Saturday, August 19, 2006

Catatan Harian

Day - 226

Jumat, 18 Agustus 2006
-- Tiba-tiba saya rindu Indonesia. Mungkin ini yang namanya home sick. Rasanya jadi sepi. Not alone but lonely gitu. Saya pengen ke Bogor. Terus ke Bandung lewat Puncak. Lalu ke Yogyakarta. Terus ke Surabaya. Terus ke Bali. Duh. Saya jadi terkenang setiap tempat dan makanan dan suasana di Indonesia. Segala sesuatu emang baru terasa berharga kalau sudah ga ada.

Mulai kerasa nih ga ada Oma Opa. Ga ada yang bisa dimintai tolong tungguin Kezia dan Karen pulang sekolah. Lalu siapin mereka makan dan temenin mereka main. Jadi harus pandai-pandai atur kegiatan. Saya ngantor setengah hari. Jadi Dewi bisa ikut kegiatan Komisi Wanita. Saya bisa persiapan buat pimpin renungan ntar malam di rumah. Sambil tungguin, siapin makan, dan temenin Kezia dan Karen. Asyik sih :).

Malam bawakan renungan di acara Malam Puji dan Doa GPO. Masih dalam suasana hari kemerdekaan Indonesia. Topik: Doa Abraham buat Sodom dan Gomora. Tentu terlalu jauh membandingkan Indonesia dengan Sodom dan Gomora. Tapi saya kira, dengan hati pedih dan prihatin, kita harus akui, bahwa ada bibit-bibit Sodom dan Gomora di Indonesia; mentalitas korupsi yang sudah begitu mendarah daging, sampai orang korupsi ga merasa korupsi; ketidakadilan ekonomi dan hukum yang begitu parah; kemunafikan dan premanisme atas nama agama. Semoga Indonesia ga menjadi Sodom dan Gomora yang ke sekian. Dalam sejarah tercatat, ada banyak kota atau negara kuat yang akhirnya hancur. Bukan karena serangan musuh dari luar, tapi pembusukan dari dalam. Amoralitas bagai rayap yang menggerogoti dari dalam diri sendiri. Pelan tapi pasti melumpuhkan dan menghancurkan. Tuhan jauhkan itu dari Indonesia.

Pulang dari GPO naik bis. Tadinya mau naik MRT. Tapi kata beberapa teman jam-jam 21.30-an MRT biasanya penuh. Jam bubaran kantor dan tutup toko. Lagian naik bis haltenya persis di depan gereja. Kalau naik MRT masih harus jalan kaki. Lumayan jauh untuk orang yang ga biasa jalan kaki hehehe. Sepanjang jalan ngobrol dengan teman. Ia sudah lama tinggal di Singapore. Ia bilang yang paling ia ga sukai dari Singapore tuh “tekanan hidup" sangat kuat. Orang dikondisikan bagai “mesin”. Ga bisa santai. Tegang dan sibuk terus. Wah. Wah. Wah.

3 comments:

Anonymous said...

Not alone but lonely.

Bener banget =) Di mana-mana juga, there's no place like home =)

Di sini, detik-detik habis termakan rutinitas. Rasa peduli habis dimakan individualism. Hidup jadi rasanya monoton. Lonely. But we must survive, anyway. Demi hidup itu sendiri, dan demi memberikan hidup buat orang lain juga =)

Duh, jangan-jangan nanti saya nakut-nakutin Pak Ayub, lagi =P Tenang, Pak Ayub, pasti bisa survive koq, hehehe...

ayub yahya said...

ini ungkapan hati orang yan sudah 5 tahun di sini ya? Duh. Duh. Duh.

Anonymous said...

6, pak... hehehe...