Sabtu, 13 Januari 2007 -- Pagi "kongkow" dengan beberapa teman seksi acara panitia Paskah. Bicarain "naskah" drama musikal. Mau ngangkat cerita Hosea dan Gomer. Tema yang ga biasa. Sesekali memang perlu eksplor sesuatu yang baru. Jadi ga itu-itu melulu kan. Di GPBB banyak yang punya talenta besar. Terutama dalam hal musik. Good. Dari situ terus ikut rapat tahunan English Presbitery di daerah Quenstown. Kayak klasisnyalah gitu. Kita datang sebagai observer.
Salah satu isu yang sempat dibahas adalah tentang penahbisan pendeta wanita. Secara resmi Gereja Presbyterian Singapore ga melarang wanita menjadi pendeta. Beda dengan Gereja Presbyterian di Australia. Tapi dalam praktek rupanya ada "pro" dan "kontra". Masing-masing punya alasannya. Yang ga setuju merujuk ke surat Rasul Paulus, yang bilang wanita hendaknya jangan menjadi pemimpin atas laki-laki.
Saya pribadi sih oke-oke saja wanita menjadi pendeta. Ga masalah. Ucapan Rasul Paulus itu harus dipahami dalam konteks budaya saat itu. Budaya patriakhi. Pula kalau pola pikirnya begitu. Artinya mau ngikutin “plek-plek” sesuai yang tertera di Alkitab. Maka harus konsisten juga dengan ayat lain. Misalnya, wanita ga boleh bicara di acara pertemuan jemaat, harus pakai tudung kepala, dsb.
Buat saya yang penting bukan soal gendernya. Wanita atau laki-laki. Yang menentukan tuh panggilan dan talentanya. Dalam kenyataan banyak kan wanita yang juga mampu. Bahkan dalam beberapa "kasus", wanita malah lebih mampu dari laki-laki. Saya ga ikut rapat sampai selesai. Sore "cabut". Terus ke Family Fellowship di daerah Bukit Gombak. Dewi, Kezia, Karen ikut juga. Sekalian acara kebersamaan keluarga. Pulang jam 10.30-an. Naik MRT.
No comments:
Post a Comment