Kamis, 2 November 2006 -- Di Pekanbaru tempo hari saya sempet ke Gramedia. Beli buku "Meninggalkan Keangkuhan, Bersahabatkan Keberhasilan, Memasuki Keheningan", kumpulan wawancara Gede Prama di berbagai majalah. Dan "The Innocent Rebel", sisi aneh orang Jakarta. Ini kumpulan feature di majalah Djakarta. Kayak buku "Jakarta Under Cover", tapi ya lebih "realistis" gitu :).
Menarik membaca perjalanan hidup seorang Gede Prama. Ia berangkat dari nol. Katanya, ia hidup dari "keterpaksaan" ke "keterpaksaan" lainnya. Saya jadi berpikir tentang diri saya sendiri. Banyak hal yang dulu kalau dipikir-pikir saya tuh ga bisa. Tapi karena dipaksa keadaan jadi bisa juga :). Kayak ngomong di depan umum. Pertama kali saya ngomong di depan umum tuh waktu jadi Ketua Komisi Remaja di Bandung dulu. Ya ampun groginya. Sampai saya inget betul, ketika itu cuma bisa berdiri mematung. Lalu teman-teman pada nertawain. Seperti kata Sidney Sheldon, orang tuh akan bisa kalau harus.
Buku "The Innocent Rebel" menarik juga. Ada cerita tentang sarjana teologi yang dirawat di RSJ Grogol. Lalu cerita para wanita "baik-baik" yang bekerja di tempat "remang-remang". Juga cerita tentang orang-orang yang anti banget dengan sepakbola, "lucunya" alasan antinya itu ada yang memakai agama. Buku ini oke-lah untuk sekadar tahu sisi-sisi lain kehidupan di kota Jakarta.
Siang pelawatan berdua teman, kunjungan ke teman-teman pemuda yang bekerja di daerah Ang Mo Kiu. Cuma saya ga bisa ikut makan karena harus terus pulang. Dewi antar ponakan ke bandara. Kezia dan Karen ga ada yang tunggu pulang. Dari Ang Mo Kiu saya naik taxi. Hampir jam 2 saya tiba di halte bus. Kezia sudah tunggu di sana. Tapi saya lupa ga bawa kunci rumah. Duh. Jadi berdua Kezia tunggu dulu Karen. Karen pulang jam 2.30. Baru kita ke West Mall. Makan. Jam 5-an Dewi gabung dari bandara. Malam ada anak rohani yang datang ke rumah. Kita dinner sambil ngobrol.
Menarik membaca perjalanan hidup seorang Gede Prama. Ia berangkat dari nol. Katanya, ia hidup dari "keterpaksaan" ke "keterpaksaan" lainnya. Saya jadi berpikir tentang diri saya sendiri. Banyak hal yang dulu kalau dipikir-pikir saya tuh ga bisa. Tapi karena dipaksa keadaan jadi bisa juga :). Kayak ngomong di depan umum. Pertama kali saya ngomong di depan umum tuh waktu jadi Ketua Komisi Remaja di Bandung dulu. Ya ampun groginya. Sampai saya inget betul, ketika itu cuma bisa berdiri mematung. Lalu teman-teman pada nertawain. Seperti kata Sidney Sheldon, orang tuh akan bisa kalau harus.
Buku "The Innocent Rebel" menarik juga. Ada cerita tentang sarjana teologi yang dirawat di RSJ Grogol. Lalu cerita para wanita "baik-baik" yang bekerja di tempat "remang-remang". Juga cerita tentang orang-orang yang anti banget dengan sepakbola, "lucunya" alasan antinya itu ada yang memakai agama. Buku ini oke-lah untuk sekadar tahu sisi-sisi lain kehidupan di kota Jakarta.
Siang pelawatan berdua teman, kunjungan ke teman-teman pemuda yang bekerja di daerah Ang Mo Kiu. Cuma saya ga bisa ikut makan karena harus terus pulang. Dewi antar ponakan ke bandara. Kezia dan Karen ga ada yang tunggu pulang. Dari Ang Mo Kiu saya naik taxi. Hampir jam 2 saya tiba di halte bus. Kezia sudah tunggu di sana. Tapi saya lupa ga bawa kunci rumah. Duh. Jadi berdua Kezia tunggu dulu Karen. Karen pulang jam 2.30. Baru kita ke West Mall. Makan. Jam 5-an Dewi gabung dari bandara. Malam ada anak rohani yang datang ke rumah. Kita dinner sambil ngobrol.
No comments:
Post a Comment