Day - 53
Rabu, 7 Februari 2007 -- Banjir Jakarta mulai surut. Di beberapa daerah air sudah kering. Kata teman ia dan tetangganya sudah mulai bersih-bersih dan jemur-jemur. Tinggal masalah pasca banjir. Ga ringan juga loh. Rumah kotor dan bau apek. Pintu dan jendela pada macet. Belum barang-barang yang kerendam. Kalau yang kecil-kecil sih oke-lah. Tapi kalau kayak lemari, sofa, ranjang, kulkas, mesin cuci, mobil? Kwakk!
Yang punya uang bisa no problem. Tinggal suruh orang urus ini urus itu. Terima beres. Barang rusak ganti baru. Lha, yang kagak? Ngosh. Belum kalau ditambah sakit. Merananya bisa berminggu-minggu tuh. Ngosh. Ada seorang sosiolog yang bilang, banjir Jakarta bisa nimbulin gejolak sosial. Orang miskin baru dan orang miskin tambah miskin makin banyak.
Tapi sudahlah. Ga usah mikir yang lebih buruk dulu. Mikirin yang buruk-buruk di Indonesia ga habis-habisnya. Yang penting banjir sudah surut. Orang-orang Jakarta bisa bilang, “Selamat tinggal banjir. Sampai jumpa 5 tahun lagi.” Ngosh. Presiden ganti berganti. Gubernur ganti berganti. Toh Jakarta tetap banjir. Jakarta yang malang.
Susahnya hidup di negeri dimana pemerintahnya ngejalanin fungsinya secara leterlek. Memerintah. Ngosh. Rakyat “diperhatikan” hanya waktu kampanye. Setelah itu “dicuekin”. Mau banjir, mau longsor, mau tenggelem di lumpur, mau ngungsi sabodo amat. Sore nengok teman yang melahirkan di Gleneagle. Sama Dewi, Kezia dan Karen. Karen tuh suka banget sama anak kecil. Kalau tidur ia ga bisa lepas dari boneka Winnie The Pooh-nya. Pulang ke rumah jam 9-an.
No comments:
Post a Comment