Selasa, 28 November 2006 -- Hari ini benar-benar penuh dengan "nostalgia" deh. Pagi-pagi ikut teman anter anaknya sekolah di Kalam kudus Jalan Jambon. Waktu tinggal di Jogja beberapa tahun lalu, Kezia dan Karen sekolah di situ. Sempat lihat juga rumah kontrakan dulu. Ga ada yang berubah. Juga sawah di depannya. Sayang ga sempat ketemu dengan Pak Mardi. Ia yang punya sawah itu. Luasnya sama dengan enam buah rumah yang berderet di depan sawah itu. Satu rumah rata-rata 400 m2.
Usianya sudah 80 tahun lebih. Orangnya sangat sederhana. Kemana-mana perginya pake sepeda tua. Jadi ingat dulu juga saya sering diboncengin Papa saya pake sepeda model begitu. Ia mengelola sawahnya sendiri. Dihitung-hitung kalau sawahnya dijual, lalu uangnya didepositokan, ia bisa keliling dunia dan"ongkang-ongkang kaki" seumur hidupnya. Tanah di sana sudah mahal. Kira-kira 700 ribuan per m2. Saya pernah lontarkan "ide" ini. Pak Mardi cuma ketawa.
Kenikmatan bekerja dan kecintaan terhadap sesuatu memang ga bisa dinilai dengan uang. Betapa bahagianya orang yang bisa "keluar dari jerat" kekuasaan uang. Seperti Pak Mardi. Seharian kongkow dengan teman-teman dari penerbit Gloria dan Kairos. Ngobrol dengan mereka bagi saya serasa menemukan dunia sendiri :). Asyik. Banyak ide yang muncu. Buku saya "And They Lived Happilly Ever After" mau diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, nyiapin buku kelanjutannya, bikin serial buku humor, dan sebagainya.
Malam ke Bandara diantar teman. Dari Cengkareng terus ke Kelapa Gading. Gabung teman-teman Demuda Kayu Putih. Kita makan di Restoran Pan-Pan. Kongkow lagi :). Nostalgia lagi :). Ngobrol dengan teman-teman Demuda tuh punya keasyikan tersendiri. Yang pasti selalu penuh tawa dan canda. Sampai agak malam. Terima kasih Tuhan atas kehadiran teman-teman dalam hidup saya. Semoga kehadiran saya juga membuat mereka merasa bersyukur
Usianya sudah 80 tahun lebih. Orangnya sangat sederhana. Kemana-mana perginya pake sepeda tua. Jadi ingat dulu juga saya sering diboncengin Papa saya pake sepeda model begitu. Ia mengelola sawahnya sendiri. Dihitung-hitung kalau sawahnya dijual, lalu uangnya didepositokan, ia bisa keliling dunia dan"ongkang-ongkang kaki" seumur hidupnya. Tanah di sana sudah mahal. Kira-kira 700 ribuan per m2. Saya pernah lontarkan "ide" ini. Pak Mardi cuma ketawa.
Kenikmatan bekerja dan kecintaan terhadap sesuatu memang ga bisa dinilai dengan uang. Betapa bahagianya orang yang bisa "keluar dari jerat" kekuasaan uang. Seperti Pak Mardi. Seharian kongkow dengan teman-teman dari penerbit Gloria dan Kairos. Ngobrol dengan mereka bagi saya serasa menemukan dunia sendiri :). Asyik. Banyak ide yang muncu. Buku saya "And They Lived Happilly Ever After" mau diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, nyiapin buku kelanjutannya, bikin serial buku humor, dan sebagainya.
Malam ke Bandara diantar teman. Dari Cengkareng terus ke Kelapa Gading. Gabung teman-teman Demuda Kayu Putih. Kita makan di Restoran Pan-Pan. Kongkow lagi :). Nostalgia lagi :). Ngobrol dengan teman-teman Demuda tuh punya keasyikan tersendiri. Yang pasti selalu penuh tawa dan canda. Sampai agak malam. Terima kasih Tuhan atas kehadiran teman-teman dalam hidup saya. Semoga kehadiran saya juga membuat mereka merasa bersyukur
No comments:
Post a Comment