Senin, 5 Maret 2007 -- Bagi saya Senin tuh bisa dibilang hari “recovery”. Setelah kegiatan padat di hari-hari sebelumnya. Cuma ga tahu kenapa, kerap hari Senin saya malah flu gitu. Kayak hari ini. Hidung mampet. Meler. Ga nyaman. Salah saya juga sih. Ga bisa diam. Ga bisa kalau ga ngapa-ngapain. Ga hari kerja ga hari libur. Ngetik. Baca. Mungkin begitu cara tubuh “protes”:).
Waktu santai perlulah. Benar-benar santai gitu. Katanya di Eropa dan Amerika sekarang ini sedang berkembang trend kerja baru. Bukan mendorong orang menjadi hardworker, tapi smartworker. Di Italia misalnya diterapkan 5 jam kerja setiap hari. Waktu kerja dioptimalkan. Efisien tapi tetap produktif. Orang jadi punya waktu untuk menikmati hidup. Untuk diri sendiri juga untuk keluarga. Good. Kerja untuk hidup, bukan hidup untuk kerja kan :).
Menurut saya semua itu tergantung kita juga koq. Gimana ngatur prioritas. Juga tergantung orang-orang sekeliling kita. Gimana mereka memahami pilihan kita. Seperti hari ini. Mestinya saya datang ke acara pertemuan para Bapak. Tapi dipikir-pikir saya sudah lama ga pergi bareng keluarga. Jadi saya ijin ga datang. Teman-teman sih ngerti. Thx, temans.
Jadi hari ini saya bisa membayar “utang” ke Dewi, Kezia dan Karen. Temenin Dewi belanja keperluan sehari-hari. Terus malamnya sehabis Kezia dan Karen les Mandarin, kita jalan ke Bukit Panjang Plaza. Naik bis. Sekalian nyari raket badminton buat Kezia. Belum semua “lunas” sih. Masih “ngutang” nemenin mereka berenang. Terutama Karen. Ia katanya pengen nyobain berenang malam-malam :).
Waktu santai perlulah. Benar-benar santai gitu. Katanya di Eropa dan Amerika sekarang ini sedang berkembang trend kerja baru. Bukan mendorong orang menjadi hardworker, tapi smartworker. Di Italia misalnya diterapkan 5 jam kerja setiap hari. Waktu kerja dioptimalkan. Efisien tapi tetap produktif. Orang jadi punya waktu untuk menikmati hidup. Untuk diri sendiri juga untuk keluarga. Good. Kerja untuk hidup, bukan hidup untuk kerja kan :).
Menurut saya semua itu tergantung kita juga koq. Gimana ngatur prioritas. Juga tergantung orang-orang sekeliling kita. Gimana mereka memahami pilihan kita. Seperti hari ini. Mestinya saya datang ke acara pertemuan para Bapak. Tapi dipikir-pikir saya sudah lama ga pergi bareng keluarga. Jadi saya ijin ga datang. Teman-teman sih ngerti. Thx, temans.
Jadi hari ini saya bisa membayar “utang” ke Dewi, Kezia dan Karen. Temenin Dewi belanja keperluan sehari-hari. Terus malamnya sehabis Kezia dan Karen les Mandarin, kita jalan ke Bukit Panjang Plaza. Naik bis. Sekalian nyari raket badminton buat Kezia. Belum semua “lunas” sih. Masih “ngutang” nemenin mereka berenang. Terutama Karen. Ia katanya pengen nyobain berenang malam-malam :).
2 comments:
Saya senang dengan renungan yang ini, Pak. Seringkali orang terjebak dalam rutinitas pekerjaan hingga lupa akan lingkungan sekitar. Bahkan mungkin tak menghiraukan badannya yang letih. :)
iya, davis. apalagi dalam konteks sing yang begitu sibuk :) makanya tenis itu perlu kan hehehe
Post a Comment