Selasa, 20 Maret 2007 -- Pagi Dewi pelawatan dengan ibu-ibu Komisi Wanita. Saya nyiapin Karen sekolah. Semua oke. Cuma waktu "ngepang" rambutnya yang sulit. Sudah sering sih saya belajar ngepang rambut Karen. Tapi ga "lihai-lihai". Alhasil agak acak-acakan. Hehehe. Untung anak-anak-lah. Biasanya kalau Dewi yang ngepang rapih. Dan bisa model-model gitu.
Sore luang. Tadinya janjian sama teman. Ibu ia lagi di sini. Habis operasi. Sudah mau kembali ke Indonesia. Kita mau ajak keluar makan. Tapi ga jadi. Ia-nya tahu-tahu ada tugas kantor. Jadi kita sekeluarga pergi ke West Mall. Kezia Karen pengen main sama temannya. Sekalian ngelihat kondo ia. Asyik juga. Tempatnya strategis. Banyak akses. MRT. Mall. Bis.
Beberapa kali saya lihat rumah yang "asyik", lalu ngebayangin andai bisa punya rumah kayak gitu. Tapi biasanya kalau saya ingin, malah ga kesampaian :). Saya tuh mudah tergoda untuk kepengen punya rumah yang begini dan begitu. Cuma sebatas "mimpi" sih. Bermimpi bukan dosa kan. Asal tetap sadar, bahwa itu mimpi. Sebab bisa celaka loh, kalau sudah ga bisa bedain antara mimpi dan kenyataan.
Punya keinginan juga bolehlah. Bahkan perlu. Keinginan bisa mengarahkan langkah kaki kita. Asal realistis gitulah. Lihat juga kemampuan diri. Saya sih ga setuju ungkapan, "Gantungkan cita-citamu setinggi bintang di langit." Apa ga malah bikin frustasi tuh?! Pula jangan sampai dikendalikan oleh keinginan. Keinginan akan konstruktif selama ia jadi "pelayan". Tapi akan dekonstruktif kalau ia jadi "tuan".
Sore luang. Tadinya janjian sama teman. Ibu ia lagi di sini. Habis operasi. Sudah mau kembali ke Indonesia. Kita mau ajak keluar makan. Tapi ga jadi. Ia-nya tahu-tahu ada tugas kantor. Jadi kita sekeluarga pergi ke West Mall. Kezia Karen pengen main sama temannya. Sekalian ngelihat kondo ia. Asyik juga. Tempatnya strategis. Banyak akses. MRT. Mall. Bis.
Beberapa kali saya lihat rumah yang "asyik", lalu ngebayangin andai bisa punya rumah kayak gitu. Tapi biasanya kalau saya ingin, malah ga kesampaian :). Saya tuh mudah tergoda untuk kepengen punya rumah yang begini dan begitu. Cuma sebatas "mimpi" sih. Bermimpi bukan dosa kan. Asal tetap sadar, bahwa itu mimpi. Sebab bisa celaka loh, kalau sudah ga bisa bedain antara mimpi dan kenyataan.
Punya keinginan juga bolehlah. Bahkan perlu. Keinginan bisa mengarahkan langkah kaki kita. Asal realistis gitulah. Lihat juga kemampuan diri. Saya sih ga setuju ungkapan, "Gantungkan cita-citamu setinggi bintang di langit." Apa ga malah bikin frustasi tuh?! Pula jangan sampai dikendalikan oleh keinginan. Keinginan akan konstruktif selama ia jadi "pelayan". Tapi akan dekonstruktif kalau ia jadi "tuan".
No comments:
Post a Comment