Kamis, 25 Januari 2007 -- Di sini masih musim dingin. Hujan ga sekerap minggu-minggu lalu. Matahari sudah lebih sering muncul. Good. Gereja lagi renovasi. Dag dog dag dog ribut. Debu juga. Tapi kegiatan kantor sih seperti biasa. Tukang yang kerja juga ga banyak. Di sini kerjaan bangunan atau jalanan ga banyak "pakai" tenaga manusia. Entah karena tenaga kerja mahal, entah karena peralatannya sudah lebih canggih. Efisien.
Dapat imel dari teman di Jakarta. Ia cerita pembantunya sesak nafas dan batuk. Dibawa ke rumah sakit. Dokter jaga nyuruh segera dirawat. Katanya, gawat dan kalau terjadi apa-apa dokter ga tanggung jawab. Bisa jadi karena lagi ada wabah flu burung dokter harus extra hati-hati. Tapi sering juga kan, itu jadi semacam “jurus” untuk nakut-nakutin pasien. Biar dirawat. Dan uang masuk lebih besar.
Jadi dirawat. Ehh, rupanya semua-semua di-charge. Mulai dari oksigen, infus, jarum suntik, sarung tangan, kateter, sampai tenaga masang infus dan kateter, jasa perawat dan dokter jaga. Lucunya keluarga diminta jaga 24 jam. Karena katanya tenaga perawat kurang. Alhasil 2 hari di ICU 6 hari di kamar biasa kelas 2, biayanya puluhan juta. Kwakk!! Apa semua rumah sakit begitu ya? Business-oriented. Ga ada lagi missi sosial. Lalu gimana yang ga mampu bayar? Biaya pengobatan ternyata ga kalah menyakitkan dibanding penyakitnya sendiri.
Jadi dirawat. Ehh, rupanya semua-semua di-charge. Mulai dari oksigen, infus, jarum suntik, sarung tangan, kateter, sampai tenaga masang infus dan kateter, jasa perawat dan dokter jaga. Lucunya keluarga diminta jaga 24 jam. Karena katanya tenaga perawat kurang. Alhasil 2 hari di ICU 6 hari di kamar biasa kelas 2, biayanya puluhan juta. Kwakk!! Apa semua rumah sakit begitu ya? Business-oriented. Ga ada lagi missi sosial. Lalu gimana yang ga mampu bayar? Biaya pengobatan ternyata ga kalah menyakitkan dibanding penyakitnya sendiri.
No comments:
Post a Comment