Jumat, 2 Februari 2oo7 -- Jakarta Banjir. Duh. Siklus 5 tahunan terulang. Konon lebih parah dari tahun 2002. Beberapa teman SMS up date kondisi. Banjir 5 tahun lalu saya ikut ngalami. Susahnya bukan hanya saat banjirnya, tapi juga berhari-hari setelah banjir surut. Barang pada rusak. Ranjang, lemari, pintu, jendela, sofa. Semua. Rumah kotor dan bau. Walah. Ampun deh. Beresinnya lagi setengah mati. Perbaikannya ga murah.
Banjir di Jakarta tuh "aneh tapi nyata". Setiap kali banjir kan sebetulnya sudah bisa diprediksi. Malah beberapa daerah rutin ngalamin. Tapi koq ya terus terulang. Pemerintah pun seolah ga berdaya. Pasrah. Padahal kerugian yang ditimbulkan ga terhitung. Milyaran. Saya ga tahu, di dunia ini ada ga kota atau negara yang secara rutin ngalami musibah yang sama berulang-ulang gitu. Dan pemerintahnya angkat tangan.
Tapi setiap musibah mesti ada hikmahnya. Saya ingat banjir besar tahun 2002. Orang-orang dari bermacam denominasi gereja, suku, dan agama bahu membahu menolong para korban. Dalam keadaan normal biasanya kan "elu-elu gua-gua". Malah "saingan" gitu. Ketika musibah datang semua perbedaan itu jadi ga penting. Jangan-jangan musibah tuh memang teguran dari Tuhan agar manusia ga "berantem" melulu. Eling. Eling.
Di sini musim hujan kayaknya sudah berlalu. Hujan sudah jarang. Siang diajak lunch sama teman. Sambil ngobrol tentang gereja. Malam pimpin bina pra-nikah. Tentang komunikasi dalam keluarga. Sorenya sempet "ngeganjel" makan buah. Beli buah "ketipu" lagi. Salah sendiri juga sih. Sudah punya pengalaman, buah yang dijual sepaket-sepaket diplastikin tuh biasanya sudah jelek. Masih beli juga. Dapet "getah" deh :).
4 comments:
pasti ini materi khotbah besok di gereja, hahaha
Post a Comment