjadi "besar", kalau tidak pernah belajar dari masa lalunya. Masa lalu ibarat cermin, untuk kita "mematut" diri ketika sudah saatnya berjalan ke depan.

Syukur-syukur kalau bisa jadi buku :). Bener-bener bonus besar. Just info, dari blog ini dulu, sebelum saya tinggal, sudah menghasilkan lima buku loh. Gak main-main. Thx untuk yang "memuji", sama thx-nya untuk yang "mencibir". Ibarat mobil, keduanya jadi campuran bahan bakar yang manjur.