Kamis, 4 Januari 2007 -- Seharian di rumah. Mendung terus nih. Di kantor ga ada yang khusus. Ga ada janji pula. Beberapa hal yang harus dikerjakan bisa dihandle di rumah. Menulis renungan warta jemaat. Minggu ini giliran saya. Nyiapin beberapa bahan dan jadwal kegiatan. Januari kegiatan di gereja sudah "on-track" lagi. Sambil tungguin Kezia pulang sekolah. Nemenin ia makan. Beresin beberapa urusan rumah. Dewi masih harus temeni tamu. Jadi kita bagi-bagi tugas.
Selesain baca buku The Christmas Shoes-nya Donna Van Liere. Terjemahan bahasa Indonesia. Konon masuk bestseller di Amerika. Setahun lalu saya dikirimin oleh penerbitnya. Saya baru sempet baca sekitar dua minggu lalu. Ketunda-tunda lagi. Tahun lalu menyambut Natal Metro TV pernah memutar filmnya. Malam Natal kemarin konggregasi Inggris GPBB mentasin drama musikalnya. Dua-duanya saya ga nonton :).
Ceritanya sederhana. Hampir-hampir "klise". Tapi menarik gitu. Good. Salah satu kekuatan penulis: membuat sesuatu yang biasa menjadi "enak dibaca dan perlu". Mirip dengan buku klasiknya Charles Dickens. Christmas Carol. Hanya ini lebih "riil". Tentang keluarga kaya raya tapi "miskin" dan keluarga pas-pasan tapi "kaya". Kedua keluarga lalu "bertemu". Dan happy ending.
Menurut saya inti pesan buku itu ada dalam dialog Sang Ibu dengan tokoh Robert. "Jika seseorang dalam sebuah pernikahan berharap agar kehendaknya selalu terpenuhi, ia akan segera menjadi sangat kecewa." Dan, "Tak seorang pun pernah hidup, sampai ia memberikan dirinya sendiri bagi orang lain. Itulah yang perlu kau lakukan." Good. Pernikahan semestinya memang bukan semata-mata menemukan orang yang tepat, tapi juga menjadi orang yang tepat.
Selesain baca buku The Christmas Shoes-nya Donna Van Liere. Terjemahan bahasa Indonesia. Konon masuk bestseller di Amerika. Setahun lalu saya dikirimin oleh penerbitnya. Saya baru sempet baca sekitar dua minggu lalu. Ketunda-tunda lagi. Tahun lalu menyambut Natal Metro TV pernah memutar filmnya. Malam Natal kemarin konggregasi Inggris GPBB mentasin drama musikalnya. Dua-duanya saya ga nonton :).
Ceritanya sederhana. Hampir-hampir "klise". Tapi menarik gitu. Good. Salah satu kekuatan penulis: membuat sesuatu yang biasa menjadi "enak dibaca dan perlu". Mirip dengan buku klasiknya Charles Dickens. Christmas Carol. Hanya ini lebih "riil". Tentang keluarga kaya raya tapi "miskin" dan keluarga pas-pasan tapi "kaya". Kedua keluarga lalu "bertemu". Dan happy ending.
Menurut saya inti pesan buku itu ada dalam dialog Sang Ibu dengan tokoh Robert. "Jika seseorang dalam sebuah pernikahan berharap agar kehendaknya selalu terpenuhi, ia akan segera menjadi sangat kecewa." Dan, "Tak seorang pun pernah hidup, sampai ia memberikan dirinya sendiri bagi orang lain. Itulah yang perlu kau lakukan." Good. Pernikahan semestinya memang bukan semata-mata menemukan orang yang tepat, tapi juga menjadi orang yang tepat.
No comments:
Post a Comment