Senin, 8 Januari 2007 -- Hari yang cerah. Sinar matahari menerobos jendela memberi kehangatan. Kicau burung terdengar sayup-sayup. Di kejauhan pohon-pohon hijau seolah berlomba menampilkan pesonanya. Luar biasa. Thx, God. Seharian di rumah. Tadinya saya mau nengok teman di Gleneagles. Ia mau kemo yang kedua. Tapi karena saya masih agak flu ga jadi. Takut nanti malah nularin. Malam Dewi ngelayat teman yang keluarganya meninggal. Bareng teman-teman dari gereja. Saya temeni Kezia dan Karen di rumah.
Baca di internet tentang Hendrik Larsson. Musim lalu ia memperkuatBarcelona . Sukses. Ia menjadi arsitek penting kemenangan Barcelona di final Liga Champions. Pihak Barcelona ingin memperpanjang kontraknya, tapi Larsson menolak. Ia ingin kembali ke kampung halamannya. Ia merasa pengabdiannya di Barcelona sudah cukup. Di transfer window bulan Januari ia dipinjamkan klubnya ke MU untuk masa setengah kompetisi.
Debut pertamanya di MU sukses. Langsung mencetak gol. Kerjasama dengan para bintang MU pun langsung padu. Alex Ferguson bahkan menyamakan ia dengan Eric Cantona, legenda MU. Lalu muncul suara-suara supaya kontraknya dipermanenkan di MU. Pemain mana yang ga akan silau dengan tawaran dari klub raksasa macam MU atauBarcelona ?
Tapi Larsson ga. Ia tetap ingin kembali ke kampung halamannya. Memperkuat klub kecil ga terkenal, Helsingborgs. Alasannya ia mau dekat dengan keluarga. Di usianya yang sudah ga muda lagi untuk ukuran pemain sepakbola profesional, Larsson sungguh tahu batas. Good. Ga sedikit orang yang demi mengejar kekayaan dan ketenaran jadi lupa batas. Sudah duduk lupa berdiri. Sudah naik lupa turun. Sudah kaya mau lebih kaya lagi.
Baca di internet tentang Hendrik Larsson. Musim lalu ia memperkuat
Debut pertamanya di MU sukses. Langsung mencetak gol. Kerjasama dengan para bintang MU pun langsung padu. Alex Ferguson bahkan menyamakan ia dengan Eric Cantona, legenda MU. Lalu muncul suara-suara supaya kontraknya dipermanenkan di MU. Pemain mana yang ga akan silau dengan tawaran dari klub raksasa macam MU atau
Tapi Larsson ga. Ia tetap ingin kembali ke kampung halamannya. Memperkuat klub kecil ga terkenal, Helsingborgs. Alasannya ia mau dekat dengan keluarga. Di usianya yang sudah ga muda lagi untuk ukuran pemain sepakbola profesional, Larsson sungguh tahu batas. Good. Ga sedikit orang yang demi mengejar kekayaan dan ketenaran jadi lupa batas. Sudah duduk lupa berdiri. Sudah naik lupa turun. Sudah kaya mau lebih kaya lagi.
No comments:
Post a Comment