Kamis, 18 Januari 2007 -- Siang janjian ketemu teman dari Jakarta di Vivo City. Sempet ke Daiso sebentar. Daiso tuh toko retail dari Jepang. Di Jepang konon namanya Toko 100 Yen. Sesuai kebijakan toko itu menjual barang all items 100 yen. Kalau di sini 2 dolar. Mulai dari makanan sampai alat-alat kosmetik. Dari alat rumah tangga sampai stationery. Juga buku dan mainan anak-anak. Di Jakarta juga ada. Di Mall Artha Gading.
Dibanding yang di Artha Gading, Daiso sini jauh lebih luas. Barangnya lengkap. Bagus-bagus. Ditata rapi dan artistik. Citranya "luks". Walau semua barang harganya cuma 2 dolar. Untuk sekali makan saja di sini ga cukup :). Anehnya yang di Jakarta harga barangnya malah lebih mahal. Rp. 17.500,-. Kalau diperhatiin "gaya hidup mall" di Jakarta memang ga lebih murah loh dibanding di Singapore. Padahal rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia jauh dibawah. Sad.
Bagi saya dari Toko Daiso ini yang menarik idenya. Koq bisa kepikiran ngejual barang segala jenis harganya sama. Dan untung. Kalau rugi kan ga mungkinlah buka cabang dimana-mana. Sampai di Inggris dan Amerika segala. Rasanya gereja bisa tuh ngambil ide ini. Bukan untuk bisnis. Tapi untuk pelayanan masyarakat. Misalnya jual nasi bungkus atau sembako. Setiap paket harganya sama. Tentunya yang murahlah. Jadi kita nolong tapi juga ga sekadar bagi-bagi kayak sinterklas.
Setahu saya GKJ Manahan Solo, selama 10 tahun terakhir secara rutin melakukan kegiatan seperti itu di saat bulan Ramadhan. Jual nasi bungkus Rp. 500 di halaman gereja. Yang beli masyakat kalangan "bawah" kayak tukang becak dan pemulung. Good. Cuma repotnya kalau yang beli itu orang "mampu". Dan celakanya, kemudian dijual di tempat lain dengan harga pasar. Celaka betul deh. Dari Vivo City terus ke gereja. Sampai malam. Ada acara persekutuan doa. Disambung rapat bidang pembinaan.
Dibanding yang di Artha Gading, Daiso sini jauh lebih luas. Barangnya lengkap. Bagus-bagus. Ditata rapi dan artistik. Citranya "luks". Walau semua barang harganya cuma 2 dolar. Untuk sekali makan saja di sini ga cukup :). Anehnya yang di Jakarta harga barangnya malah lebih mahal. Rp. 17.500,-. Kalau diperhatiin "gaya hidup mall" di Jakarta memang ga lebih murah loh dibanding di Singapore. Padahal rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia jauh dibawah. Sad.
Bagi saya dari Toko Daiso ini yang menarik idenya. Koq bisa kepikiran ngejual barang segala jenis harganya sama. Dan untung. Kalau rugi kan ga mungkinlah buka cabang dimana-mana. Sampai di Inggris dan Amerika segala. Rasanya gereja bisa tuh ngambil ide ini. Bukan untuk bisnis. Tapi untuk pelayanan masyarakat. Misalnya jual nasi bungkus atau sembako. Setiap paket harganya sama. Tentunya yang murahlah. Jadi kita nolong tapi juga ga sekadar bagi-bagi kayak sinterklas.
Setahu saya GKJ Manahan Solo, selama 10 tahun terakhir secara rutin melakukan kegiatan seperti itu di saat bulan Ramadhan. Jual nasi bungkus Rp. 500 di halaman gereja. Yang beli masyakat kalangan "bawah" kayak tukang becak dan pemulung. Good. Cuma repotnya kalau yang beli itu orang "mampu". Dan celakanya, kemudian dijual di tempat lain dengan harga pasar. Celaka betul deh. Dari Vivo City terus ke gereja. Sampai malam. Ada acara persekutuan doa. Disambung rapat bidang pembinaan.
No comments:
Post a Comment