Thursday, August 24, 2006

Catatan Harian

Day - 221

Rabu, 23 Agustus 2006 -- Hari ini saya masih flu. Cuma ngantor setengah hari. Malamnya balik lagi ke gereja. Ada rapat Majelis. Tadi siang ada teman yang kasih Kezia hadiah ultah. Buku seputar binatang. Discovering Wildlife The Ultimate Fact File. Rupanya Kezia sangat pengen buku itu. Ia gembira sekali. Sampai loncat-loncat dan dengan semangat bilang, “Papa, ini kan buku yang Kezia mau!” Waktu saya bilang, “Kalau Kezia mau, kenapa ga bilangin Papa dari kemarin-kemarin. Kan bisa Papa beliin.” Jawaban Kezia mengejutkan saya. “Kezia sudah bilang sama Papa. Papa saja yang ga perhatiin Kezia lagi.”

Saya tersentak. Duh. Iya:(( Selama di sini, waktu saya bersama anak-anak praktis berkurang. Saya sibuk dengan segala penyesuaian diri sendiri. Sibuk meredam "culture-shock" dalam diri saya. Sampai ga menyadari bahwa Kezia dan Karen "kehilangan" saya. Padahal mereka pun mengalami saat-saat "berat" dalam masa penyesuaian ini. Sebegitu "sibuknya" saya dengan diri sendiri, sampe beliin kado ultah Kezia saja ga sempet. Ya, ampun.

Saya memang ga pernah setuju anak-anak dibiasakan dapat kado pada saat ultah. Toh ultah bukan prestasi. Bukan sesuatu yang perlu diselamat-selamatin. Just alamiah saja kan. Tapi saya juga ga ingin mereka kehilangan kesempatan menikmati cerah cerianya dunia kanak-kanak. Termasuk menikmati kegembiraan ultah. Gimana exciting-nya mereka nerima kado. Gimana semangatnya mereka bercerita tentang ultah. Demi kegembiraan Kezia dan Karen. Demi semua binar ceria di mata mereka. Saya ngalahin prinsip saya itu. Maka, saya ga pernah kelewat ngasih kado pada Kezia dan Karen saat ultah. Kado "kecil" sih. Kayak koin Amazone atau kartu kuartet Winnie the Pooh. Bukan kadonya yang penting kan. Tapi perhatiannya. Baru kali ini kelewat ga beli kado :( Maafin Papa ya, Kez.

Daftar "dosa" saya ke anak-anak masih ada. Sudah dari minggu lalu mereka ngajak berenang. Juga pergi jalan bareng. Saya ga bisa terus. Giliran saya di rumah, eh malah flu berat. Ga bisa nemenin mereka berenang or jalan-jalan. Kesibukan tugas bukan alasan. Sayanya saja yang ga bisa atur waktu. Kan mestinya bisa saya sisih-sisihkan waktu. Biasanya malam Dewi dan saya masih sempet ngajak mereka main. Cerita-cerita. Sampai seringnya anak-anak tertidur bareng kami. Sekarang, sudah hampir seminggu saya pulangnya malam terus. Mereka sudah pada tidur.

1 comment:

Anonymous said...

Hmmm... susah juga yah kalau jadi full-timer... Apa karena masih dalam proses penyesuaian, atau waktu di Jakarta juga udah begitu? Sabar yah, dan cepat sembuh, Pak Ayub. Kayanya sering banget sakit hehehe...