Friday, August 18, 2006

Catatan Harian

Day - 227

Kamis, 17 Agustus 2006 -- Hari kemerdekaan Indonesia. Pertama kali 17 Agustus-an ga di Indonesia. 17 Agustus-an dulu waktu saya kecil dengan sekarang lain deh. Dulu rasanya kita lebih “menghayati” gitu. Sekarang ga gitu “gereget”. Kesannya biasa saja. Apa karena nasionalisme yang luntur? Entah. Konon salah satu efek globalisasi adalah makin tipisnya batas-batas nasionalisme.

Teman saya cerita, di Metro TV tadi ada acara tanya jawab dengan para mahasiswa. Seputar 17-an. Ada yang ga bisa lagu Indonesia Raya. Malah katanya, waktu ditanya tentang teks proklamasi pada "bingung" tuh. Ada yang jujur ngaku ga tau. Ada yang cuma bisa satu kalimat terus blank. Ada juga yang sok yakin jawabnya, tapi yang disebut malah teks Pembukaan UUD 1945 :). Ada-ada saja.

Bicara proklamasi. Umumnya orang fokus pada Bung Karno dan Bung Hatta. Ga salah sih. Tapi kan sebetulnya ada banyak orang lain yang juga berjasa. Mereka yang mungkin terlewatkan dari perhatian orang. Kayak Sayuti Malik yang ngetik naskah proklamasi. Atau Frans Mendoer, fotografer yang mengabadikan peristiwa bersejarah itu. Dari Ipphos (Indonesia Press Photos Service). Agensi foto indonesia. Konon, hanya ada tiga adegan yang sempat diabadikan. Juga Jusuf Ronodipuro yang menyebarkan pesan proklamasi melalui Hoso Kyoku Jakarta, Radio Militer Jepang di Jakarta (cikal bakal RRI). Belum yang anonim.

Malam saya pimpin Mezbah Doa. Itu acara pesekutuan doa bulanan. Hari ini spesial karena sekalian 17 Agustus-an. Tema seputar itu. Kita juga khusus berdoa buat Indonesia dengan segala problematikanya. Akhir acara kita bersama berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Jujur, ketika menyanyikannya rasanya merinding gitu. Sebagai orang keturunan tionghoa, saya punya "luka" dengan Indonesia. Sejak kecil saya merasakan betul arti “dibedakan”. Sampai sempat saya membenci "kesipitan" saya. Menyakitkan memang. Tapi betapa pun toh saya ga bisa menyangkali Indonesia adalah "akar" saya. Dirgahayu Indonesia.

No comments: