Saturday, January 13, 2007

Renungan Sabtu - 31


Generasi Milenium

Kita adalah generasi milenium; generasi saksi mata pergantian sebuah milenium baru. Itu berarti, baru akan ada lagi 1000 tahun yang akan datang. Luar biasa? sebenarnya tidak juga. Sebab milenium baru atau bukan itu hanya soal penanggalan (kalender). Di dunia ini ada banyak sekali penanggalan; kalender Yahudi, kalender Persia, kalender Jawa, kalender Hindu, kalender Cina. Setiap kalender memiliki perhitungan sendiri. Pada kalender Yahudi, misalnya, sekarang menunjukkan tahun 5762; lalu kalender Jawa tahun 1933, dan kalender Cina tahun 2551.

Tahun 2001 seperti yang kita kenal sekarang adalah penanggalan barat (tahun masehi). Kalender ini adalah karya Paus Gregorius XIII tahun 1508 (karena itu sering juga disebut Kalender Gregorius), perhitungannya dimulai dari kelahiran Tuhan Yesus. Ide tentang “milenium” itu sendiri (millennium dari bahasa Latin, mille artinya seribu, dan annus artinya tahun) berasal dari Alkitab. Dalam kitab Wahyu istilah “milenium” dipakai berkenaan dengan penglihatan Yohanes di Pulau Patmos mengenai Kerajaan Kristus seribu tahun menjelang akhir zaman.

Gerangan apa yang kita rasakan? Barangkali campur aduk; antara lega dan gundah. Lega, karena akhirnya toh kita sampai juga di sini saat ini. Gundah karena di belakang kita mengiringi tahun-tahun lelah penuh darah; kekerasan, anarkhi, bencana alam, dan yang paling akhir teror bom di malam Natal. Ibarat lukisan yang carut-marutnya dengan noda. Akankah di masa depan keadaan tidak berubah? Tidak ada seorang pun yang bisa memberi jawab pasti. Menduga barangkali iya. Tetapi daripada menduga-duga, apa tidak sebaiknya kita jalani saja hidup ini seperti biasa; lakukan yang terbaik, selebihnya kita serahkan kepada Tuhan. Tugas kita mengerjakan tugas kita sebaik-baiknya, hasilnya itu urusan Tuhan.

Cukup sampai di situ? Belum. Masih ada lagi. Sama seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus, melupakan apa yang di belakang dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapan. Segala nyeri dan pedih mari kita tinggalkan dan tanggalkan di belakang. Tidak mudah memang, tetapi itulah yang harus kita lakukan. Sebab kehidupan tidak surut ke belakang Kita arahkan diri ke depan, kepada kehidupan yang akan kita jalani; kepada kertas kehidupan baru yang siap kita lukisi dengan gambar baru pula. Selamat memasuki tahun baru, abad baru, milenium baru; dengan semangat baru, harapan baru, dan hidup baru.

Dari Buku Potret Diri Tanpa Bingkai – Ayub Yahya, diterbitkan oleh Gloria

No comments: