Selasa, 6 Maret 2007 -- Pagi bersama beberapa ibu dari Komisi Wanita melawat ke Mount Alvernia. Rumah Sakit Katolik di daerah Thompson. Kata teman itu rumah sakit relatif paling murah di Singapore. Pelayanannya juga bagus. Perawatnya ramah. Tiap pasien dikunjungi suster untuk didoakan. Good. Rumah sakit Kristen harus ada bedanyalah dengan rumah sakit umum.
Kita ngunjungi seorang Ibu. Belum pernah ketemu sebelumnya. Saya tahu ia dari teman pendeta di Jakarta. Ia SMS ada salah seorang anggota jemaatnya yang sakit. Berobat di Singapore. Sendirian. Suaminya ga bisa nemenin karena harus kerja di Jakarta. Datang paling kalau weekend. Kita berdoa. Terus saya kasih buku: Ku Gapai Hadir-Mu.
Saya ga tahu detil sakitnya. Ga tanya pula. Kalau ngelawat orang sakit saya berusaha ga tanya banyak tentang sakitnya. Itu kan pertanyaan standar. Bayangkan kalau setiap yang datang pertanyaannya sama. Itu. Kan kasihan yang sakit. Kecuali ia yang cerita sendiri. Buat saya kunjungan tuh lebih pada pendampingan. Berdoa. Menghibur. Menguatkan. Ga harus bicarain sakitnya apa. Berapa lama. Gimana rasanya.
Terus kita nengok seorang oma di daerah Clementi. Agak siang pulang. Naik MRT. Dapat SMS dari teman. Riau dan Padang diguncang gempa. Efeknya sampai ke Singapore. Malah katanya beberapa tempat seperti di Suntec City orang-orang sampai dievakuasi. Saya tanya ke teman di Jakarta. Katanya di Jakarta ga kerasa. Rupanya Indonesia selain kirim asap, juga kirim gempa ke Singapore. Malam ada rapat di gereja.
Kita ngunjungi seorang Ibu. Belum pernah ketemu sebelumnya. Saya tahu ia dari teman pendeta di Jakarta. Ia SMS ada salah seorang anggota jemaatnya yang sakit. Berobat di Singapore. Sendirian. Suaminya ga bisa nemenin karena harus kerja di Jakarta. Datang paling kalau weekend. Kita berdoa. Terus saya kasih buku: Ku Gapai Hadir-Mu.
Saya ga tahu detil sakitnya. Ga tanya pula. Kalau ngelawat orang sakit saya berusaha ga tanya banyak tentang sakitnya. Itu kan pertanyaan standar. Bayangkan kalau setiap yang datang pertanyaannya sama. Itu. Kan kasihan yang sakit. Kecuali ia yang cerita sendiri. Buat saya kunjungan tuh lebih pada pendampingan. Berdoa. Menghibur. Menguatkan. Ga harus bicarain sakitnya apa. Berapa lama. Gimana rasanya.
Terus kita nengok seorang oma di daerah Clementi. Agak siang pulang. Naik MRT. Dapat SMS dari teman. Riau dan Padang diguncang gempa. Efeknya sampai ke Singapore. Malah katanya beberapa tempat seperti di Suntec City orang-orang sampai dievakuasi. Saya tanya ke teman di Jakarta. Katanya di Jakarta ga kerasa. Rupanya Indonesia selain kirim asap, juga kirim gempa ke Singapore. Malam ada rapat di gereja.
3 comments:
hmm...setelah dipikir2..bener juga kata pak ayub...kalo jenguk orang sakit, trus tanya2 gimana/apa sakitnya...kasian juga ya....
makasih pak
Betul..betul..jangankan yang sakit, yang sehat juga kadang-kadang kalau ditanya issue yang sama terus-menerus juga jadi capek..hehe
yosafat, neria, thx komennya juga atas per-setujuan-nya :)
Post a Comment