Saturday, March 24, 2007

Renungan Sabtu - 39


Ibu Suwanti


Belajar tidak mengenal batas usia. Pepatah ini bukan omong kosong. Kalau tidak percaya, tanyakanlah pada Ibu Suwanti.

Ibu Suwanti usia 74 tahun. Tinggal di daerah Cilandak. Sampai sekarang tercatat sebagai mahasiswi program strata satu di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara semester tujuh, jurusan teologi.

Beberapa kali dalam mata kuliah tertentu saya sekelas dengannya. Waktu itu saya ikut program matrikulasi untuk masuk strata dua. Siapa menduga dibalik kerentaannya tersimpan semangat yang besar untuk mengabdi. Dari rumahnya ke kampus di Rawasari, dia mesti naik kendaraan umum sampai empat kali ganti. Pulang pergi berarti delapan kali. Kalau ada kuliah pagi, paling tidak dia sudah harus berangkat pk. 05.30. Kadang kalau tidak sempat sarapan di rumah, dia sarapan di atas kendaraan umum atau disela-sela waktu istirahat. Belum lagi kalau bicara soal matanya. Untuk membaca dia masih harus memakai kaca pembesar, sekalipun sudah berkaca mata.

Saya pernah bertanya kepadanya, apa yang mendorong dia ambil kuliah lagi. Dia bilang, bahwa karena dia ditugaskan menjadi katekis di gerejanya maka dia merasa perlu membina diri lagi. Caranya, ya dengan belajar. Memang dia bisa saja menerima tugas itu dan mengerjakan apa adanya, tetapi dia ingin memberi yang terbaik dari yang bisa dia upayakan.

Katekis adalah orang yang mengajar katekisasi; tujuannya mempersiapkan orang-orang yang hendak dibaptis dan menerima sidi. Di Gereja Katolik, Guru Sekolah Minggu atau orang-orang yang tugasnya berhubungan dengan ngajar-mengajar biasanya juga disebut katekis. Katekisasi arti harafiahnya memang pengajaran.

Terus terang, saya suka merasa malu pada diri sendiri kalau teringat Ibu Suwanti; terutama ketika kemalasan untuk belajar menghinggapi diri saya; terutama ketika semangat untuk memberikan yang terbaik dalam melayani mengendur; dan terutama ketika keengganan untuk menghadapi tantangan begitu menggoda. Terima kasih, Ibu Suwanti, atas hikmah hidup yang tercermin dalam diri Anda.

Dari Buku Potret Diri Tanpa Bingkai – Ayub Yahya, diterbitkan oleh Gloria Graffa

2 comments:

-ian- said...

wow...masa sih pak 74 tahun gitu...
kasihan sekali.....

ayub yahya said...

huss, sep, koq kasihan sekali. bukannya dikagumi :) tapi betul loh itu. luar biasa sekali bu suwanti ini.