Monday, January 01, 2007

Catatan Harian

Day - 91

Minggu, 31 Desember 2006 -- Subuh Oma, Opa, Oom dan Tante pulang. Naik Value Air. Saya pimpin kebaktian di GPBB. Karena 31 Desember pas hari Minggu. Jadi kebaktian akhir tahun digabung kebaktian "biasa". Malamnya ga ada kebaktian. Kezia sudah fit dan pulih. Sudah ke sekolah minggu. Ada beberapa kenalan dari Jakarta yang lagi liburan di sini datang ke kebaktian di GPBB. Kita sempet ngobrol sambil tea time. Senang. Senang.

Pulang dari gereja siang. Terus ga ke mana-mana lagi. Sebetulnya ada teman yang ngajak dinner sekeluarga. Tapi ga bisa. Habis di rumah belum beberes neh. Lagian malam teman dari Yogyakarta sekeluarga datang. Mereka mau berlibur di sini. Sampai minggu depan. Biasa kalau ada tamu dari Indonesia, di rumah jadi banyak makanan. Hehehehe.

Malam ga kemana-mana. Inilah malam tahun baru terasyik. Ga kemana-mana. Hanya di rumah. Besok juga free. Rumah tuh tempat terindah di dunia :). Balesin SMS selamat tahun baru dari teman-teman. Teman-teman di sini sih banyak yang nonton kembang api di dekat Fullerton. Tapi kata teman rame banget tuh. Umpel-umpelan. Kalau di Jakarta biasanya pesta kembang api tahun baruan dipusatkan di Ancol. Seumur-umur saya belum pernah lihat. Ga tertarik. Habis antara yang dilihat dan perjuangan untuk melihatnya ga sebanding :)

Lihat detik-detik Saddam Husein dihukum gantung di Google Video. Tenang sekali ia menghadapi saat-saat terakhirnya itu. Kalau baca di buku atau nonton di film, ada dua kemungkin kalau orang itu bisa dengan tenang menghadapi hukuman mati begitu. Orang itu memang pembunuh berdarah dingin. Sudah biasa membunuh. Atau orang itu begitu berimannya. Hukuman mati seperti biasa timbul pro-kontra. Apalagi ini disiarin televisi begitu. Saya setuju dengan komentar Frederico Lombardi, juru bicara Vatikan, “Menempatkan orang yang bersalah kepada kematian bukanlah jalan untuk membangun keadilan, dan masyarakat yang damai.”

No comments: