Saturday, February 17, 2007

Chinese Tradition - 03


Sejarah Kue Keberuntungan
Chinese Tradition. Rubrik rutin dalam rangka menyambut Chinese New Year


Masih terjadi perdebatan siapa sebenarnya yang membuat Kue Keberuntungan (Fortune Cookies) pertama kali. Konon kue keberuntungan pertama tiba di China pada tahun 1892. Diimport dari Brooklyn dan diiklankan sebagai "Kue keberuntungan buatan Amerika". Tapi ada juga yang punya kisah bahwa kue keberuntungan adalah andil dari David Jung, seorang imigran China yang tinggal di Los Angeles. Ia adalah pendiri Hong Kong Noodle Company. Ia menemukan kue tersebut pada tahun 1918 ketika merasa tergerak dengan orang-orang yang miskin yang meminta-minta padanya. Ia kemudian membuat kue tersebut dan membagikannya. Di dalam kue tersebut diselipkannya kerta berisi kata-kata inspirasional dari Alkitab yang ditulis oleh seorang Pendeta Presbyterian.

Kisah lain, kue tersebut ditemukan oleh seorang Jepang yang tinggal di San Fransisco, Makoto Hagiwara. Ia adalah seorang tukang taman yang mendesain Japanese Tea Garden yang terkenal itu di taman Golden Gate. Seorang walikota anti Jepang memecatnya. Tapi walikota berikutnya mempekerjakannya kembali. Sebagai rasa terima kasih dan penghargaan kepada semua orang yang telah mendukungnya, Hagiwara membuat kue-kue tersebut pada tahun 1914. Di dalamnya diselipkan kata-kata ucapan terima kasih. Dan dibagikannya di Japanese Tea Garden. Pada tahun 1915, itu dipamerkan di Panama-Pacific Exhibition, di San Fransisco.

Kue keberuntungan mulai populer di restoran-restoran di daratan China sebagai pengganti makanan penutup setelah Perang Dunia II. Awalnya dibuat dengan menggunakan bantuan sumpit. Kemudian tahun 1964, Edward Louie dari San Fransisco Lotus Fortune Cookies membuatnya dengan menggunakan peralatan mesin otomatis. Saat ini produsen Kue Keberuntungan terbesar di dunia adalah Wonton Food Inc, Long Island City. Setiap bulan mereka mengapalkan Kue Keberuntungan sebanyak 60 juta.

Ayah's Point of View :
Kemasan boleh punya berbagai nama dan bentuk. Yang penting adalah makna di balik kemasan itu. Sehingga kita tidak memaku diri dan perhatian pada kemasan semata. Dan lupa bahwa kerap kemasan tidak sepenting makna yang ada di baliknya.

No comments: