Jumat, 22 Desember 2006 -- Menurut kalender Chinese hari ini hari Dong Zhi. Tibanya musim dingin. Atau Winter Solstice. China kan negara agraria. Jadi banyak tradisi yang berangkat dari kehidupan petani. Dong Zhi tuh saat musim panen selesai. Waktunya nikmatin hasil panen. Semua keluarga berkumpul dan berpesta untuk merayakannya. Intinya, bersyukur atas semua yang telah dilewati. Para ibu nyiapin tang yuan, manisan dari tepung berbentuk bulat kayak bola kecil berwarna-warni.
Malam berdua Dewi ke ke kondangan kawinan. Tempatnya di The Fullerton Hotel. Kita sempat kecele. Di undangan tertulis 7 pm cocktail. Dan 7.30 pm dinner. Kita mikirnya ini di Singapore. Pasti on-time. Apalagi acara resmi. Jadi kita berangkat jam 6.30 dari rumah. Naik taxi. Itupun sudah dag dig dug telat. Tapi ternyata kita malah termasuk tamu pertama. Jam 7 kurang dikit kita nyampai. Acara baru mulai hampir 8.30. Makan malamnya jam 9-an. Teman bilang, di sini kalau undangan kawinan memang begitu. Biasa ngaret :).
Pestanya menurut ukuran saya sangat wah. “Makan Meja”. Untuk datang kita harus konfirm dulu. Tapi saya lihat sih ada banyak kursi kosong. Padahal di mejanya udah ada namanya. Rupanya banyak yang sudah konfirm datang, tapi terus ga datang. “Kasihan” juga tuan rumah ya kalau begitu. Kan tetap harus bayar tuh. Entah berapa biaya yang harus terbuang percuma untuk kursi kosong itu.
Sudah konfirm terus ga datang, ga cuma di acara kawinan. Di acara-acara gerejawi juga suka gitu tuh. Kayak di persidangan majelis sinode atau klasis. Apalagi kalo tempat acaranya di luar kota. Panitia udah booking hotel. Eh, ada saja peserta yang ga jadi datang tanpa pemberitahuan. Ga merasa bersalah lagi. Memang halangan bisa datang tanpa diprediksi sebelumnya. Tapi baiknya sih ngasih tahu-lah. Sepele sih memang. Tapi kalau untuk hal sepele saja ga bisa nepati, apalagi untuk hal yang besar kan?
Malam berdua Dewi ke ke kondangan kawinan. Tempatnya di The Fullerton Hotel. Kita sempat kecele. Di undangan tertulis 7 pm cocktail. Dan 7.30 pm dinner. Kita mikirnya ini di Singapore. Pasti on-time. Apalagi acara resmi. Jadi kita berangkat jam 6.30 dari rumah. Naik taxi. Itupun sudah dag dig dug telat. Tapi ternyata kita malah termasuk tamu pertama. Jam 7 kurang dikit kita nyampai. Acara baru mulai hampir 8.30. Makan malamnya jam 9-an. Teman bilang, di sini kalau undangan kawinan memang begitu. Biasa ngaret :).
Pestanya menurut ukuran saya sangat wah. “Makan Meja”. Untuk datang kita harus konfirm dulu. Tapi saya lihat sih ada banyak kursi kosong. Padahal di mejanya udah ada namanya. Rupanya banyak yang sudah konfirm datang, tapi terus ga datang. “Kasihan” juga tuan rumah ya kalau begitu. Kan tetap harus bayar tuh. Entah berapa biaya yang harus terbuang percuma untuk kursi kosong itu.
Sudah konfirm terus ga datang, ga cuma di acara kawinan. Di acara-acara gerejawi juga suka gitu tuh. Kayak di persidangan majelis sinode atau klasis. Apalagi kalo tempat acaranya di luar kota. Panitia udah booking hotel. Eh, ada saja peserta yang ga jadi datang tanpa pemberitahuan. Ga merasa bersalah lagi. Memang halangan bisa datang tanpa diprediksi sebelumnya. Tapi baiknya sih ngasih tahu-lah. Sepele sih memang. Tapi kalau untuk hal sepele saja ga bisa nepati, apalagi untuk hal yang besar kan?
No comments:
Post a Comment