Thursday, November 30, 2006

Thursday Hot Issue - 14


Smackdown


The Facts :
World Wrestling Program punya acara andalan untuk mempromosikan gulat di Amerika. Namanya Smackdown. Gabungan antara pameran otot dan kostum dengan sedikit gulat dan bumbu teatrikal. Ada tokoh jagoan,ada juga tokoh yang terkenallicik. Semua cuma sandiwara. Keperkasaan Undertaker dan Batista, menjadi buah bibir. Mereka sontak jadi idola karena akting mereka di acara smackdwon. Di Indonesia, acara tersebut ternyata jadi magnet bagi anak-anak. Di tayangkan stasiun televisi Lativi pada pukul 21.00 membuat tontonan yang seharusnya untuk dewasa ini juga bisa dinikmati anak-anak. Smackdown jadi makin heboh ketika Reza Ikhsan Fadila, bocah berusia 9 tahun, tewas di smackdown teman-temannya. Setelah Reza, laporan korban smackwon mulai berdatangan dari berbagai penjuru. Korban berjatuhan di Sukabumi, Balikpapan, Bojonegoro, Jambi hingga Kendari. Semua korban menderita cedera karena meniru adegan smackdown saat berkelahi dengan temannya. Saat ini, penayangan acara Smackdwon resmi dilarang. Komisi Penyiaran Indonesia dan pemerintah memutuskan melarangnya, walau Lativi berkeras hanya akan memindahkan jam tayang. (Liputan6.com, Media Indonesia Online, Metro TV Online, Kompas)

The Lessons :
Televisi berwajah ganda. Satu sisi memberi informasi dan menambah wawasan. Di sisi lain bisa meracuni; memberi info yang keliru, menggiring kita pada tindakan dan pola pikir yang merugikan. Jadi kita perlu kritis. Tidak asal “telan” atau terima apa saja yang ditonton. Perlu selektif. Pilih-pilih jangan asal tonton, sebab juga tidak semua acara televisi itu berguna buat kita. Dalam relasi dengan anak, jangan menyerahkan pendidikan anak pada teknologi secanggih apapun. Itu tak bisa menggantikan kasih sayang dan pendampingan orang tua. Kasih sayang yang bisa ditunjukkan dengan memberi arahan mana yang pantas dan mana yang tidak layak mereka tonton di televisi. Semoga kita belajar untuk tidak menunggu jatuh korban sebelum bertindak. Turut berduka dengan keluarga anak-anak korban smackdown.

Catatan Harian

Day - 123

Rabu, 29 November 2006 -- Pagi saya ke GKI kayu Putih. Tujuannya sih mau ikut ngetik. Sekalian nge-refresh bahan ceramah "Menulis Itu Gampang" untuk GKI Cengkir. Tapi tujuan ga tercapai :). Pas ada acara Persekutuan Komisi Wanita. Jadinya malah ngobrol dengan ibu-ibu Komisi Wanita. Seru dan akrab-lah.

Siang sama teman-teman karyawan GKI Kayu Putih dan beberapa teman lain makan bareng. Kita makan di Restoran Dapur Umum di daerah Ancol. Kita pake dua mobil kijang. Katanya restoran itu "didesain" untuk "nge-dongkrak" penjualan apartemen yang sedang dibangun di situ. Mungkin disubsidi gitulah. Jadi harganya murah banget. Bayangin saja, kepiting saus padang 30 ribu per porsi. Kerang Hijau 3 ribu. Ikan kerapu bakar 24 ribu. Nasi sepiring cuma seribu. Coba masih ada di jakarta restoran dengan harga seheboh itu :). Enak-enak lagi. Kata teman sih kalo jam makan ngantrinya panjang. Wajar-lah.

Tapi saya kepikir gimana "nasib" restoran itu nanti setelah apartemennya laku. Kemungkinan akan digusur. Sudah jadi "modus" umum di Jakarta . Sebuat tempat awalnya sepi. Lalu diijinin tuh pedagang kaki lima dan kelonotng jualan di situ. Terus kan jadi ramai. Harga tanah di situ jadi naik. Yang kemudian terjadi pedagang kaki lima dan kelontong digusur. Kadang dengan terang-terangan. kadang dengan cara-cara halus, harga sewa dinaikkan gila-gilaan.

Malam pimpin pembinaan Teknik Menulis di GKI Cengkir. Saya senang sekali pimpin acara-acara berkenaan dengan pelatihan menulis. Saya punya “missi pribadi” untuk mengembangkan “pelayanan” literatur. Pulang dijemput teman-teman. Makan lagi. Di Seafood 212 Kelapa Gading. Saya cerita ke Dewi di SMS. Dewi ingetin, “Awas lho seafood melulu. Koletsrol!" :). Beberapa ibu telpon tanya, Dewi dan anak-anak mau dibeliin makanan apa dari Jakarta . Duh, saya jadi terharu dengan perhatian dan kebaikan teman-teman di GKI Kayu Putih.

Wednesday, November 29, 2006

Wednesday's Games Idea - 25


Balap Balon


Jumlah peserta : Kelompok besar dibagi dalam kelompok kecil
Waktu : 15 - 30 menit
Alat yang dibutuhkan : balon dan kipas
Aturan permainan :
Para anggota kelompok membuat barisan memanjang ke belakang dengan kaki terbuka. Salah satu anggota kelompok ditunjuk sebagai pemain. Ia harus berusaha mengipas balon itu melewati kaki anggota kelompok, sementara penjaga pos akan bertindak sebagai lawannya dengan mengipas balon ke arah berlawanan. Pemenang adalah yang berhasil melewati sebanyak mungkin kaki anggota kelompoknya dalam waktu 5 menit. Penjaga pos yang satu akan bertindak sebagai wasitnya.
Tujuan permainan :
Hambatan dalam mencapai tujuan itu banyak. Tidak saja dari "luar", tapi juga dari "dalam". Yang paling penting adalah mengatasi hambatan itu secara bersama-sama. Bukan untuk dihindari, tapi untuk dipecahkan.

Tuesday, November 28, 2006

Catatan Harian

Day - 124

Selasa, 28 November 2006 -- Hari ini benar-benar penuh dengan "nostalgia" deh. Pagi-pagi ikut teman anter anaknya sekolah di Kalam kudus Jalan Jambon. Waktu tinggal di Jogja beberapa tahun lalu, Kezia dan Karen sekolah di situ. Sempat lihat juga rumah kontrakan dulu. Ga ada yang berubah. Juga sawah di depannya. Sayang ga sempat ketemu dengan Pak Mardi. Ia yang punya sawah itu. Luasnya sama dengan enam buah rumah yang berderet di depan sawah itu. Satu rumah rata-rata 400 m2.

Usianya sudah 80 tahun lebih. Orangnya sangat sederhana. Kemana-mana perginya pake sepeda tua. Jadi ingat dulu juga saya sering diboncengin Papa saya pake sepeda model begitu. Ia mengelola sawahnya sendiri. Dihitung-hitung kalau sawahnya dijual, lalu uangnya didepositokan, ia bisa keliling dunia dan"ongkang-ongkang kaki" seumur hidupnya. Tanah di sana sudah mahal. Kira-kira 700 ribuan per m2. Saya pernah lontarkan "ide" ini. Pak Mardi cuma ketawa.

Kenikmatan bekerja dan kecintaan terhadap sesuatu memang ga bisa dinilai dengan uang. Betapa bahagianya orang yang bisa "keluar dari jerat" kekuasaan uang. Seperti Pak Mardi. Seharian kongkow dengan teman-teman dari penerbit Gloria dan Kairos. Ngobrol dengan mereka bagi saya serasa menemukan dunia sendiri :). Asyik. Banyak ide yang muncu. Buku saya "And They Lived Happilly Ever After" mau diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, nyiapin buku kelanjutannya, bikin serial buku humor, dan sebagainya.

Malam ke Bandara diantar teman. Dari Cengkareng terus ke Kelapa Gading. Gabung teman-teman Demuda Kayu Putih. Kita makan di Restoran Pan-Pan. Kongkow lagi :). Nostalgia lagi :). Ngobrol dengan teman-teman Demuda tuh punya keasyikan tersendiri. Yang pasti selalu penuh tawa dan canda. Sampai agak malam. Terima kasih Tuhan atas kehadiran teman-teman dalam hidup saya. Semoga kehadiran saya juga membuat mereka merasa bersyukur

Tuesday's Song - 30


SetiaMu, Tuhanku, Tiada Bertara
Lagu : William M. Runyan ; Syair asli : TO. Chisholm, terjemahan EL.Pohan

SetiaMu, Tuhanku, tiada bertara
di kala suka, di saat gelap
KasihMu, Allahku, tidak berubah,
Kaulah Pelindung abadi tetap

Reff.
SetiaMu, Tuhanku, mengharu hatiku,
setiap pagi bertambah jelas.
Yang kuperlukan tetap Kau berikan,
sehingga akupun puas lelas

Musim yang panas, penghujan, tuaian,
surya, rembulan di langit cerah
bersama alam memuji, bersaksi
akan setiaMu yang tak bersela

DamaiMu Kau beri, dan pengampunan
dan rasa kuatirpun hilang lenyap,
karna ku tahu pada masa mendatang
Tuhan temanku di trang dan gelap

Renungan :
Tiada sekejap pun kita dibiarkan berjalan sendiri. Tiada sedetik pun kita ditinggalkan. Pun saat kita yang pergi menjauh dariNya. Tiada pernah IA menjadi tidak setia karena ketidaksetiaan kita. Hanya Kasih Agung yang punya setia tak berubah. Tak tergoyahkan. Setia yang tiada bertara.

Catatan Harian

Day - 125

Senin, 27 November 2006 -- Hari ini berangkat ke Jogja. Berdua teman. Dari rumah jam 5 subuh. Naik Adam Air yang jam 6.30. Agak telat. Tiba di airport jam 6 pas. Waktu mau check ini udah ga bisa. Katanya Adam Air check in counter-nya ditutup 45 menit sebelumnya. Baru tau saya. Jadinya kita ribet ngurusin tiket. Petugas counter Adam Air nawarin tunda ke yang jam 9.00. Dengan tambahan biaya 450 ribu. Itupun masih cadangan. Atau ditunda ke jam 4 sore. Seat ada, tambahan biayanya 220 ribu. Padahal harga tiket kita sekali jalan 280 ribu.

Alhasil kita harus cari penerbangan lain. Tiket Adam Air hangus. Beberapa calo nawarin sih. Udah kayak terminal bis aja deh. Setelah nyari-nyari, akhirnya kita jadi naik Mandala. Harga tiketnyanya 400 ribu. Saya dan teman hanya bisa tertawa dalam hati. Ini pertama kali saya ngalami yang begini. Sangat mengecewakan. Mungkin Adam Air sudah ga punya cara lain yang lebih elegan untuk cari untung. Sampe harus menerapkan kebijakan yang merugikan calon penumpang begitu. Pengalaman ini membuat saya bertekad, untuk menjadikan Adam Air sebagai piliha terakhir.

Sampai di Jogja jam 11-an. Dijemput sopir teman. Kita ke kampus dulu urus ijazah. Wisuda tuh tanggal 25 kemarin. Saya ga ikut wisuda. Bukan ga bisa tapi emang ga pengen saja. Bagi saya wisuda tuh hanya sebentuk hura-hura akademis. Daripada wisudaan kayak gitu, mendingan biayanya dikasihkan ke orang yang perlu kan. Apalagi Jogja kan masih "berduka" karena gempa yagn baru lalu. Urusan ijazah beres dalam setengah jam. "Akhirnya sebuah kesesakan berlalu juga" :).

Dari kampus kita terus makan gudeg Yu Jum di Kaliurang. Dari sana, saya ikut ke kost teman. Istirahat di sana. Setelah beberapa lama ga ke Jogja, jadi kangen juga dengan suasana Jogja. Tapi Jogja lagi panas banget nih. Bayangin baru kelar mandi saja sudah keringatan lagi. Mau tidur juga susah. Duh duh duh.

Monday, November 27, 2006

I Like Monday - 13


Inspiring Singapore
Keep The Rivers Clean


Belajar sambil bermain telah lama diyakini sebagai salah satu cara efektif untuk mensosialisasikan sebuah program. Di Pasir Ris Beach diadakan program menjaga kebersihan sungai. Lebih dari 200 orang pelajar terlibat dalam program ini. Sambil menggunakan perahu kayak, mereka menyusuri sungai untuk membersihkan sampah dan kotoran di sepanjang hutan mangrove Sungai Api Api. Acara ini diselenggarakan dalam rangka Clean and Green Week 2006. Tujuannya adalah untuk membangun kepekaan generasi muda untuk mengkampanyekan kebersihan. Dan tidak itu saja, generasi muda pun dilibatkan langsung dalam kampanye ini. Supaya mereka merasa bisa melakukan sesuatu bagi komunitasnya.* Lingkungan yang sehat adalah tanggung jawab bersama. Tanpa mengenal usia. Tanpa memperdulikan status sosial. Dan tanggung jawab bisa diwujudkan melalui hal-hal sederhana. Namun berdampak. Toh, lingkungan yang bersih akan membuat kita merasa nyaman dan betah. Yang mendapat dampak ya diri kita sendiri juga. Dan itu bisa dilakukan dengan melakukan langkah kecil yang konsisten. Misalnya, buanglah sampah pada tempatnya. Selalu.

*sumber : Channel News Asia/Yahoo Singapore

Catatan Harian

Day - 126


Minggu, 26 November 2006 -- Seharian persiapan untuk khotbah sore. Tadinya saya diminta khotbah untuk Kebaktian Nuansa Khusus (KNK) jam 19.00. Tapi dua hari sebelum berangkat ke Jakarta, saya dihubungi dan diminta sekalian pimpin kebaktian yang jam 17.00. Temanya beda. Yang jam 17.00 temanya "Dia Ada di Depan Rumahmu". Berkenaan dengan panggilan orang percaya untuk caring and sharing dengan orang di sekitar yang mengalami kesusahan. Tema KNK "Madu dan Racun Teknologi".

KNK tuh kebaktian dengan nuansa musik yang lebih populer. Di GKI biasa dinamakan juga dengan kebaktian kontemporer. Temanya biasanya lebih praktis. Musik dan lagu lebih "meriah". Pengkhotbahnya juga dipilih yang pas gitu. Di KNK tadi sesuai tema, saya pake presentasi power point plus klip-klip video yang saya download dari internet. Bagus juga khotbah dengan pelengkap power point dan video klip gitu. Bisa memperkaya. Ada unsur "kejutannya". Jadi ga ngebosenin. Cuma baenya sih ya jangan keseringan juga.

Kebaktian sih berjalan lancar. Cuma saya agak grogi tuh. Mungkin karena udah lama ga khotbah di Kayu Putih. Betapapun juga saya punya ikatan batin yang kuat dengan jemaat. Terus terang, waktu salaman dengan jemaat dan teman-teman karyawan, melihat respon dan sambutan mereka saya terharu sekali. Beberapa teman ngasih komentar, katanya saya lebih gemuk dan lebih segar :). Ada juga yang bilang saya lebih bersih hehehe. Mungkin dulu saya kotor kali :).

Selesai kebaktian jam 21an. Diajak makan sama teman-teman di La Piazza. Makan seafood sambil ngobrol. Nggak kerasa sampe tengah malam. Wah, saya banyak dapat undangan makan nih. Tiap hari ada aja teman yang ngajakin. Katanya sih mumpung saya lagi di Jakarta :). Udah empat bulan saya meninggalkan Kayu Putih. Tapi, rasanya seperti sudah lama. Kalo sudah jauh baru deh kerasa betapa "berharganya" waktu kebersamaan itu.

Sunday, November 26, 2006

Sunny Sunday - 11


Indonesia Plus Point
Keterbatasan Yang Tidak Membatasi


Faisal Rusdi menjadi bintang di Sasana Budaya Ganesha. Kerumunan pengunjung mengerubutinya. Faisal sedang melukis. Tapi ia bukanlah seorang pelukis terkemuka. Lukisannya pun biasa saja. Tapi orang tak berhenti berdecak kagum melihatnya. Itu karena Faisal bukan melukis sebagaimana biasanya. Terlahir sebagai seorang penderita Cerebral palsy, kelainan fungsi pada saraf motorik, membuat Faisal tidak dapat menggerakkan tunngkai lengan dan kakinya. Hanya karena tekadnya yang kuat dan teguh, ia berusaha keras untuk menyalurkan hobi yang telah ditekuninya selama 16 tahun terakhir, melukis. Namun, karena ketidakmampuannya menggerakkan tangannya, maka Faisal melukis dengan menggunakan mulutnya. Dan untuk itulah; untuk semangat tak kenal putus asa dan kemampuannya melukis dengan mulut, decak kagum penonton ditujukan.(sumber: www.kompas.com)
Ayah's plus point :
Kita kerap bukan dibatasi oleh keterbatasan fisik. Tapi dibatasi oleh ketakutan dan kekuatiran kita sendiri. Ketidakpercayaan diri. Ketidakberdayaan. Sehingga kerap kita menyerah sebelum berjuang. Mundur sebelum maju. Itu adalah kegagalan terbesar. Kekalahan telak dalam hidup.

Saturday, November 25, 2006

Catatan Harian

Day - 127

Sabtu, 25 November 2006 -- Kemarin teman kasih ide untuk bikin semacam klip video buat khotbah besok. Saya pimpin Kebaktian Nuansa Khusus di GKI Kayu Putih. Temanya kan "Madu dan Racun Teknologi". Klip video untuk menggambarkan baik buruknya teknologi. Sumbernya dari internet. Internet tuh resources ga terbatas. Kayaknya tuh bahan apa saja ada deh. Kita dapatkan beberapa klip yang bagus. Tinggal diedit. Saking keasyikan jadi ga kerasa udah hampir sore. Jam 5 sore baru bisa istirahat. Ketiduran. Hampir kebablasan:).

Malamnya saya pimpin Persekutuan Wilayah GKI Kayu Putih daerah Kelapa Gading Selatan. Setelah Persekutuan Wilayah, beberapa teman ngajak makan. Tapi saya udah keburu janji dengan teman yang lain. Kita mau nonton film James Bond terbaru, Casino Royale. Sambil nunggu jam nonton, kita ngobrol dan minum kopi di Starbucks. Rame banget. Jujur saya sih ga nikmati. Ga nyaman rame-rame gitu. Saya juga ga gitu suka dengan "gaya hidup Starbucks". Kopinya biasa saja. Hanya mahalnya. Kalo kopi saya rasa yang paling enak tuh di kopi Kawangkoan di Manado. Murah. Orisinil. Kalo di Starbucks hanya beli gengsilah.

Kita terus nonton midnight. Sudah lama saya ga pernah nonton midnight. Terakhir mungkin 9-10 tahun lalu deh. Film James Bond lagi populer. Katanya 66 bioskop serentak muter tuh film. Ini juga debut Daniel Craig sebagai pemeran James Bond terbaru menggantikan Pierce Brosnan. Konon, sederetan protes ditujukan ke Craig karena dianggap "ga pas" mewakili karakter Bond. Salah satu alasannya karena, ia satu-satunya pemeran James Bond yang berambut pirang:). Film ini diangkat dari novel pertama dari deretan novel James Bond karya Ian Flemming. Jadi bisa dibilang ini tuh kisah pertamanya James Bond.

Tapi menurut saya filmnya ga bagus. Tekniknya bagus sih. Cuma jalan ceritanya ga jelas. Film-film intrik kayak gitu emang butuh kecerdasan ekstra. Bagusan Mission Impossible-3. Cuma teknologinya oke. Gitu saja. Kalo ada yang perlu dicatat dari film-film James Bond menurut saya adalah keberhasilannya menumbuhkan "efek kangen". Jarang ada film "sekuel" yang sesukses James Bond. Sejak film pertama Dr. No tahun 1962, sudah ada 21 film dengan 6 aktor pemeran. James Bond juga salah satu bukti kesuksesan "kerjasama" antara buku dan film. Pulang rumah hampir jam 2an:).

Renungan Sabtu - 29


Tidur


Tidur adalah aktivitas wajib dalam hidup kita; seperti makan dan tidur, bekerjadan beristirahat. Tidak ada kehidupan tanpa tidur. Berikut adalah dua renungan tentang tidur:

Pertama, suatu kali saya melihat seorang pemulung tidur beralas rumput di pinggir jalan. Enak sekali tidurnya. Tidak terganggu hiruk pikuk di sekelilingnya. Saya jadi teringat pada seorang teman yang kerap mengeluh tidak bisa tidur. Padahal tidur di kamar ber-AC dan di atas spring bed empuk pula.

Tidakkah tidur memang bukan soal tempat, tetapi soal hati dan pikiran. Tempat yang paling seadanya pun, tidak akan mengurangi keistimewaan tidur kalau hati gembira pikiran tenang.

Kedua, suatu siang saya tidur nyenyak sekali. Tidak lama, cuma sekitar setengah jam. Tetapi bangun-bangun, badan terasa segar. Segala lelah dan letih semalam bagai terbayar lunas.

Tidur tidakkah juga bukan soal kuantitas, tetapi kualitas. Bukan soal lamanya, tetapi nyenyaknya. Maka, jangan cemas kalau tidur Anda sedikit. Kecemasan itulah yang justru bisa bikin masalah.

Dari buku Tragedi dan Komedi - Ayub Yahya, diterbitkan oleh Grasindo

Friday, November 24, 2006

Catatan Harian

Day - 128

Jumat, 24 November 2006 -- Semalam saya bermimpi. Ceritanya saya berkhotbah di GKI Kayu Putih. Lagi semangat-semangatnya begitu, tahu-tahu saya lupa di tengah. Ga bisa ngelanjutin. Saya bengong. Jemaat bengong. Terus akhirnya salah seorang anggota Majelis Jemaat mengambil alih. Ia yang melanjutkan khotbah. Sedang saya duduk di kursi Jemaat. Tapi kemudian setelah khotbah selesai, malah saya yang ngisi pujian dengan nyanyi solo :).

Ada banyak teori tentang mimpi. Salah satu teori psikologi, mimpi merupakan mekanisme pelepasan psikis dari tekanan yang dihadapi maupun keinginan yang tidak tercapai. Makanya, apa yang kita mimpikan menunjukkan kondisi kejiwaan kita. Mimpi indah, berarti kita sedang gembira. Mimpi buruk tanda kita lagi dalam tekanan. Lebih spesifik, kalau orang lagi stres dengan sebuah kegiatan. Ia mimpi gagal ketika melakukan tindakan itu. Menurut teori lain, setiap hari tuh sebenarnya kita bermimpi cuma lupa. Mimpi tuh semacam pentunjuk alam bawah sadar kita sudah terlalu penuh dengan info. Lalu keluarnya salah satunya dalam bentuk mimpi.

Dalam wilayah teologi, ada juga yang percaya bahwa mimpi itu sebagai salah satu bentuk pernyataan Tuhan. Di Alkitab sendiri, beberapa kali Tuhan berfirman atau menyatakan kehendaknya melalui mimpi. Menurut saya bisa saja begitu. Tuhan toh punya kekuasaan untuk menyatakan kehendakNya melalui apapun. Tapi kita juga mesti hati-hati, ga bisa sembarangan mengidentifikasi mimpi sebagai pernyataan kehendak Tuhan. Perlu diuji lebih lagi.

Pulang ke Jakarta. Naik value air. Ini pertama kali saya naik value air. Pesannya lewat internet. Dari boarding sampai naik semua oke. Good. Pesawatnya juga oke. Perjalanan lancar sampai Jakarta di jemput beberapa teman. Terus kita keliling sambil ngobrol. Asyik juga. Senang juga bisa ada di Jakarta lagi. Langsung deh terlintas banyak rencana. Pengen makan ini dan itu. Pengen ketemu ini dan itu. Pengen pergi ke sini situ :). Walau ga yakin juga apa semua keinginan itu bisa tercapai.

Friday's Joke - 25


Bercanda


Suatu hari ada pemuda melamar ke suatu perusahaan skala menengah. Posisi yang ditawarkan adalah Asisten Manajer HRD.
HRD Manager: "Apabila Saudara diterima di perusahaan ini, berapa gaji yang Saudara harapkan?"
Pemuda: "Saya ingin gaji dalam US dollar saja, pak. Tidak usah terlalu tinggi, cukup 10.000 USD saja"
HRD Manager: "Menurut saudara, itu sesuai dengan jabatan yang Saudara lamar, ya?"
Pemuda : "Iya Pak. Sesuai juga dengan kemampuan saya"
HRD Manager : "Ehm, bagaimana kalau perusahaan menawarkan lebih banyak: kami sediakan mobil Mercedes lengkap dengan supirnya, rumah di Pondok Indah dengan kolam renang, liburan setiap akhir minggu ke Bali, cuti 12 hari setiap akhir tahun ditambah bonus 12 kali gaji?"
Pemuda: "Ah, jangan bercanda, pak!"
HRD Manager: "Lho... kan Saudara duluan yang mengajak bercanda .."

Ayah's Quote :
Menghargai diri kita itu baik. Menghargai kemampuan kita itu perlu. Menunjukkan kepintaran kita. Stadar dan ukuran kita dalam menilai diri sendiri. Oke-oke saja. Tapi, over-estimate hanya akan menunjukkan kebodohan kita.

Catatan Harian

Day - 129

Kamis, 23 November 2006 -- Pagi ke kantor. Masih ada beberapa hal yang harus dikerjakan sebelum cuti seminggu. Siang janjian ketemu oom dan tante kost dulu di Jakarta di Lucky Plaza. Dewi, Kezia dan Karen berangkat dari rumah. Ketemu sama mereka. Minum di Starbucks Paragon sambil ngobrol. Ternyata oom dan tante kenal dengan beberapa aktivis di GPBB.

Oom kost saya ini "hebat". usia sudah 77 tahun. Masih sehat sekali. Masih kerja. Beberepa kali pensiun diperpanajnag. Akhir tahun iini katanya benar-benar mau pensiun. Dulu pernah kena stroke tapi sekarang kayak ga ada bekasnya. Sejak muda oom rajin tai chi. Saya ingat dulu waktu saya kost sehari dua kali pagi dan sore. Terus makanannya juga sangat terjaga. Tante kost juga ga kurang "hebat" dalam soal kesehatan. Hidup sehat memang pilihan.

Dari situ terus ke Takasihmaya. Janji ketemu dengan teman dari Kayu Putih dan keluarga. Lunch. sambil ngobrol. Ia cerita grup ping pong GKI Kayu Putih yang selama ini pimjem tempat di Penabur sudah berkembang pesat. Anggota sudah 60 orang. Banyak yang waiting list katanya. Meja-nya sudah 8. Dulu waktu ping pong masih di aula gereja, saya masih suka ikutan tuh. Tapi mereka "jago-jago". Program-program olah raga kayak gitu baik juga untuk menjalin kebersamaan. Sekaligus membina relasi dengan yang lain. Karena yang ikut kan ga anggota GKI saja.

Dari Takashimaya saya terus ke Borders. Cari buku titipan teman dari Jogja. Dewi dan anak-anak masih mau jalan-jalan. Di sini kalau bulan Desember mal-mal banyak sekali acara buat anak-anak. Di koran biasanya diberitahukan. Saya terus pulang naik MRT. Sampai di Bukit Batok hujan gede banget. Jadi mampir cukur dulu deh di West Mall. Malam teman-teman dari Panitia Paskah datang ke rumah. Rapatin acara.

Thursday, November 23, 2006

Thursday Hot Issue - 13


On The Top


The Fact :
Roger Federer menjalani tahun 2006 dengan fantastis. Kemenangan atas James Blake di final Piala Master 2006 di Shanghai kemarin merupakan kemenangan ke-29 berturut-turut. Atau ke-92 dalam setahun. dari 17 turnamen yang diikutinya, 12 kali Federer menjadi juara. Hanya lima kekalahan yang dideritanya. Empat diantaranya dari Rafael Nadal, dan satu lagi dari Andy Murray. 92 kemenangan merupakan rekor tersendiri bagi Federer. Tapi ia juga mencatat rekor lain. Rekor total hadiah yang diterima juga dipecahkannya. Totalnya dalam setahun ini, Federer menerima hadiah kemenangan sebesar US$4,2 juta atau setara Rp. 73,3 Milyar. Itu merupakan rekor penerimaan hadiah terbesar dalam setahun di dunia tenis. Tidak itu saja. Federer juga akan memecahkan rekor sebagai petenis yang paling lama menduduki peringkat satu dunia. Saat ini rekor itu memang masih dipegang oleh Jimmy Connor. Tapi dipastikan pada bulan 26 Februari 2007, Federer akan merebutnya. Connor sudah memegang rekor itu selama 25 tahun dengan lama 160 minggu berturut-turut. Federer menyebutnya sebagai sebuah perjuangan yang sangat panjang. (sumber : detik.com)

The Lessons :
Nggak ada prestasi yang bisa dicapai tanpa perjuangan. Apapun itu. Dalam hidup ini, segala sesuatu harus diperjuangkan. Dan segala sesuatu yang dicapai dengan perjuangan biasanya akan membuat kita menghargai apa yang dicapai itu. Sekecil apapun pencapaiannya, jika merupakan hasil perjuangan maksimal kita, maka akan terasa besar nilainya.

Wednesday, November 22, 2006

Catatan Harian

Day - 130

Rabu, 22 November 2006 -- Beberapa hari ini rasanya "feeling blue" nih :). Entah deh. Mungkin karena lusa saya mau pulang ke Jakarta. Pelayanan khotbah di GKI Kayu Putih. Jadi rasanya "mengharu biru" gitu. Ini untuk pertama kalinya saya "pulang" ke GKI Kayu Putih. Banyak kenangan terbersit. Ibarat seorang anak yang baru kembali ke rumahnya, tempat ia bertumbuh dan menjadi dewasa. Hmm. Jadi emosional deh.

Pagi-pagi berdua Dewi ke Gleneagles. Kezia dan Karen sama opa oma. Kita nengok teman yang kemarin dioperasi. Operasi kemarin katanya sampai tiga jam-an. Masih harus chek ini dan itu. Identifikasi sementara dokter sih "agak" terlambat. Padahal teman saya tuh sudah sejak dua tahun lalu rutin periksa ke dokter di Jakarta. Cuma dokter di Jakarta selalu bilang oke-oke saja. Tahu-tahu periksa di sini ada "sesuatu". Dan harus operasi.

Dari Gleneagles kita terus ke Bukit Batok. Naik bis. Hampir sepanjang jalan pulang di bis penumpang cuma berdua saya dan Dewi :). Mana bisnya yang nyambung dua itu loh. Dewi janjian sama opa oma makan siang di West Mall. Saya terus ke kantor. Ga ada yang khusus sih. Tapi saya mesti nyiapin beberapa hal. Terutama buat rapat majelis ntar malam. Giliran saya yang pimpin :).

Ga pulang dulu. Tanggung. Rapat majelis jam 7.15. Tapi kenyataannya baru mulai jam 7.30. Selesai jam 10-an. Paling molor-molor sampai jam 10.30. Di Jakarta rapat Majelis bisa seharian :). Di sini susah orang cari waktu. Kata teman, belum pernah rapat majelis lengkap semua hadir :). Lagian pakai ruangan gereja juga ga bisa bebas. Rapat tadi lancar-lah. Ga ada keputusan "besar" yang harus diambil juga sih. Jam 10.30-an saya sudah sampai di rumah.

Dari Kamu - 02


Komunitas Amish

Ini kisah nyata tentang orang beriman yang mengampuni sesamanya. Praktek mengampuni sesama tersebut dapat kita contoh dari kehidupan komunitas Amish. Amish adalah sekelompok orang Kristen di Amerika yang berdenominasi Anabaptist. Jumlah mereka ada 198.000 orang dan tersebar di beberapa propinsi di Amerika. Mereka tidak percaya dengan penggunaan teknologi seperti listrik dan mobil. Mereka hidup sederhana dan terisolasi dari dunia luar.

Salah satu komunitas Amish terdapat di Pennsylvania. Jumlah orang Amish di sana ada sekitar 470.00. Pada tanggal 2 Oktober yang baru lalu, ada seorang pengemudi truk susu yang bernama Charles Carl Roberts. Ia menyerang sebuah sekolah di komunitas Amish dan menyandera 10 anak perempuan berumur antara 6 – 13 tahun. Sebelum polisi berhasil membebaskan sandera-sandera, Charles telah membunuh 5 anak perempuan dengan pistol dan melukai 5 yang lain. Setelah itu, dia membunuh dirinya sendiri. Charles meninggalkan seorang istri dan 3 orang anak.

Pada saat pemakaman Charles, banyak kerabat dan keluarga dari ke-5 anak yang terbunuh tersbut turut hadir dalam acara itu. Mereka mengatakan kepada istri Charles bahwa mereka sudah memaafkan Charles. Dan istrinya tetap dianggap sebagai teman mereka. Komunitas Amish benar-benar telah menghidupi prinsip Firman Tuhan untuk mengampuni orang lain yang telah berdosa terhadap mereka. Ini merupakan suatu teladan sekelompok orang Kristen yang patut kita contoh dalam kehidupan kita. (Jurianto Joe, Singapore).

Catatan Harian

Day - 131

Selasa, 21 November 2006 -- Agak siang ke Gleneagles Hospital. Bareng Dewi. Ada teman dari Jakarta yang akan operasi. Ia kenal dekat juga dengan Dewi. Jadi minta wanti-wanti supaya Dewi datang. Kezia dan Karen libur sekolah. Jadi "terpaksa" diajak juga. Sebenarnya sih "ga enak" bawa anak-anak ke rumah sakit. Apalagi dampingi orang yang mau operasi. Kasihan juga anak-anaknya kan. Tapi ga ada yang temenin mereka di rumah.

Saya sih sudah "ngerayu" Kezia dan Karen tinggal di rumah saja. Baca buku atau nonton VCD. Kemarin kita sudah beli VCD Tweenies. Kalau ada apa-apa tinggal telepon. Kita sudah ngeset telepon, pencet satu nomor langsung nyambung ke hand phone saya atau Dewi. Kezia mau kalau sama Karen. Karen ga mau ditinggal. Kita memang belum pernah sih ninggalin mereka berdua di rumah. Kezia rasanya sudah bisa ditinggal di rumah. Belum dibiasakan saja. Tapi ga tahu deh boleh ga. Kalau di Australia katanya, anak-anak dibawah usia 12 ga boleh ditinggalkan sendiri di rumah tanpa ditemeni orang dewasa. Orang tuanya bisa kena "penalti".

Kita dampingi teman sampai masuk ruangan operasi. Baca Alkitab dan berdoa. Dari Gleneagles Dewi, Kezia dan Karen terus ke Harbourfront. Ngejemput opa dan oma. Mereka dari Jakarta lewat Batam. Saya sendiri terus pulang. Ada yang harus dikerjakan, juga ada "tukang" yang mau betulin tegel bathtub di rumah. Sudah janjian dari kemarin.

Di bis di jalan pulang, tante kost waktu dulu pertama kali saya di Jakarta telepon. Ia lagi ada di Singapore bareng oom. Cuma tiga hari sih. Mereka baru dari New Zealand. Kita janjian ketemu lusa siang. Sampai di rumah agak sore. Hujan deras. Malam beberapa teman pemuda ke rumah. Kita ngerapatin acara persekutuan pemuda Sabtu depan. Saya yang bawain.

Tuesday, November 21, 2006

Tuesday's Song - 29

Seperti Bapa Sayang AnakNya
Penyanyi : Gloria Trio, Ciptaan : Julita Manik


Bapa, besar sungguh kasih setiaMu
Nyata sungguh perlindunganMu
Tak satu kuasa mampu pisahkan
Aku dari kasihNya

Bapa, ajarku s'lalu hormatiMu
Ajarku turut perintahMu
Brikanku hati 'tuk menyembahMu
Dan bersyukur setiap waktu

Reff.
S'perti bapa sayang anaknya
Demikianlah Engkau mengasihiku
Kau jadikan biji mataMu
Kau berikan s'mua yang ada padaMu

S'perti bapa sayang anaknya
Demikianlah Kau menuntun langkahku
Hari depan indah Kau beri
RancanganMu yang terbaik bagiku

Renungan :
Betapa bahagianya ketika kita dipandang dan diperlakukan sebagai orang yang istimewa. Milik yang berharga. Dikasihi dan dicintai apa adanya. Pun di tengah kebebalan dan ketidaksetiaan kita. Betapa bahagianya ketika mengetahui Tuhan nggak pernah menyerah mengasihi kita. Tuntunan dan kasihNya tetap. Untuk mengantar kita pada masa depan rancanganNya.

Catatan Harian

Day - 132

Senin, 20 November 2006 -- Kemarin ngobrol dengan teman yang anaknya seusia Kezia. Ia cerita nilai rata-rata raport anaknya 90,4. Ranking 10 di kelasnya. Nilai rata-rata kelas 99 dari total maksimal 100. Wah. Wah. Ia juga cerita, anak temannya nilai rata-rata raportnya 80.5. Nilai segitu ranking 30 dari 30 anak. Wah. Wah. Segitu ketatnya persaingan nilai di sekolah sini. Bahkan sejak di primary.

Memang sih itu di sekolah bagus. Di kelas yang anaknya pinter-pinter pula. Tapi saya dengar di semua sekolah di sini ya begitu. Anak-anak sekolah di pacu untuk dapat nilai setingginya. Dari dulu saya ga pernah setuju dengan sistem ranking di sekolah. Bagi saya sistem ranking adalah salah bentuk peng-dehumanisasi-an. Anak seolah-olah bisa diklasifikasikan berdasarkan angka-angka matematis.

Kezia sekolah di sekolah "biasa". Ia juga "cuma" masuk kelas nomor tiga. Bukan kelas anak-anak top. Saya ga akan mengenjot ia untuk dapat nilai setinggi-tingginya. Saya masih percaya nilai akademis bukan segalanya. Bagi saya "masa kanak-kanak" jauh lebih penting daripada sederet angka-angka nilai. Yang penting ia sudah belajar maksimal. Perkembangan intelektual emang penting, tapi jauh lebih penting perkembangan emosional dan spiritual kan.

Hari ini ga ada acara. Ada teman dari Jakarta datang. Ia mau berobat di sini. Besok janjian saya akan temenin ia operasi. Kita ke library di Jurong East. Ini perpustakaan regional. Oke banget. Ruangannya ditata begitu rupa membuat pengujung nyaman. Buku-bukunya bagus-bagus dan banyak pula. Ada ruangan konsultasi buat anak-anak. Library tuh salah satu hal yang membuat saya iri dengan Singapore. Karena sekarang lagi musim liburan sekolah. Kita jadi boleh pinjem double. Biasa Kezia dan Karen pinjem masing-masing 4, sekarang masing-masing boleh 8. Hari ini seharian hujan.

Monday, November 20, 2006

I Like Monday - 12


Inspiring Singapore
Jigsaw Puzzle for Life

Di Singapore Management University, ada sebuah puzzle raksasa. Ukurannya 7 meter panjang dan tiga meter tinggi. Setiap potongan dijual seharga S$ 2. Saat ini telah terjual lebih dari 10,000 potongan puzzle. Hasil penjualannya akan disumbangkan bagi penderita ginjal dyalisis. Para pasien ginjal dyalisis diharapkan dapat menikmati sumbangan sebesar S$ 85,000 dari kegiatan aksi amal ini. The Kidney Dyalisis Foundation mengatakan bahwa setiap potongan puzzle tersebut mewakili harapan setiap pasien untuk mendapatkan kesempatan hidup yang lebih baik.* Banyak cara untuk menunjukkan kita peduli kepada orang lain. Namun intinya, selama kita masih punya kesempatan untuk melakukan hal yang berharga bagi orang lain lakukanlah itu. Nggak harus hal besar. Nggak harus dalam bentuk dana. Apapun bisa kita lakukan. Termasuk hal yang "ringan dan sepele" seperti; menerima dan menjadi sahabat bagi mereka yang membutuhkan, dukungan semangat dan doa, bahkan seulas senyum, sapaan, dan tepukan ringan di punggung.

Sumber : Channel News Asia/Yahoo Singapore

Catatan Harian

Day - 133

Minggu, 19 November 2006 -- Pagi ke gereja. Semalam kurang tidur nih. Keasyikan ngetik :). Habis tanggung juga. Saya lagi coba ngumpulin humor-humor untuk dibukukan. Formatnya agak beda dengan buku-buku humor yang sudah ada. Sebetulnya banyak nih ide untuk terbitin buku. Cuma tenaganya nih yang ga ada. Enaknya kalau ada semacam "sekretaris", saya tinggal ngomong begini begitu. Terus ditranskrip. Lalu saya edit lagi. Wah, bisa sangat produktif tuh :). Nanti-lah kalau sudah pensiun kali. Hehehe.

Hari ini saya ga tugas khotbah di GPBB. Seperti biasa, setelah kebaktian di GPBB, makan dulu di food court seberang gereja. Sempet hujan deras. Tapi cuma bentar. Siangnya ke GPO. Naik Taxi. Ngantuk banget. Di taxi sempet ketiduran tuh. Tahu-tahu dibangunin sopir taxi. Sudah nyampe :). Turun taxi masih "lungu-lungu", sampai lupa minta receipt. Hehehe.

Di GPO, saya pimpin kebaktian Maria Marta. Kebaktian khusus Maria Marta di GPO sebulan sekali. Setiap minggu ketiga. Minggu-minggu lainnya gabung dengan kebaktian umum. Yang hadir sekitar 40 orang. Disambung pimpin kebaktian Natal pelaut. Yang hadir lebih deh 100 orang. Mungkin karena acara Natalan. Dilanjutin ramah tamah. Masakan Manado :). Ruangannya gantian dengan kongrerasi lain, jadi acaranya agak "udag-udagan". Tapi semua berjalan dengan lancar.

Di GPO ketemu teman dari GKI Kayu Putih. Kemarin sempet SMS-an sih. Hampir setiap ke GPO mesti deh ketemu teman dari Jakarta. GPO letaknya di pusat kota sih. Banyak orang Indonesia yang lagi mampir di Singapore, kebaktian di GPO. Apalagi kalau lagi musim liburan. Wah bisa ketemu sekaligus beberapa orang tuh. Saya dan keluarga tuh senang ketemu teman dari Indonesia. Bisa jadi pengobat kangen. Kita terus janjian mo ketemu lusa. Dinner.

Sunday, November 19, 2006

Sunny Sunday - 10


Indonesia - Plus
Terumbu Karang Untuk Kanker


Dr Ocky Karna Radjasa menemukan metode baru pemanfaatan terumbu karang tropis untuk obat antibiotik dan antikanker. Dosen kelautan dari Universitas Diponegoro Semarang ini berhasil mengisolasi berbagai bakteri yang bisa berfungsi sebagai "pabrik" bahan bioaktif. Upayanya itu juga secara tidak langsung mereduksi praktik pemanfaatan terumbu karang yang merusak lingkungan. Apa yang dilakukannya pun kini telah mendapat pengakuan dunia internasional. Banyak tawaran kerjasama dari luar negeri berdatangan. Swedia, Italia, Jerman, India, Korea dan Malaysia mengajukan penawaran itu. Di Indonesia, Dr Ocky Karna Radjasa memperoleh penghargaan Kehati Award V untuk kategori Cipta Lestari Kehati tahun 2006. Penghargaan yang diselenggarakan oleh Yayasan Keragaman Hayati Indonesia dan diserahkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup Rahmat Witoelar. Sumber : Kompas.

Ayah's Plus Point :
Melakukan sesuatu karena ingin berkarya bagi orang lain adalah hal yang mulia. Memberikan yang terbaik. Masalah apakah hasil karya kita mendapat penghargaan formal atau tidak, itu bukan prioritas. Bukan tujuan utama. Bukan segala-galanya.

Catatan Harian

Day - 134

Sabtu, 18 November 2006 -- Pagi tadinya mau ikut teman-teman pemuda kunjungan ke Kapal Doulus di Harbourfront. Tapi kepala cenut-cenut nih. Sariawan pula. Badan ga gitu fit. Jadi di rumah saja. Tiduran sambil baca buku Instant Persuasion, 35 aturan komunikasi yang akan mengubah hidup Anda. Karangan Laurie Puhn. Itu buku lama sih. Dulu sudah baca, cuma belum tamat :). Saya tuh kalau baca buku biasa loncat-loncat. Buku ini belum tamat, sudah loncat ke buku lain. Loncat lagi ke buku yang lainnya lagi. Jadinya jarang buku yang sampai habis dibaca.

Buku Instant Persuasion oke-lah. Kiat-kiat yang ditawarkan cukup praktis. Beberapa contoh: "Jangan fokus pada kesalahan orang lain." Lalu, "Jangan menawarkan diri untuk sesuatu yang sebetulnya Anda ga pengen lakukan." Jangan memberikan nasihat pada seseorang kalau ga diminta." Satu lagi, "Jangan sia-siakan kesempatan untuk memuji seseorang di depan umum untuk sesuatu yang ia telah lakukan dengan baik." Beberapa memang bukan kita baru, tapi masih relevan-lah.

Imel-imelan sama teman. Muncul ide bikin cerita silat :). Salah satu mimpi saya menulis cerita silat. Saya sangat terkesan dengan trilogi dari Chin Yung: Sia Tiaw Eng Hiong, Sin Tiauw Hiap Lu, dan To Liong To. Saya juga senang sekali dengan cerita-cerita silat Jawa karangan Khoo Ping Ho. Waktu remaja saya pernah nulis buku dongeng, judulnya Rangga Bocah Ajaib. Tadinya itu mau dibikin serial, tapi ga kesampaian. Suatu saatlah saya nulis cerita silat. Atau ya, terusin buku Rangga itu :).

Sore pimpin persekutuan keluarga muda. Temanya optimis dan beriman. Saya agak ga konsen nih. Padahal ini pertama kali pimpin di persekutuan keluarga muda. Tapi waktu diskusi sih cukup seru. Sampai lewat waktu. Baik di keluarga senior, maupun keluraga muda kalau diskusi mesti seru deh. Saya juga jadi banyak belajar-lah.

Saturday, November 18, 2006

Renungan Sabtu - 28

Yang Tak Sempat Terucap
Kesan-Pesan Dalam Rangka HUT 60 Tahun
Pdt Eka Darmaputera PhD

Grogi. Saya grogi ketika diminta Pak Santo (MC), ke depan, dan ditanya tentang kesan saya terhadap tulisan-tulisan Pak Eka. Itu sungguh di luar dugaan. Tidak ada dalam skenario.

Sempat memang terpikir mau bicara apa, tetapi segera saya ingat waktu yang sangat ketat. Acara perayaan ulang tahun Pak Eka--setelah ibadah setengah jam; yang ditandai dengan potong kue, nyanyi "Happy Birthday", dan serah terima buku ke beberapa orang--lalu dilanjutkan dengan apresiasi buku-buku Pak Eka direncanakan tidak lebih dari satu jam.

Yang lebih bikin grogi adalah "nama-nama besar" yang hadir. Walah, gimana pula ini. Rasanya seperti "dibawa jatuh ke dalam pencobaan", he, he, he. Ya, saya bicara juga sih akhirnya. Lha, ditanya, masak tidak ngejawab. Cuma kering dan ya tidak ada apa-apanyalah. Saya cuma bilang waktu itu, saya kagum dengan kedalaman dan keluasan sekaligus keringanan tulisan-tulisan Pak Eka.

Namun, it's oke. Toh saya bisa mengutarakan apa yang tidak sempat terucap lewat tulisan kelak. Saya yakin momen ini tidak berhenti sampai di sini. Pasti ada kelanjutannya. Dan benar, teman-teman di Gloria berencana hendak melanjutkan momen ini di website. Syukur. Sebab sangat tidak enak loh menyimpan sesuatu yang ingin diucapkan, tetapi belum sempat terucap.

Awalnya. Bermula dari percakapan ngalor-ngidul tentang buku dengan Ang Tek Khun di rumah kontrakan saya sekitar awal Oktober. Percakapan biasa saja; tidak direncanakan, tidak juga dengan tujuan apa-apa. Just omong-omong. Kebetulan kami bertetangga, satu RW beda RT. Saya banyak berguru tentang lika-liku penerbitan buku pada rekan yang satu ini. Siapa tahu suatu saat kelak saya bisa punya penerbitan sendiri. Tidak salah kan bermimpi?! :)

Ketika itu buku Pak Eka, "Beragama Dengan Akal Sehat", sudah beredar. Sedang buku "Dengarlah yang Dikatakan Roh" sudah hampir rampung dicetak. Dan "Khotbah Yesus Di Bukit" masih dalam proses awal. Ketiga buku tersebut merupakan kumpulan tulisan Pak Eka yang baru, yang secara rutin dimuat dalam rubrik Sabda, Sinar Harapan (yang kemudian dimuat juga di website GloriaNet, ed).

Perbincangan lalu mengarah pada tulisan-tulisan lama Pak Eka yang belum diterbitkan. Kami juga menyinggung soal ulang tahun Pak Eka bulan November. Persis yang ke-60. Kami punya kesamaan rasa terhadap Pak Eka; kagum sekaligus sayang. Dari perbincangan itu terlontar ide, untuk membuat acara khusus guna menyambut momen tersebut. Tentunya yang berhubungan dengan buku.

Singkat kata, ide itu terus bergulir. Dan berkembang. Mendapat dukungan dari banyak pihak. Termasuk--yang penting--Pak Eka juga tidak keberatan.

Persiapan selanjutnya mengalir begitu saja. Kecuali saat terakhir menjelang keberangkatan ke Jakarta, tidak ada rapat khusus. Teman-teman Gloria memang setiap hari bertemu. Dan saya bisa lewat telepon. Hingga hari H-nya memang ada saja yang direncanakan tidak jadi, dan yang jadi padahal tidak direncanakan. Tetapi toh semuanya berjalan dengan lancar. Puji Tuhan atas perkenan-Nya.

Saya kagum dengan dedikasi dan ritme kerja teman-teman Gloria. Mereka antusias dan sungguh-sungguh sekali menyiapkan acara ini. Padahal sebagian besar dari mereka mungkin hanya tahu Pak Eka. Itu pun dari tulisan-tulisannya. Tidak mengenal dekat, apalagi punya hubungan formal. Rasa sayang dan apresiasi kadang memang tidak ditentukan oleh jarak formal.

Saya kebagian peran menyiapkan buku-buku Pak Eka yang akan diterbitkan. Gloria memberi kebebasan penuh; bukan hanya soal buku macam apa, tetapi juga soal berapa banyak yang bisa disiapkan.

Oleh karena waktu yang sangat singkat--sekitar dua minggu--saya konsentrasi pada tulisan-tulisan Pak Eka di Sinar Harapan dulu dan Suara Pembaruan. Targetnya sebenarnya satu atau dua buku sudah bagus. Tetapi dalam perjalanan ternyata bisa empat buku: "Mengapa Harus Salib?", "Iklan Bagi Anak Hilang", "Tanpa Plus, Tanpa Minus", dan "Ketika Takut Mencengkram". Sungguh di luar dugaan. (Plus satu buku lagi yang diluncurkan--tulisan-tulisan terbaru dengan judul "Khotbah Yesus di Bukit", ed).

Peran saya relatif tidak terlalu sulit. Selain memang saya enjoy, tulisan-tulisan sekaliber Pak Eka juga tidak perlu diapa-apakan lagi. Saya hanya memilih-milah; mengelompokkan setiap tulisan ke dalam satu tema tertentu. Lalu mengganti beberapa judul tulisan yang agak overlap, sedikit menyesuaikan isi pada satu-dua tulisan, dan memberi judul setiap bab. Terakhir, menulis kata pengantar. Saya mendapat masukan juga dari teman-teman Gloria.

Kesan. Saya hanya penikmat tulisan-tulisan Pak Eka. Bukan pengamat. Sebab kapasitas saya memang kurang memadai untuk mengambil posisi sebagai pengamat. Jadi sangat sulit buat saya kalau mau bicara soal kesan. Kecuali kalau kesan itu sebatas pada kulit luar. Tidak sampai ke daging, apalagi tulang sumsum--kalau daging dan tulang sumsum, itu porsinya para pendekar mumpuni.

Sebagai penikmat, saya menangkap ketajaman tulisan-tulisan Pak Eka; tanpa tedeng aling-aling, tanpa basa-basi--seumpama gerakan silat Huang Fei Yung, legenda dalam cerita silat, sekali sabet dua-tiga orang musuh terjengkang. Saya juga merasakan kejutan-kejutan yang ditimbulkan--seumpama jurus-jurus Sakuraba, jagoan asal Jepang di Pride Fighting Championship; tidak terpikirkan, tidak terduga. Kadang malah menjungkirbalikkan apa yang selama ini dipahami. Coba saja simak, sekadar menyebut contoh, Ester dan Yang Merah-merah dalam "Tanpa Plus, Tanpa Minus".

Kalau pun ada yang "sedikit kurang", menurut hemat saya, barangkali pada bahasa. Kadang-kadang Pak Eka lebih bergaya lisan daripada tulisan. Misalnya, dengan memakai kata "tapi" di awal paragraf. Harusnya "Akan tetapi" atau "Namun". Ya, tidak soal sih. Toh tidak ada pengaruhnya terhadap isi. Cuma bagi yang suka menulis terasa agak janggal juga.

Dan kalau saya bandingkan, tulisan-tulisan Pak Eka dulu; ketika masih aktif menulis di Suara Pembaruan, dan sakitnya belum separah sekarang--"Mengapa Harus Salib?", "Iklan Bagi Anak Hilang", "Tanpa Plus, Tanpa Minus", dan "Ketika Takut Mencengkram"--terkesan lebih jernih dan lebih lepas.

Dalam tulisan-tulisan baru di Sinar Harapan; setelah sekian lama tidak menulis renungan di koran--"Beragama Dengan Akal Sehat", "Dengarlah Yang Dikatakan Roh", dan "Khotbah Yesus Di Bukit"--terkesan agak "berat". Seperti kalau orang bicara, tidak lagi rileks. Pendeknya, dalam tulisan-tulisan Pak Eka yang baru, saya agak--sekali lagi agak, tidak sama sekali--kehilangan salah satu hal yang selama ini menjadi kekuatannya: "keringanan". Atau mungkin saya yang mengalami kemunduran.

Seorang teman bilang, mungkin saking banyaknya yang ingin Pak Eka tulis setelah sekian lama tidak menulis. Apalagi sejak 1998--ketika itu Pak Eka sudah tidak lagi menulis di Suara Pembaruan, kecuali saat Natal dan Tahun Baru--sampai kini bangsa Indonesia betul-betul dihantam oleh bertubi-tubi persoalan. Pak Eka adalah seorang yang amat mencintai bangsanya. Melihat semua yang terjadi, sangat mungkin ia merasa geram, marah, sedih, ingin berbuat sesuatu tetapi juga tidak berdaya.

Bisa jadi begitu. Tetapi menurut saya, sederhana saja, karena sakitnya yang tambah parah. Memang, energi intelektual Pak Eka itu luar biasa. Jauh melampaui energi fisiknya. Bayangkan, dalam sakitnya pun ia tetap bisa produktif. Tetapi toh sedikit banyaknya kelelahan dan kesakitan fisik akan mempengaruhi kejernihan dan keringanan pikiran.

Terima kasih. Saya sungguh beruntung mendapat kesempatan dari Gloria, dan perkenan dari Pak Eka untuk mengedit buku-bukunya. Dan memberi kata penutup pada salah satu buku yang lain. Sekali lagi terima kasih.

Selain saya bisa ikut terkenal he, he, he. Selama sekitar dua minggu "bergumul" dengan tulisan-tulisan Pak Eka, saya juga bisa banyak belajar--bahkan lebih banyak, dibanding saya belajar mata kuliah "Agama dan Masyarakat" selama satu semester di pasca sarjana Duta Wacana--Betul. Ini bukan melebih-lebihkan. Agama dan Masyarakat adalah bidangnya Pak Eka.

Padahal, kalau diibaratkan kue, tulisan-tulisan yang saya edit itu sebetulnya hanya "remah-remah" dari kue besar dan enak yang dibikin Pak Eka. Sedang potongan "dagingnya" sudah diambil oleh banyak pihak. Yang paling banyak mendapat, siapa lagi kalau bukan panitia buku emiritasi Pak Eka dulu, yang berhasil menerbitkan kumpulan tulisan Pak Eka dalam buku sangat tebal. It's oke. Setiap orang punya bagian tertentu dalam hidupnya. Pula yang penting toh bukan berapa besar bagian yang di dapat, tetapi bagaimana memanfaatkan bagian yang ada.

Ketika saya bertemu Pak Eka di rumahnya, sehari sebelum acara, terus terang hati saya sebetulnya agak gentar. Buku-buku Pak Eka yang saya edit itu karena keterbatasan waktu tidak sempat Pak Eka periksa. Jadi dari saya langsung ke penerbit. Tidak ke Pak Eka dulu. Saya kuatir Pak Eka kecewa atau bagaimanalah. Soalnya saya tahu kalau untuk urusan karya Pak Eka sangat perfeksionis. Walau juga saya tahu, Pak Eka seorang yang sangat bisa menghargai upaya seseorang. Betapa pun kecilnya. Tetapi setelah Pak Eka, dan juga Bu Evang, bilang senang--dan bahkan kemudian ditelepon, Pak Eka bilang puas--saya lega sekali. Plong. Kelegaan yang sama, saya yakin akan dirasakan juga oleh teman-teman Gloria.

Ke depan saya berharap akan makin banyak lagi tulisan-tulisan Pak Eka; entah makalah-makalah di seminar, atau yang dimuat di berbagai majalah dan koran, yang bisa diterbitkan. Rasanya sayang sekali kalau tulisan-tulisan itu hanya numpuk di dus. Dan menjadi harta karun yang tidak tersentuh. Padahal kalau dibaca banyak orang, pasti akan jadi berkat yang luar biasa. Apalagi untuk urusan arsip, Pak Eka--seperti juga untuk urusan kesehatan--maaf--agak ceroboh. Sebab, konon banyak sekali tulisan-tulisannya itu yang entah di mana.

Saya yakin sekali, kerjasama Pak Eka dan Gloria akan menjalin simbiosis mutualisma. Yang paling merasakan manfaat dari kerjasama ini, siapa lagi kalau bukan masyarakat luas. Khususnya gereja. Semoga.
Sebuah tulisan dalam rangka mengenang Alm. Pdt Eka Darmaputera. Gereja kehilangan salah satu pemikir besar. Saya kehilangan mentor dan tokoh yang saya kagumi dan hormati. Selamat jalan, Pak Eka.

Catatan Harian

Day - 135

Jumat, 17 November 2006 -- Saya baru tahu dari teman situs google video. Di situ bisa down load klip-klip video lucu. Yang saya suka funny soccer. Ada banyak tuh video-video lucu seputar sepakbola. Kayak wasit yang keserimpet bola, pemain yang sudah ngehadapi gawang melompong tapi gagal nyetak gol, kiper yang sudah bisa nangkep bola lalu lepas dan pas ada pemain lawan jadinya gol, atau pemain yang "berlagak" gocak-gocek bola tahunya kekait kaki sendiri. Macem-macem deh.

Dipikir-pikir secara normal aneh juga. Bayangin saja, sudah tinggal ngehadapi gawang kosong. Tinggal ceplosin bola. Lha, bisa gagal. Kiper juga. Ada kiper yang dioper kawan bola pelan. Ia tendang, meleset. Jadi diserobot lawan. Gol. Dan yang bikin blooper tuh kadang bukan pemain kacangan loh. Pemain ternama juga. Kayak Nwanko Kanu, Paul Scholes, Paul Robinson, bahkan David Beckham. Ada-ada saja. Hidup memang ga selalu bisa diurai dengan akal. Ada saja "faktor x" di luar yang normal terjadi :).

Siang ada rapat dengan teman pendeta dan preacher dari kongregasi Inggris. Kita mau bikin kebaktian syukur gabungan bulan Januari yang akan datang. Berkenaan dengan dimulainya renovasi gedung gereja. Kalau sudah rapat atau ikut acara-acara dengan konggreasi lain, saya tuh ga bosan-bosannya nyeselin diri kenapa dulu ga telaten belajar bahasa Inggris. Kalau dulu telaten kan sekarang lancar. Jadi bisa "berbuat" lebih banyak lagi gitu. Hiks.

Terus ikut ramah tamah dengan ibu-ibu Komisi Wanita. Hari ini persekutuan Komisi Wanita terakhir untuk tahun ini. Seperti biasa selesai acara Komisi Wanita ada sedikit makan-makan. Buat saya ini salah satu kesempatan ngobatin kangen makanan Indonesia. Hehehe. Malamnya masih ada acara Family Fellowship daerah Hillview. Pergi dan pulang bareng teman. Sampai rumah hampir jam 10.30-an.

Friday, November 17, 2006

Friday's Joke - 24


Rencana Yang Gagal


Pono duduk di dalam sebuah bar. Ia menatap hampa pada gelas minumannya. Wajahnya murung dan kuyu. Kurang lebih satu jam lamanya ia tercenung begitu. Kemudian, datanglah seorang supir truk, yang biasa bikin onar di bar itu. Ia merebut gelas minuman Pono dengan kasar, lalu meneguknya sampai habis. Pono menangis. Supir truk itu merasa iba, ia menepuk bahunya dan berkata, “Kawan, aku cuma bercanda. Aku ganti minumanmu. Nggak usah menangis. Aku nggak biasa melihat pria muda bersikap cengeng."

Pono menjawab, "Bukan itu masalahnya. Hari ini hari terburukku. Pertama, aku telat bangun sehingga nggak menghadiri rapat penting di kantor. Bos memarahiku habis-habisan. Kedua, bubaran kantor mobilku ternyata raib dicuri. Polisi tidak bisa melakukan apa-apa. Ketiga, ketika aku pulang naik taksi, dompetku ketinggalan di taksi dan akhirnya hilang. Keempat, saat aku pulang ke rumah, istriku ternyata sedang serong dengan tukang kebunku. Kelima, di bar ini aku berpikir untuk bunuh diri dengan minum racun. Tapi Anda malah merebut dan meminumnya!"

Ayah's quote:
Bahkan pun kalau mau iseng, pikirkan dulu. Jangan sampai malah bikin celaka diri sendiri :)

Catatan Harian

Day - 136

Kamis, 16 November 2006 -- Hari ini Karen bagi raport. Good. Sacara umum baik emotional and social, intellectual, maupun physical development oke-lah. Paling banyak A (very good). Beberapa B (good). Ga ada yang I (improving). Satu-satunya yang C (satisfactory) tuh "rests quietly" :). Komen gurunya di raport: "Karen shows pride in her work and assumes responsibilities well. Keep it up."

Buat kita nilai raport Kezia dan Karen menunjukkan mereka sudah melewati saat-saat sulit penyesuaian diri di sini. Kita ber-thx berat kepada para guru Sekolah Minggu yang ganti berganti datang ke rumah "ngajarin" Kezia dan Karen. Semoga kelak kalau ada orang lain yang berada pada posisi seperti kita, kita juga bisa "hadir" seperti teman-teman GSM itu; memberi perhatian dan support yang diperlukan. Thx, rekans.

Agak siangan saya ke kantor. Dapat info dari teman tentang Phantom of Opera yang akan main di Esplanade. Saya buta dengan opera. Kalau teater saya suka. Tapi kata teman itu opera kelas dunia. Ia sendiri sudah nonton dua kali, dan masih pengen nonton lagi. Teman lain bilang bagus buuanget. Katanya banyak orang dari Indonesia yang sudah "ngincer" nonton opera itu. Pertunjukannya sendiri masih bulan Maret atau April 2007. Tapi sekarang pun tiketnya sudah susah dipesan. Jadi pengen nonton juga. Saya sudah minta tolong teman sih pesan tiket.

Saya tuh ga terlalu bisa mengapresiasi musik klasik. Mungkin karena saya ga pinter :). Saya kenal orang-orang yang suka musik klasik, semuanya orang-orang pinter. Saya sih suka musik yang ringan-ringan saja. Kayak Richard Clyderman atau ya Kenny G. Paling mentok Kitaro :). Sudah coba sih nyukai musik klasik, tapi koq ya ga bisa. Konon kan musik ada hubungan dengan kepintaran. Untuk soal ini saya termasuk "kelas menengah ke bawah-lah".

Thursday, November 16, 2006

Thursday Hot Issue - 12


Kunjungan Bush


The Fact :
George W. Bush, Presiden Amerika Serikat, berencana akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Bush baru akan datang tanggal 20 November. Tapi sejak dua minggu sebelumnya, banyak pihak yang sudah mulai sibuk. Pihak Kebun Raya Bogor sibuk menyiapkan helipad di samping kolam teratai. Rencananya "Marine-One" nama sandi helikopter tipe Sikorsky VH-3D atau yang dikenal dengan Black Hawk akan mendaratkan Bush setelah Air Force One parkir di Lanud Halim Perdana Kusumah. Aparat kepolisian adalah pihak yang nggak kalah sibuknya. Keamanan berlapis yang akan dilakukan oleh polisi membuat apel siaga dan berbagai latihan digelar. Para menteri dan pejabat pemerintah Indonesia juga sibuk. Mempersiapkan agenda yang akan dibahas, antara lain tentang bantuan kesehatan untuk program imunisasi, juga bantuan pasca tsunami. Kesibukan lain datang dari para mahasiswa. Mereka tidak henti-hentinya menggelar demo menentang kehadiran Presiden Bush ke Indonesia. Masyarakat Bogor juga resah karena ada kabar pengacakan signal handphone dan tentu saja pengamanan super ketat di Bogor. Ki Gendeng Pamungkas juga nggak mau kalah, katanya ia berniat nyantet Presiden Bush. (Sumber : Media Indonesia Online)

The Lessons :
Menjadi tuan rumah yang baik adalah nilai yang luhur. Secara elegan, pintu rumah kita bisa terbuka bagi siapapun. Tapi, nggak usah alergi mengungkapkan ketidaksenangan hati kita. Yang penting adalah cara menyampaikannya. Sampaikanlah dengan cara elegan dan bukan anarkis. Jangan merusak citra rumah sendiri.

Wednesday, November 15, 2006

Catatan Harian

Day - 137

Rabu, 15 November 2006 -- Hari ini Kezia bagi raport. Good. Ia bisa masuk kelas Rubi lagi. Di sini tuh anak-anak sekolah dikelompokan berdasarkan "kemampuan" akademis. Kelas Rubi adalah kelas yang nomor tiga dari tujuh atau delapan gitu. Saya lupa. Saya kira untuk anak yang masuk di tengah dan orang asing pula, pencapaian Kezia cukup oke. Di resume keseluruhan ada tulisan dari gurunya: "excellent". Buat saya yang membanggakan bukan nilainya, tapi perjuangan Kezia untuk mencapai hasil itu.

Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan begitu saya rasa, ada baiknya ada buruknya. Baiknya, siswa yang pinter ga akan terhambat. Dan siswa yang kurang pinter juga akan lebih terbimbing. Tapi buruknya, anak-anak yang kurang pinter bisa jadi frustrasi dan merasa rendah diri. Saya pribadi berkeyakinan sekolah bukan jaminan sukses dalam karier seseorang. Tapi itu dalam konteks Indonesia. Dalam konteks Singapore, korelasi sekolah dan sukses dalam karier ternyata erat sekali. Makanya konon, banyak anak sekolah di sini yang frustrasi.

Hari ini saya kesal banget. Ceritanya, awal bulan lalu kan kita betulin water heater kamar mandi. Habis 500 $. Kata teman, itu kemahalan. Harga normal 300 $ ganti baru dengan instalasi. Sudah gitu kan ternyata bocor. Kita sudah lapor ke tukang service-nya. Ia janji akan datang, eh ga datang. Dan ga ada kabar berita. Sampai empat kali begitu. Belum lagi beberapa telepon yang ga diangkat-angkat.

Akhirnya saya minta bantuan teman. Mungkin karena saya orang asing di sini, jadi dikerjain. Sudah harga "digetok", keluhan dipandang sebelah mata pula. Siapa yang ga kesal. Kalau di Indonesia saya bisa tulis surat pembaca ke koran. Lha, di sini saya ga tahu. Katanya sih ada juga lembaga perlindungan konsumen gitu di sini. Cuma prosesnya malah bikin lelah sendiri. Ampun deh. Ampun.

Wednesday's Games Idea - 24


Komunikasi Bisu


Jumlah peserta : kelompok besar, di bagi dalam kelompok kecil
Bahan yang Dibutuhkan : Beberapa bundel koran (satu bundel adalah satu hari terbitan, lengkap dengan semua halamannya), sesuai dengan jumlah kelompok. Akan lebih baik kalau setiap bundel berasal dari satu nama koran, misalnya Kompas atau Suara Pembaruan.
Waktu yang dibutuhkan :15-30 menit
Aturan permainan:
Lembar-lembar koran setiap bundel diacak dan ditukar dengan lembar-lembar koran yang ada pada bundel lain, sehingga membentuk satu bundel koran dengan lembar-lembar yang terdiri dari beberapa hari terbitan. Peserta dibagi dalam kelompok. Satu kelompok terdiri dari 6-8 orang. Setiap kelompok mendapat satu bundel koran yang sudah berlainan lembar terbitan itu. Tugas setiap kelompok adalah menyusun bundel koran yang dimilikinya sehingga kembali lengkap satu edisi terbitan. Syaratnya, antara satu kelompok dengan kelompok lain harus saling memberi, tidak boleh saling meminta. Dan selama proses tukar-menukar lembar koran tidak ada yang boleh berbicara.
Tujuan permainan:
Dibutuhkan kepekaan untuk memahami kebutuhan orang lain. Dibutuhkankan kerendahan hati untuk mengerti maksud orang lain. Dan, betapa pentingnya komunikasi untuk melakukan semua itu.

Tuesday, November 14, 2006

Catatan Harian

Day - 138

Selasa, 14 November 2006 -- Pagi ke GPO. Ada rapat dengan teman pendeta dan preacher GPO dan GPBB. Fokus rapat nyusun tema khotbah untuk tahun depan. Waktu saya di GKI Bekasi Timur dulu, dan kemudian juga di GKI Kayu Putih, tema khotbah biasanya disusun per tahun. Melibatkan beberapa aktivis. Modusnya mirip seperti nulis buku; ada tema besar selama setahun, lalu dibagi "bab-bab", dibagi lagi "sub-sub bab". Jadi arahnya tuh jelas.

Saya sebetulnya bermimpi, tema khotbah tuh ga hanya disusun per tahun. Tapi minimal per tiga tahun. Jadi dalam kurun waktu tiga tahun ke depan, kita ingin jemaat kita tuh gimana. Setelah itu lalu kita pecah per tahun per tahun. Saya rasa tema khotbah harus mendapat perhatian sangat besar. Digumuli dengan serius. Sebab satu-satunya kegiatan rutin gereja yang melibatkan jemaat paling banyak, hanya kebaktian Minggu. Tema-tema khotbah harus punya arah berkenaan dengan visi dan misi gereja. Sekaligus bertolak dari kebutuhan dan realitas yang ada.

Makan siang bareng teman-teman di Kopitiam depan Meseum dekat GPO. Saya makan Hokian Mie. Tapi ga seenak yang diseberang GPBB :). Dari situ bareng teman sempet lihat-lihat film di Cathay Cinepleks. Pengen juga saya nonton film. Selama di sini saya belum pernah nonton film nih. Film James Bond lagi ditunggu-tunggu. Diputer di sini tanggal 16 Nov. Tapi tiket sudah bisa di-book dari kemarin. Tadi kita sih cuma lihat-lihat. Terus pulang naik bis. Dari Orchad ke rumah naik bisa bisa 1 jam lebih. Sempet tertidur di bis. Ngantuk banget.

Saya ga ke kantor. Ga ada yang khusus juga. Malam rapat sie acara Natal di West Mall :). Di West mall dengan pertimbangan lebih ngriit waktu, dan bisa sekalian dinner gitu. Di Singapore Natal memang sangat meriah. Jauh lebih meriah dibanding dengan di Indonesia. Tapi GPBB dan GPO Natal relatif tidak "sesibuk dan seramai" di Jakarta. Maklum juga akhir tahun malah jemaat banyaknya pulang ke Indonesia :).

Tuesday's Song - 28

Jalan Hidup Tak Selalu
NKB 170 - Syair asli : Love's Rainbow oleh Flora Kirkland,
diterjemahkan oleh : E.L. Pohan

Jalan hidup tak selalu, tanpa kabut yang pekat
Namun kasih Tuhan nyata, pada waktu yang tepat
Mungkin langit tak terlihat, oleh awan yang tebal
Di atasnyalah membusur p'langi kasih yang kekal

Reff.
Habis hujan tampak pelangi, bagai janji yang teguh
di balik duka menanti, pelangi kasih Tuhanmu

Jika badai menyerangmu, awan turun menggelap
Carilah di atas awan pelangi kasih yang tetap
Lihatlah warna-warninya, lambang cinta yang besar
Tuhan sudah b'ri janjiNya, jangan lagi kau gentar

Jauhkan takut, putus asa, walau jalanmu gelap
perteguh kepercayaan dan langkahmu pertegap
"Tuhan itu ada kasih", itulah penghiburmu
di atas duka bercahaya pelangi kasih Tuhanmu.

Renungan:
Selama hidup di dunia, kita tidak akan lepas dari yang namanya pencobaan; entah berupa sakit penyakit, kerikil-kerikil dalam rumah tangga, tantangan-tantangan di pekerjaan, atau apa saja. Dalam situasi demikian, iman memungkinkan kita melihat dan merasakan karya kasih Allah di balik badai pekat apa pun dalam kehidupan. Bahwa betapa pun, rancangan Tuhan bukanlah rancangan kecelakaan, tapi rancangan damai sejahtera untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan.

Catatan Harian

Day - 139

Senin, 13 November 2006 -- Hari ini rencananya kita mau ke Vivo City. Ngelihat kapal Doulos. Terus sorenya mau ke Orchad. Jalan-jalan di sepanjang Orchad setelah di-light-up. Kezia dan Karen, mau kita liburkan sekolahnya. Kezia toh sudah ga ada pelajaran. Dan Karen, kalau TK ga apa-apalah sesekali bolos sekolah. Habis kita nyari waktu bisa pergi berempat tuh susah.

Tapi jadinya ga sesuai rencana. Kezia oke ga sekolah. Malah senang ia :). Tapi Karen ga oke. Ia ngotot mau sekolah. Kita rayu-rayu mau ngelihat "Kapal Besar", tetap ia pilih sekolah. Jadi ya sudah, kita harus tunggu Karen sekolah dulu. Dan berarti harus salah satu, ke Vivo City atau ke Orchad. Kita pilih ke Vivo City. Orchad bisa besok-besok.

Sore jam 3-an, setelah Karen pulang sekolah, kita ke Vivo City. Naik bis dari depan rumah satu kali. Sekitar 45 menit. Kita langsung ke Kapal Doulos. Ga kepikir deh, kapal segede itu bisa merapat persis di pinggir mall :). Doulos tuh kapal misi. Mottonya "Serving The Nations". Seangkatan dengan Titanic. Dibikin tahun 1914. Pernah masuk "The Guiness Book of Record". Para awaknya terdiri dari tenaga sukarela dari berbagai negara. Luar biasa.

Kita ke book fair-nya. Bukunya bagus-bagus. Juga CD-CD-nya. Harganya relatif murah pula. Pengennya lama-lama di sana, cuma ya biasa deh Kezia dan Karen kalau sudah dapatin buku yang mereka mau, pengennya cepat-cepat pulang :). Kita ke Toys R Us bentar. Lihat-lihat doang. Kezia dan Karen sih ribut minta beli ini itu. Tapi kita sudah janji ga beli apa-apa. Terus pulang. Naik bisa yang sama. Sampai rumah jam 10-30an.

Monday, November 13, 2006

I Like Monday - 11


Inspiring Singapore :
Duolos, Mission Through Books


Misi membawa ilmu pengetahuan, bantuan dan harapan ke berbagai negara, itulah yang menjadi tujuan Doulos. Kapal yang dibangun tahun 1914 --dua tahun lebih muda dari Titanic--, membawa 348 crew dari 50 negara. Semuanya adalah tenaga kerja sukarela. Terdiri daripara dokter, insinyur, guru, bahkan koki profesional. Kapal Duolos membawa lebih kurang 6.000 judul buku dari berbagai kategori bacaan. Ilmu pengetahuan dan sains, buku masakan, karya-karya literatur, hingga buku anak-anak. Dalam 28 tahun terakhir, tercatat Duolos telah dikunjungi oleh 18 juta orang dari lebih dari 100 negara. Misi kemanusiaan yang dilakukan antara lain menyumbangkan 15 box buku untuk sekolah yang berada di daerah pedesaan Kamboja, membangun 25 perpustakaan di Srilangka, dan menyumbangkan buku dan rak buku untuk para narapidana di Bangkok. Saat ini Doulos sedang merapat di Promenade di Vivo City, Singapore. Ini adalah kunjungan Duolos yang ke 14 kali ke Singapore setelah lawatan terakhirnya di tahun 2001. Dan akan berada di Singapore dari tanggal 10-19 November 2006.* Buku adalah jendela ilmu pengetahuan. Minat baca yang tinggi berkorelasi positif dengan kemajuan tingkat pendidikan sebuah bangsa. Maka patut diacungin jempol ketika ada perhatian yang besar terhadap keberadaan buku di tengah masyarakat. Sudah saatnya pula kita menanamkan kecintaan terhadap buku sedini mungkin. Dan membuka akses selebar-lebarnya kepada sebanyak mungkin orang untuk mendapatkan kesempatan membaca buku.

Sumber : Channel News Asia/Yahoo Singapore

Catatan Harian

Day - 140

Minggu, 12 November 2006 -- Pagi ke gereja. Pimpin pelayanan baptis anak, baptis dewasa dan sidi. Yang khotbah teman. Menariknya, walau temanya masih seputar Doa Bapa Kami, tapi ia mengambil bahan bacaan Alkitab dari kitab 1 Tawarikh. Dan bisa klop. Good. Harus diakui bahwa ada kitab-kitab dalam Alkitab yang sangat jarang dikhotbahkan. Terutama dalam Perjanjian Lama. Jadi seolah ada "kanon dalam kanon".

Di GKI sedang "heboh" tentang liturgi dengan menggunakan lectionari. Sudah diputuskan di persidangan Majelis Sinode. Cuma dalam pelaksanaan rupanya ada "kesulitan". Salah satu tujuan lectionari adalah untuk "pemerataan" bahan bacaan Alkitab yang dikhotbahkan supaya jangan itu-itu terus. Saya kira ini baik. Hanya mungkin pelaksanaannya ga bisa drastis. Perlu juga "menatar" para pendeta bikin khotbah dengan menggunakan lectionari.

Tadi waktu pelayanan sidi saya sempet "error". Salah menyebutkan nama :). Di GPBB tuh ruangan kebaktian agak sempit. Ga memungkinkan naruh meja kecil deket mimbar untuk ngeletakin kertas "contekan". Ga kayak waktu di Kayu Putih. Jadi kalimat-kalimat standar dan nama-namanya harus "hafal mati". Nah, tadi ada nama yang panjang dan agak sulit diucapkan. Sudah nyebut sebagian, terus lupa kepanjangannya. Hilang konsentrasi deh. Ampun. Ampun.

Dari gereja terus ikut acara syukuran teman yang anaknya tadi di sidi. Makan siang sambil ngobrol. Sampai agak sorean. Kembali ke gereja sebentar, terus ke GPO. Ada rapat pleno Majelis Jemaat jam 5. Rencana cuma sampai jam 7, molor sampai hampir jam 9. Hehehe. Ada saja materi yang "ga perlu", tapi toh "harus" dibicarakan. Pulang bareng teman. Sampai rumah 9.30-an.

Sunday, November 12, 2006

Sunny Sunday - 09


Indonesia Plus
Hati Ibu


Ulung Hara Hutama mulai memasuki hari baru. Sebelum 1 Oktober 2006, mata dan kulitnya menguning, warna kotorannya kuning keputihan dan makin lama makin berwarna putih. Dokter menjatuhkan vonis : Ulung mengidap sumbatan saluran empedu. Billiary atresia. Nggak ada jalan lain selain cangkok hati. Didik dan Lisa, orang tuanya panik. Ulung baru berusia 15 bulan. Pilihan segera diambil, membawa Ulung ke Singapura untuk bertemu dengan dokter yang berpengalaman menangani cangkok hati. Karena di Indonesia belum ada satupun rumah sakit yang melakukan cangkok hati, apalagi pada bayi. Operasi transplantasi hati pertama kali dilakukan pada manusia pada Maret 1963 di Denver, Amerika Serikat. Singapura sudah mengembangkan operasi ini sejak tahun 1990-an. Niat orang tua Ulung urung karena diyakinkan oleh tim dokter RS Kariadi Semarang. Bersama dengan tim dokter dari Singapura, tim dokter RS Kariadi dibawah pimpinan Dr Yulianto Suwardi dengan anggota 83 dokter memulai persiapannya. Donornya adalah Lisa Olivia, Sang Ibu. Seperempat bagian dari liver milik Lisa akan ditanam menggantikan hati sang anak yang sudah rusak. 1 Oktober 2006, operasi 12 jam itu berjalan lancar. Sebulan kemudian Ulung mulai pulih. Lisa juga. (Sumber : Majalah Tempo)

Ayah's Plus Point :
Kasih Ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia....

Saturday, November 11, 2006

Catatan Harian

Day - 141

Sabtu, 11 November 2006 -- Kemarin sore waktu ke GPO naik taxi, mau masuk ke Orchad macet sekali. Biasanya kalau week-end di sana memang macet. Tapi kayaknya ga semacet itu deh. Kata teman mungkin karena ada light-up di Orchad. Light-up penyalaan secara serentak lampu-lampu hiasan Natal di sepanjang jalan dan mal-mal di Orchad. Orchad menjelang Natal dan tahun baru seperti biasa rame banget. Dihias "habis-habisan". Natal di sini benar-benar sudah menjadi bisnis gede-gedean.

Pulang dari GPO dengan beberapa teman makan di seberang Bukit Timah Plaza. Ada restoran India Melayu yang buka 24 jam di situ. Sop buntut dan Prata Tissue-nya enak. Pulang ke rumah hampir jam 12. Dewi, Kezia dan Karen juga baru pulang dari mancing udang di daerah Pasir Ris. Diajak teman. Jadi kita masih ngobrol dulu. Kata Dewi, udangnya sama dengan yang di Gubuk Mang Engking, Yogyakarta. Hehehe.

Agak sore ada percakapan Majelis Jemaat dengan para calon penerima baptis dan sidi. Terus ikut Family Fellowship di Choa Chu Kang. Untuk Family Fellowship ini kita pakai buku Down to Earth Spirituality, Spritualitas yang membumi, menjumpai Tuhan dalam kehidupan yang biasa dan membosankan, penulisnya R. Paul Stevens. Bertolak dari kisah keluarga Yakub. Buku yang menarik.

Kisah keluarga Yakub tuh penuh "pernak-pernik". Tipikal keluarga dengan banyak masalah; pilih kasih orang tua, tipu muslihat, perseteruan kakak-adik, dsb. Topik yang tadi kita bahas tentang kelahiran. Sharing dari buku dan dari kehidupan sehari-hari. Dilanjutkan ramah tamah. Pulang sampai rumah jam 10-an. Besok ga ada pelayanan khotbah, tapi ada pelayanan baptis anak dan dewasa serta peneguhan sidi.

Renungan Sabtu - 27


Anugerah Itu : Eka Darmaputera


Barangkali tidak ada yang tahu, bahwa bagi saya, berkenalan dengan Pak Eka, lantas menjadi rekan sekerja, lebih dari itu menjadi dekat, ibarat mimpi yang menjadi kenyataan. Ceritanya begini.

Dulu sekali, saya masih mahasiswa semester tiga di Duta Wacana, buku Pak Eka, Etika Sederhana Untuk Semua, terbit. Ketika itu di kalangan teman-teman sekampus nama Pak Eka sudah "harum"; sosok dan tulisannya kerap menjadi bahan pembicaraan. Ada beberapa teman yang saya tahu rajin sekali mengkliping tulisan Pak Eka di Suara Pembaruan. Saya juga suka mengklipingnya, cuma ya sesekali. Soalnya saya tidak selalu punya uang untuk beli koran.

Saya membaca habis buku itu. Dan amat terkesan. Materi yang berat dan sarat, dipaparkan dengan bahasa sederhana. Dengan cara yang menarik dan kreatif pula. Ini memang salah satu dari banyak kelebihan Pak Eka: Membuat sesuatu yang sulit dicerna menjadi enak dibaca dan perlu. Sampai kini istilah "pemandu wisata" yang Pak Eka pakai untuk menyebut perannya dalam buku itu, masih kerap saya "pinjam" kalau memimpin acara pembinaan.

Setelah membaca buku itu saya berkeinginan berkirim surat ke Pak Eka. Selain karena dari buku itu ada beberapa hal yang ingin saya percakapkan, juga saya terilhami oleh surat-menyurat Walter Trobisch dengan gadis bernama Karen yang kemudian dibukukan. Siapa tahu surat-menyurat Pak Eka dengan saya juga bisa dibukukan, begitu saya pikir. Ketika itu tidak terbersit sedikit pun dalam benak saya, bahwa suatu saat saya akan menjadi rekan sekerja Pak Eka.

Lalu saya menulis surat. Namun entah mengapa, setelah tiga lembar folio dan belum selesai saya berhenti. Mungkin karena tertunda-tunda menyelesaikan, jadi malah tidak pernah selesai. Pendek kata saya tidak jadi berkirim surat ke Pak Eka. Surat yang belum selesai itu saya robek. Jadi ibarat orang bermimpi, mimpi belum selesai sudah terbangun. Ya, sudah.

Sampai tiga setengah tahun kemudian setelah saya lulus, tidak dinyana oleh BPMS bersama dua rekan yang lain saya ditempatkan di GKI Bekasi Timur sebagai calon pengerja. Penempatan calon pengerja lulusan STT 1991 waktu itu memang unik, berbeda dari sebelum dan sesudahnya. Mungkin saking uniknya saya sendiri malah tidak tahu bagaimana menuliskannya di sini. Para "saksi mata" dan yang mengalami pasti tahulah.

Selanjutnya empat tahun lebih saya, kalau mau memakai istilah yang bombastis, "senasib dan sepenanggungan" dengan Pak Eka di GKI Bekasi Timur. Sekali lagi ini istilah bombastis, makna yang sebenarnya silakan tafsirkan sendiri. Saya berelasi lebih dekat dengannya. Saya kerap bercerita kepadanya, dan mendengar ceritanya. Saya banyak belajar darinya; entah melalui obrolan dengannya yang selalu aspiratif, atau bahkan melalui sikap "diamnya".

Bagaimana perasaan saya terhadap Pak Eka, barangkali bisa disejajarkan dengan perasaan Thio Cui San, ayah Tio Bu Ki, terhadap gurunya, Thio Sam Hong, pendiri Bu Tong Pay, dalam cerita silat Golok Pembunuh Naga; antara kagum dan hormat, antara segan dan sayang. "Tapi guruku tak usah lari keras. Sekali ia berjalan atau berlari pelan-pelan, kami sudah tidak dapat mengikutinya," begitu kata Cui San suatu ketika. Ya, Pak Eka tidak perlu bicara banyak, cukup anggukan dan senyuman dalam sikap diamnya itu sudah berarti sangat banyak buat saya. Berlebihan? Buat orang lain, barangkali iya. Tetapi buat saya tidak. Memang itulah yang saya rasakan. Dan karena saya yang menulis kesan ini, apa boleh buat, Anda, pembaca, lebih baik terima saja. Atau, berhenti sampai di sini dan lupakan.

Dari GKI Bekasi Timur saya membawa banyak kenangan. Ada kenangan pahit, dan karenanya ingin saya lupakan. Ada kenangan manis yang akan terus saya ingat, dan bingkai menjadi hiasan dalam dinding kehidupan saya. Dan salah satu kenangan manis itu adalah sosok seorang Eka Darmaputera. Bisa jadi karena itu, sampai kini, lima tahun kemudian, saya masih merasa dekat dengan Pak Eka. Bahkan istri saya, dan mungkin anak saya yang baru genap setahun usianya.

Dalam kurun waktu itu, untuk ukuran orang sesibuk Pak Eka, cukup kerap kami bertemu. Pernah sepulang bersama dari suatu acara di Kinasih, saya dan Pak Eka mampir di Bogor menjemput "mantan pacar" (sekarang sudah jadi istri) saya pulang. Pak Eka mungkin tidak tahu, waktu itu saya bangga sekali. Bayangkan, saya bisa mengajak Pak Eka menjemput pacar!

Pernah Pak Eka, bersama Bu Evang, juga datang ke rumah. Nengok Kezia, anak saya yang baru lahir. Ketika itu saya sedang tidak ada di rumah. Dari istri, saya dengar Pak Eka sempet menggendong si Kezia. Tapi anak itu malah nangis. Keras lagi. Untuk yang satu ini, saya tidak punya komentar. Jadi, lewatin saja bacanya. Tapi toh tetap, saya merasa perlu menuliskannya di sini. Namanya juga kenangan. Boleh saja 'kan orang memilih kenangan yang hendak diingatnya.

Sekitar tiga minggu lalu saya bertemu dengan Pak Eka di rumahnya. Kami berbincang tentang suatu hal. Tidak banyak yang berubah pada Pak Eka. Senyum dan raut wajahnya tetap cerah; sikap dan sapaannya, yang membuat siapa pun yang menerimanya merasa "berharga", tetap segar. Ya, bagi Pak Eka sepertinya memang tidak ada orang yang "terlalu kecil" untuk diperlakukan "besar".

Kalau pun ada yang berubah, itu adalah fisiknya. Pak Eka sekarang jauh lebih kurus. Keriput di leher makin mempertegas itu. Saya tahu tentang penyakit yang menggeroti tubuhnya. Dan saya hanya bisa berdoa buatnya. Sambil tetap yakin, tak ada yang bisa menggerogoti cinta di hati saya, dan di hati banyak orang, terhadap Pak Eka. Pak Eka adalah anugerah dari Tuhan, kalau bukan yang terbesar, pastilah salah satu di antara yang besar.

Tulisan ini dibuat khusus saat emeritasi Alm. Pdt Eka Darmaputera, PhD. Merupakan versi asli dari tulisan berjudul "Sepotong Cinta buat Pak Eka" yang dimuat dalam buku Atas Nama Cinta - Ayub Yahya, diterbutkan oleh Kairos. Disajikan kembali sebagai satu dari dua tulisan khusus untuk mengenang Alm. Pak Eka yang lahir tanggal 16 November.

Catatan Harian

Day - 142

Jumat, 10 November 2006 -- Pagi ngobrol sama teman pendeta yang nginep di rumah. Ia spesialisasi liturgi. S2 ia tentang liturgi. Sasya banyak nimba ilmunya. Kalau baca sendiri buku seputar liturgi boring-lah. Apalagi saya bukan peminat ilmu liturgi. Tapi diobrolin ternyata asyik juga. Agak siangan setelah antar Karen ke bus stop kita terus ke West Mall. Bareng Dewi dan teman lain. Kita lunch di Mayim. Resto yang terkenal chicken feet-nya.

Teman saya itu dari Semarang, ia bawain mangga Harum Manis. Enak tuh. Mateng pohon. Di sini mangga jarang yang bagus. Ga pernah beli. Pernah saya lihat mangga Thailand. Gede-gede. Satu 3$. Teman saya itu bilang waktu dulu ia studi di sini dua tahun-an, sampai ngimpi-ngimpi makan mangga :). Mangkanya ia oleh-olehin kita mangga. Yang suka mangga tuh Dewi. Saya sih biasa sajalah. Ada teman lain juga yang suka banget mangga. Kita bagi ke ia.

Dari West Mall saya terus ke gereja. Pimpin persekutuan Komisi Wanita. Hujan deras banget. Minggu depan persekutuan Komisi Wanita terakhir untuk tahun ini. Selanjutnya libur. Di sini tuh akhir tahun jemaat banyak yang pulang ke Indonesia. Jadi kegiatan gereja relatif berkurang. Persekutuan pemuda dan remaja pada bulan-bulan ini juga libur. Melihat acara yang sudah direncanakan kayaknya Natal tahun ini akan menjadi Natal "tersantai" saya dalam 15 tahun terakhir. Hehehe.

Sore ikut ceramah liturgi di GPO. Interesan sekali. Teman saya ini selain memang sangat menguasai seluk beluk liturgi. Presentasinya pakai power point juga sangat oke. Mulai dari beberapa kesalahpahaman, misalnya istilah liturgis untuk pemandu ibadah. Ini keliru harusnya liturgos. Lalu peran-peran dalam kebaktian. Kerap jemaat berperan sebagai penonton, para petugas kebaktian adalah pemain, dan Tuhan adalah sutradara. Ini keliru. Harusnya, yang jadi pemain adalah jemaat. Sutradara adalah para petugas kebaktian. Dan Tuhan penonton. Good. Bravo, teman.

Friday, November 10, 2006

Friday's Joke - 23

Perampokan di Bank


Siang itu sekelompok perampok nekat beraksi di sebuah bank di jantung kota. Mereka membawa senjata api. Salah seorang perampok menodongkan senjatanya ke arah kasir.
"Serahkan semua uang yang ada di brankas, atau nama kamu tinggal pulang!!!" ancam si rampok.
Sambil ketakutkan si kasir menjawab,
"Maksud bapak 'pulang tinggal nama' kali?"
"Jangan coba-coba mengalihkan pembicaraan!" kata si rampok.

Ayah's quote :
Betapa sulitnya mengakui kesalahan. Konon manusia adalah "the great manufacturer". Handal membuat sesuatu. Beberapa dari kita sangat handal membuat kebaikan, beberapa lagi sangat handal membuat masalah, dan sisanya sangat handal membuat alasan.

Catatan Harian

Day - 143

Kamis, 9 November 2006 -- Siang pelawatan dengan ibu-ibu Komisi Wanita. Hujan deras nih. Malah di daerah East Coast, got di tengah jalan sampai kayak sungai deras. Tapi ga sampai banjir sih :). Asyik banget rasanya lihat "sungai" deras di tengah kota gitu. Jadi ingat waktu banjir besar di Jakarta beberapa tahun lalu. Saya sempet tuh naik perahu karet di sungai di tengah jalan Boulevard Kelapa Gading :). Waktu itu kita ngirimin makanan dan evakuasi orang yang terjebak banjir.

Minggu-minggu ini Singapore musim hujan. Tapi jadi enak. Udara jadi sejuk. Saya baca di internet, Jakarta tengah bersiap menghadapi banjir :). Di daerah tertentu di Jakarta malah ada yang langganan banjir. Tiap akhir tahun, musim hujan mesti banjir. Sampai sudah begitu biasanya. Memang ga gampang sih tangani banjir. Singapore bisa tangani masalah Banjir karena pembangunan di negeri pulau ini dari awal direncanakan. Sedang Jakarta pembangunan ga terencana dengan baik gitu. Dimana-mana perencanaan dari awal itu perlu. Karena lebih mudah mengatur sesuatu yang baru daripada merombak yang sudah jadi.

Di gereja juga begitu. Kalau sejak masih “kecil”; jemaatnya belum banyak, kegiatannnya belum padat, sudah direncanakan dan disiapkan dengan matang. Visi dan misinya jelas. Bisa lebih terarah. Program-program pembinaan, administrasi gereja dan juga struktur organisasi bisa lebih jelas arahnya. Dan ga tambal sulam. Rasanya ga sedikit gereja besar yang karena dulunya ga ditata dan direncanakan dengan baik. Jadinya hanya “menggelinding” saja. Database jemaat ga ada. Akhirnya, kegiatan-kegiatan pelayanan kepada jemaat jadi ga maksimal. Untuk ngatur lagi biasanya lebih sulit. Walau bukan berarti ga mungkin.

Sepulang pelawatan saya ga langsung pulang. Terus ke gereja. Selain karena hujan deras, malamnya ada rapat misi di gereja. Jadi sekalian gitu. Rapat kelar jam 10-an. Hari ini juga ada teman pendeta dari Indonesia datang. Ia mau pimpin pembinaan dan khotbah di GPO dan GPBB. Ia nginep di rumah. Jam 11.30 ia sampe ke rumah dianter teman. Saya ga bisa jemput karena hari ini jadwal saya padat banget.

Thursday, November 09, 2006

Thursday Hot Issue - 11


Tommy Bebas


The Fact :
29 November 2001, prestasi kepolisian Indonesia dipuji dimana-mana. Hari itu, buronan kelas kakap berhasil ditangkap. Tommy Soeharto, anak mantan Presiden Soeharto yang telah berkuasa 32 tahun, yang buron beberapa waktu ditangkap di Jalan Maleo Jakarta Selatan. Di persidangan Tommy menghadapi empat tuduhan sekaligus. Terlibat pembunuhan Hakim Agung Syafiudin Kartasasmita, pemilikan senjata api dan bahan peledak di dua tempat dan melarikan diri. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menghukum Tommy 15 tahun penjara pada Juli 2002. Hasil Peninjauan Kembali Mahkamah Agung membuat hukuman tersebut berkurang menjadi 10 tahun. Tommy menghuni LP Batu Nusakambangan dan kemudian dipindahkan ke LP Cipinang. Di balik jeruji konon Tommy mendapatkan perlakukan istimewa dibanding dengan napi lain. Selama di penjara, Tommy menerima remisi 36 bulan 5 hari. Dan terakhir mendapatkan pembebasan bersyarat pada 30 Oktober 2006. Tommy hanya menjalani 4 tahun 11 bulan dari total masa hukumannya, dan keluar sebagai orang bebas. Siap kembali memimpin jaringan bisnisnya. Sementara keluarga Hakim Agung Alm. Syafiudin Kartasasmita harus menerima "keadilan" versi hukum ini tanpa bisa protes. (Sumber : Majalah Tempo)

The Lessons :
Kerap keadilan adalah hal yang paling sulit dicari di dunia ini. Penuh dengan ambigu. Penuh dengan celah. Juga ruang untuk dalih dan dalil. Nggak jarang demi alasan keadilan seseorang malah mengorbankan rasa keadilan orang lain. Mungkin nggak ada hakim yang adil di dunia ini. Nggak ada hukum yang mampu dijalankan secara konsisten. Tapi, bukankah kita tidak hanya "hidup" saat di dunia ini saja? Dan, bila saat itu tiba, keadilan yang hakiki akan dinyatakan.