Love is in the air...
Love
Bicara Cinta. Rubrik rutin dalam rangka menyambut hari Valentine
Cinta tidak pernah dapat didefinisikan dengan tuntas. Bahasa manusia terlalu terbatas untuk mengungkap realitas cinta. Tetapi itu baik. Dengan begitu manusia akan selalu merindukan dan membicarakannya. Tuhan rupanya begitu menyayangi cinta, sehingga Dia memberi selubung misteri kepadanya. Sebab kalau tidak, segera manusia memahami arti cinta sedalam-dalamnya dan sejelas-jelasnya, segera pula manusia akan melupakannya dan membuangnya.
Manusia adalah mahluk pembosan, tetapi ia juga punya kecenderungan untuk selalu penasaran dengan segala hal yang bernilai misteri. Banyak kisah dalam dunia ini yang tetap hidup dibenak banyak orang justru karena itu belum terungkap tuntas. Kematian Putri Diana, Bruce Lee, Marlyn Monroe dan John F. Kennedy adalah beberapa contoh. Cinta juga demikian, sebagai sebuah makna ia yang akan terus hidup dalam benak dan sanubari setiap orang.
Akan tetapi cinta memang bukan soal definisi. Cinta adalah praksis; kontemplasi dan aksi, perenungan dan perbuatan. Dan kadang-kadang itu melampaui akal. Tuhan Yesus pernah merasakan cinta sedemikian. Kejadiannya di Betania, seminggu menjelang penyaliban-Nya. Seorang wanita, Injil Yohanes mencatat namanya Maria, saudara Lazarus yang Dia bangkitkan dari kematian, mengurapi-Nya dengan sekitar setengah liter minyak narwastu murni yang mahal harganya. Tidak hanya sampai di situ, wanita itu juga kemudian menyeka kaki Tuhan Yesus dengan rambutnya.
Demi meraih perhatian dan popularitas ala politisi? Bukan. Itu spontanitas yang keluar dari hati yang mencintai. Sebab di sana tidak ada tuntutan, tidak ada perhitungan untung-rugi, juga tidak ada dinding gengsi dan kebanggaan diri yang menghalangi. Yang ada adalah keinginan untuk memberi sesuatu yang terbaik dari yang dimiliki. Hanya itu. Cinta selalu tidak bersyarat, tidak berpamrih. Dan cinta juga tidak mengenal harga, bagi cinta tidak ada yang terlalu mahal.
Ada sepasang pemuda pemudi saling mencintai. Mereka sangat miskin, tetapi keduanya memiliki sesuatu yang amat disayangi dan dibanggakannya. Sang wanita memiliki rambut panjang nan indah. Sang pria memiliki sebuah jam emas warisan ayahnya. Ketika hari Natal menjelang keduanya ingin saling memberi hadiah. Hanya saja mereka tidak punya cukup uang. Tanpa saling tahu, sang wanita memotong rambutnya dan menjualnya, sedang sang pria juga menjual jam emasnya. Ketika mereka membuka hadiah masing-masing. Ternyata sang pria membeli sebuah hiasan rambut, dan sang wanita membeli sebuah kotak kecil dari platina tempat menyimpan jam. (AYA – Potret Diri Tanpa Bingkai)
No comments:
Post a Comment