Minggu, 21 Januari 2007 -- Tadi ketika kebaktian pertama baru saja dimulai, saya dipanggil seorang teman pemuda. Ada tamu. Suami istri. Sudah tua. Bukan orang Kristen. Mereka mau ngasih "sumbangan" buat gereja. Pakai bahasa Mandarin. Teman terjemahin. Saya sempet tanya, apa ga sebaiknya langsung nyumbang buat orang "susah"? Tapi mereka tetap ingin memberi buat gereja. Buat orang "susah" lain lagi, katanya.
Jadi ingat sebuah gereja di Cibadak, Sukabumi. Gedung gerejanya sudah tua. Hampir roboh. Atapnya lapuk. Kalau hujan bocor. Kebanyakan warga jemaatnya pegawai negeri sipil, guru inpres, dan buruh-buruh kecil. Untuk renovasi perlu sekitar 75 juta. Tapi ga ada dana. Gereja lain di lingkungannya sudah dihimbau klasis untuk nyumbang. Ga ada respon berarti. Ada sih sebuah jemaat besar di Jakarta yang untuk lahan parkirnya saja mengalokasikan dana berbilang milyar nyumbang Rp. 2,5 juta.
Seorang teman yang pernah bergereja di situ berinsiatif nyariin dana. Yang nyumbang malah banyak dari kalangan non Kristen. Berita baiknya semoga itu pertanda kehadiran gereja dirasakan oleh berbagai kalangan. Berita ga baiknya semoga itu bukan pertanda sesama orang Kristen sudah tergerus kepeduliannya. Setiap gereja asyik membangun "kerajaannya" sendiri. Kalau benar begitu, jangan-jangan Tuhan Yesus pun sekarang tengah menangis. Seperti ketika Dia menangisi Yerusalem :(
Siang saya khotbah di GPO. Nyari taxi susah banget. Hampir setengah jam nunggu di pinggir jalan. Ada yang kosong tapi ga mau ke Orchad. Ampun deh. Akhirnya dianterin teman. Tapi tetap terlambat. Sekitar seperempat jam. Teman gantiin dulu pimpin awal kebaktian. Ini pertama kali saya terlambat pimpin kebaktian. Duh. Selesai kebaktian diajak makan sama teman di Park Mall. Terus pulang naik bis. Mampir di Bukit Timah. Beli sop buntut dan Prata Tissue di Al-Azhar restoran. Dibungkus. Prata tuh makanan khas India di sini.
No comments:
Post a Comment