Kamis, 22 Maret 2007 -- Teman dari Jakarta bawa oleh-oleh gepuk Nyonya Ong. Asyik euy. Gepuk tuh makanan khas Jawa Barat. Daging sapi dipotong segi empat tipis. Direbus dengan kuah bumbu. Sampai empuk. Nyerep. Istilahnya diungkep. Terus digoreng. Makannya dicuirin pakai tangan. Dicocol sambal terasi. Ditaburi bawang goreng. Rasanya agak manis-manis gitu.
Waktu saya kecil gepuk makanan “mewah” keluarga. Ga setahun sekali ada. Begitu "mewah" sampai kita plesetin. Gepuk: gep kurupuk. Bahasa Sunda. Gep artinya pegang, ambil, dapat. Maksudnya, "berlagak" makan gepuk nyatanya makan kerupuk. Gepuk Nyonya Ong pusatnya di Bandung. Punya beberapa cabang di Jakarta dan Tangerang.
Tapi bicara rasa, gepuk bikinan mama saya jauh lebih enak. Suer deh. Cuma kita ga bisa menjualnya. Makanya "ga jadi" uang. Hehehe. Untuk bisnis "pinter" bikin produk bagus saja ga cukup. Perlu juga "pinter" menjual; mengemas, memberi "citra", memanage. Restoran kayak KFC dan McD juga begitu kan. Kalau cuma bikin ayam goreng tepung atau burger sih banyaklah yang bisa. Tapi yang sekaligus bisa menjualnya ga banyak.
Dapat surat dari kepolisian Singapore. Pemberitahuan saja sih. Bahwa pengendara mobil yang tempo hari nabrak Kezia sudah dikenakan denda sekian ratus dolar. Plus pengurangan point SIM-nya. Dipikir-pikir kasihan juga. Sebab sebetulnya kalau ditelisik, kita sebagai orang tuanya ada salahnya juga kan. Lalai menjaga Kezia hingga ia "lepas" nyeberang sendiri. Malam ikut Family Fellowship daerah Hillview.
No comments:
Post a Comment