Saturday, December 02, 2006

Renungan Sabtu - 30


Kantuk

Pagi itu saya berada di bis jurusan Sukabumi-Jakarta. Habis mimpin retret sebuah sekolah di Wisma Kinasih, Caringin, Bogor.

Bis penuh sesak. Penumpang berjejal-jejal, sampai untuk berdiri pun susahnya minta ampun. Bau segala macam merasuk ke hidung. Sungguh tidak nyaman.

Sebagian besar penumpang yang mendapat tempat duduk, asyik terkantuk-kantuk. Memperhatikan mereka jadi geli juga. Ada yang kepalanya sambil terpuntal-puntal mengikuti ayunan bis. Ada yang mulutnya terbuka, seperti ikan kehabisan air.

Malah di deretan kursi belakang, ada sepasang muda-mudi yang duduk sambil berendeng pundak, berendeng pipi. Seakan tidak tahu keadaan sekelilingnya. Padahal di samping mereka berdiri seorang ibu tua, yang membawa tas di pundak sambil menuntun seorang anak kecil, terhimpit-himpit.

Sementara kondektur bis dengan enaknya masih terus berteriak-teriak: "Jakarta, kosong! Jakarta, kosong!"

Tapi mana para penumpang itu peduli. Begitulah, kalau kantuk sudah menyerang; orang jadi kehilangan kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya. Mereka asyik dengan urusan dan kenikmatannya sendiri.

Ada orang lain yang susah, ada orang lain yang membutuhkan pertolongan, masa bodoh saja. Tidak mau tahu. Pokoknya yang penting tidak mengganggu kenyamanan diri sendiri.

Padahal itu bukan sifat asali manusia. Dalam Alkitab ditulis, Allah menciptakan manusia segambar dan serupa dengan Dia. Itu berarti, sejak awalnya manusia dipanggil untuk mencerminkan sifat-sifat ilahi.

Dan kalau berbicara tentang sifat ilahi yang paling hakiki, maka itu tidak lain adalah kasih. Didalam kasih ada kepedulian; ada kepekaan untuk saling memperhatikan dan kesediaan untuk saling berbagi. Peduli dan berbagi itulah dasar hidup bermasyarakat di mana saja. Pun dalam komunitas yang lebih kecil; keluarga, gereja, kantor. Sungguh, betapa akan damainya hidup ini.

Maka, ketika kita tidak lagi memiliki kepekaan untuk peduli terhadap orang lain, ketika kita tidak lagi memiliki kesediaan untuk berbagi dengan orang lain; hanya asyik dengan urusan dan kepentingan diri kita sendiri, jangan-jangan kita tengah terserang “kantuk”. Dan itu berarti, kita telah kehilangan sifat asali kita. Padahal mungkin di sekitar kita, masih banyak orang yang "berdiri berdesak-desakaan". Mereka menunggu perhatian kita. Bangunlah…..!

No comments: