Kamis, 21 Desember 2006 -- Hujan lagi. Tapi ga sederas dan ga seterus menerus kemarin. Pagi bersama Dewi, Kezia dan Karen nengok orang tua teman di rumahnya. Ia baru dioperasi. Kezia dan Karen ikut karena teman kita tuh juga punya anak kecil. Jadi sekalian bisa main bareng gitu. Kita jalan kaki. Ga jauh dari rumah. Jalan kaki bareng gini bisa jadi sarana hiburan tersendiri juga. Saya sangat menikmati.
Dari situ kita naik bis. Nengok teman satu lagi. Ia juga baru operasi. Beberapa minggu lalu. Sekarang ia harus kemo. Hanya berobat jalan. Ia dan anaknya nginep di Swissotel Stamford di City Hall. Hotelnya oke tuh. Nyambung dengan mall dan MRT stasiun. Bisa lihat ke Esplanade dan patung Merlion. Saya ingat, tempo hari waktu mau operasi teman saya ini ketakutan sekali. Sekarang ia lebih tenang dan gembira. Tadi kita bisa ketawa-ketawa bergurau. Malah jadi kayak ga kunjungi orang baru sakit :). Memang sih kalo ngelawat orang sakit, yang mesti dibangkitkan tuh kegembiraan hatinya. Hati yang gembira adalah obat, kan.
Sejak datang ke sini, sering banget Saya ngelawat orang Indonesia yang sakit dan berobat di Singapore. Saya sih jadi mikir begini. Beruntunglah orang-orang yang "punya" uang. Ga dapat perawatan bagus dari rumah sakit atau dokter di Indonesia, mereka bisa ke sini. Lha gimana yang ga punya uang kan? Kalau soal kemampuan saya percaya-lah dokter-dokter Indonesia juga ga kalah. Persoalannya kan "etos". Mungkin dalam hal ini gereja bisa berperan. Toh di Indonesia ada beberapa rumah sakit Kristen dan banyak dokter Kristen. Mestinya mereka bisa memberi "pelayanan" sebaik di Singapore kan.
Dari situ kita naik bis. Nengok teman satu lagi. Ia juga baru operasi. Beberapa minggu lalu. Sekarang ia harus kemo. Hanya berobat jalan. Ia dan anaknya nginep di Swissotel Stamford di City Hall. Hotelnya oke tuh. Nyambung dengan mall dan MRT stasiun. Bisa lihat ke Esplanade dan patung Merlion. Saya ingat, tempo hari waktu mau operasi teman saya ini ketakutan sekali. Sekarang ia lebih tenang dan gembira. Tadi kita bisa ketawa-ketawa bergurau. Malah jadi kayak ga kunjungi orang baru sakit :). Memang sih kalo ngelawat orang sakit, yang mesti dibangkitkan tuh kegembiraan hatinya. Hati yang gembira adalah obat, kan.
Sejak datang ke sini, sering banget Saya ngelawat orang Indonesia yang sakit dan berobat di Singapore. Saya sih jadi mikir begini. Beruntunglah orang-orang yang "punya" uang. Ga dapat perawatan bagus dari rumah sakit atau dokter di Indonesia, mereka bisa ke sini. Lha gimana yang ga punya uang kan? Kalau soal kemampuan saya percaya-lah dokter-dokter Indonesia juga ga kalah. Persoalannya kan "etos". Mungkin dalam hal ini gereja bisa berperan. Toh di Indonesia ada beberapa rumah sakit Kristen dan banyak dokter Kristen. Mestinya mereka bisa memberi "pelayanan" sebaik di Singapore kan.
Dari sana, kita pulang dulu. Saya istirahat bentar. Terus ke gereja ikut persekutuan Mezbah Doa. Dewi temenin Oom dan Tante yang lagi ada keperluan. Di gereja dapat hadiah Natal dari seorang teman pemuda. Vitamin C. Ia tahu saya suka flu. Bukan hadiahnya, bagi saya yang sangat mengharukan tuh perhatiannya. Sesuatu yang kecil diberikan pada saat yang tepat, dengan cara yang tepat, pada orang yang tepat bisa berarti besar loh. Thx, teman.
No comments:
Post a Comment