In Memoriam Papa - 3
......................
Masih cuti. Pagi berdua papa pergi jalan. Yang lain pada ke Mustafa Mall. Terus ke Suntec City. Papa milih di rumah. Papa sudah agak susah kalau mesti jalan jauh. Dan memang sudah rencana pula pagi ini saya akan ajak jalan naik MRT. Toh saya juga harus tunggu Kezia dan Karen pulang sekolah. Lagian papa nih belum pernah naik MRT.
Kita naik MRT di Bukit Batok. Ke Choa Chu Kang naik LRT Bukit Panjang. Balik lagi ke Bukit Batok. Papa seneng banget. Nggak bosan-bosan ia bilang, ”Singapura hebat yah.”. Terus kita makan di food court Bukit Batok. Papa tuh sudah hampir 80 tahun. Sudah banyak sakitnya. Boleh dibilang sudah lama sekali saya nggak jalan berdua papa. Selama ini pergi ramai-ramai. Saya jadi punya banyak kesempatan untuk lebih memerhatikan papa. Nggak kerasa papa ternyata sudah begitu rapuh.
Waktu bawain makan siang buatnya, saya sempat terharu melihat papa. Ia kelihatan tua banget. Terharu oleh karena tiba-tiba saya sadar betapa selama ini saya kurang perhatian ke papa. Papa sudah hampir nggak bisa mendengar. Sebelah matanya pun sudah hampir nggak bisa melihat. Saya malah kerap nggak sabaran dengerin keluhan-keluhan papa. Andai waktu bisa diputar, saya ingin sekali diberi kesempatan untuk membahagiakan papa. Saya akan lakukan apapun. (Dari Buku "Titik Nol, 26 Oktober 2006).
No comments:
Post a Comment