Day - 50
Sabtu, 10 Februari 2007 -- Kezia batuk pilek. Mungkin kecapekan. Belakangan kegiatan ia agak padat. Pagi kita antar ia ke dokter. Sekalian ke pasar juga. Ga apa-apa sih. Dikasih obat biasa. Siang ada baptisan “darurat”. Seorang ibu. Ia tinggal di Batam. Sakitnya sudah parah. Berobat bolak-balik ke sini. Teman-teman dari Komisi Wanita sudah “melayani” ia sejak minggu-minggu lalu.
Terus ke General Hospital. Nengok famili teman yang sakit. Baru datang tadi malam dari Jogja. Seperti biasa. Salah identifikasi dokter. Sad. Awalnya ia ga bisa kencing. Berobat ke salah satu rumah sakit di Jogja. Divonis sakit ini sakit itu. Diobati begini dan begitu. Malah kolaps. Gawat. Ga sadar diri. Akhirnya keluarga memutuskan membawa ia ke sini. Sampai carter pesawat khusus. Langsung masuk ICU.
Salah identifikasi. Salah obat. Salah tindakan. Kasus-kasus begini membuat reputasi dokter dan rumah sakit Indonesia “ga bagus” di mata orang sini. Tentu ga semualah “begitu”. Tapi ga bisa nutup mata juga kan, bahwa kasus “begitu” tuh kerap terjadi. Saya sih cuma kepikir, gimana orang-orang yang ga punya uang. Mereka hanya bisa “terima” kan. Yang punya uang bisa berobat ke luar negeri.
Malam pimpin kebaktian perkawinan 25 tahun di gereja. Baik juga tradisi “peneguhan” kembali janji pekawinan dibikin “sekhusuk” begitu. 10 tahun. 15 tahun. 25 tahun. Dst. Jadi ulang tahun pernikahan tuh ga sakadar dirayakan. Suami-istri diingatkan kembali pada “kasih mereka yang mula-mula” :). Mereka juga bisa melihat “jejak-jejak” kasih dan pemeliharaan Tuhan di masa lalu. Sebagai bekal melangkah ke depan. Good.
No comments:
Post a Comment