Hidup seumpama sebuah sungai; mengalirlah. Dengan keyakinan di mana pun kita “terdampar”, di situ Tuhan menyediakan sesuatu yang baik. Maka, berdamai dengan kenyataan itu indah.
Saturday, January 10, 2009
Catatan Hari Ini 010
Sedapat-dapatnya
Damai itu indah. Ini bukan latah dengan spanduk-spanduk di depan koramil loh. Betul koq damai itu indah. Dengan damai hidup akan jadi lebih produktif, batin juga akan lebih tentrem ayem. Bayangkan sebuah negara yang perang melulu, atau gereja yang gontok-gontokan melulu, atau keluarga yang berantem melulu. Piuhhh.
Cuma damai itu kan selalu melibatkan dua belah pihak. Ibarat bertepuk, ya harus dua tangan. Nah, kadang ada tuh orang yang bawaannya ciong sama kita. Ngelihat kita seperti kucing ngelihat anjing. Kita sudah membuka hati, ia menutup diri. Kita sudah berusaha ngebaikin, ia malah sinis. Kita sudah tersenyum, ia malah melengos. Pendek kata tawaran kebaikan kita mentul-tul. Gak berbalas. Gak ngefek.
Jadi gimana dong? Kalau begitu ya sudah. Yang penting kamu sudah melakukan bagianmu; berbuat kebaikan, mengulurkan jabat erat perdamaian. Kalau ternyata orang itu menolak, itu diluar kekuasaan. Toh kamu gak bisa maksa orang itu untuk bertindak dan berpikir seperti kamu. Meminjam nasihat Rasul Paulus, "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung kepadamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment