Pemburu Kusta Tiga Zaman
Paulus Osok adalah orang pertama Indonesia dan orang ketiga di dunia yang menerima penghargaan dari badan lepra dunia, The Nederlands Stichting voor Leprabestrijding (NSL) pada tahun 1989. Sebelumnya, ia juga pernah menerima penghargaan dari Menteri Kesehatan RI atas pengabdian dan jasanya bagi peningkatan usaha-usaha kesehatan, khususnya bidang higienis dan sanitasi. Selain itu, bersama istrinya Mama Benedicta Lau Manyauw Castro, menerima penghargaan Berkat Apostolik dari Paus Yohanes Paulus II atas jasa dan pengabdiannya selama 34 tahun bekerja untuk membantu penderita kusta (lepra) di Kabupaten Merauke. Ia menamatkan pendidikan sekolah perawat di Makassar tahun 1946. Pada periode 1959, Paulus Osok merintis pelayanan pemberantasan penyakit kusta dan frambusia yang selama ini tidak terlayani. Pekerjaan yang ditangani di luar pekerjaan rutinnya di RS Merauke. Kesabarannya mencari dan melayani/mengobati penderita kusta membuat ia dijuluki sebagai "Mantri Pemberantas Kusta". Keuskupan Agung Merauke menjulukinya "Bapa Pembela Kusta". Pada 15 Maret 2007, Paulus Osok meninggal dunia pada usia 85 tahun di Merauke Papua. Tapi karyanya tak pernah mati. (sumber:kompas.com)
Ayah’s Plus Point :
Sebuah karya kemanusiaan, yang bertolak dari "pengabdian" tidak kenal lelah dan ketulusan hati, di pelosok manapun itu terjadi harumnya pasti semerbak tercium ke seantero jagad. Mengatasi jarak dan waktu. Dan jejaknya melekat di hati siapapun. Semoga cerita-cerita "indah" seperti ini bisa semakin sering berkumadnang di Indonesia.
Ayah’s Plus Point :
Sebuah karya kemanusiaan, yang bertolak dari "pengabdian" tidak kenal lelah dan ketulusan hati, di pelosok manapun itu terjadi harumnya pasti semerbak tercium ke seantero jagad. Mengatasi jarak dan waktu. Dan jejaknya melekat di hati siapapun. Semoga cerita-cerita "indah" seperti ini bisa semakin sering berkumadnang di Indonesia.
No comments:
Post a Comment