Rabu, 27 Desember 2006 -- Agak sorean. Saya shock sekali. Baru selesai beres-beres pulang dari kantor. Dewi telepon sambil nangis. Kezia ketabrak mobil di depan apartemen. Ga mikir dua kali saya langsung "terbang" ke bawah. Mana lift agak "ngadat". Jadi saya lari lewat tangga. Ke lantai satu. Terus ke jalan. Saya lihat oma nangis sambil melukin Karen. Duduk di tengah pembatas jalan nyandar ke pohon. Di seberang di pingir jalan Dewi lagi melukin Kezia. Dug. Saya langsung "memburu" Kezia. Saya gendong ia.
Saya agak tenang ketika Kezia bicara. "Papa, Cici ga apa-apa." Kayaknya tabrakannya cukup keras. Spion kanan itu sedan sampai bengkok. Kacanya terlempar keluar dan pecah. Tapi sungguh thx God Kezia "ga apa-apa". Ia jatuh tengkurap. Ga lama ambulance datang. Ditelepon satpam apartemen. Kezia lalu dibawa ke rumah sakit NUH. Dewi ikut. Saya pulang dulu ambil "ini-itu". Terus nyusul dengan taxi.
Di rumah sakit sudah ada GSM Kezia dan keluarganya yang temenin. Pas kita janjian sore itu mau makan bareng. Thx, temans sudah "dampingi". kehadiran teman disaat "begitu" besar sekali artinya. NUH "lelet" banget. Namanya emergency tapi baru ditangani setelah lebih dari satu jam. Wah. Wah. Kezia di-scan kepalanya. Juga pinggangnya. Ga ada apa-apa. Boleh pulang. Hanya besok harus kontrol lagi. Thx God. Lega. Lega.
Tadi tuh Dewi pulang. Turun dari bis, ia nyebrang tuntun Karen. Ia kira Kezia sama Oma dan Opa. Tapi rupanya Kezia ketinggalan. Kezia lari menyusul. Pas sedan lewat. Lagi kencang pula. Jadi "salah" Kezia juga sih. Setiap kejadian pasti ada hikmahnyalah. Dengan kejadian ini kita diingatkan untuk selalu hati-hati. Kadang saking merasa aman, kita tuh jadi ceroboh. Ga wasapada. Konon bagi para pelayar di laut, keadaan yang paling membahayakan bukan ketika ombak bergulung-gulung dan angin ribut menerjang. Tapi justru ketika laut tenang dan angin sepoi-sepoi basah bertiup. Sebab itu bisa melenakan dan bikin tertidur.
Saya agak tenang ketika Kezia bicara. "Papa, Cici ga apa-apa." Kayaknya tabrakannya cukup keras. Spion kanan itu sedan sampai bengkok. Kacanya terlempar keluar dan pecah. Tapi sungguh thx God Kezia "ga apa-apa". Ia jatuh tengkurap. Ga lama ambulance datang. Ditelepon satpam apartemen. Kezia lalu dibawa ke rumah sakit NUH. Dewi ikut. Saya pulang dulu ambil "ini-itu". Terus nyusul dengan taxi.
Di rumah sakit sudah ada GSM Kezia dan keluarganya yang temenin. Pas kita janjian sore itu mau makan bareng. Thx, temans sudah "dampingi". kehadiran teman disaat "begitu" besar sekali artinya. NUH "lelet" banget. Namanya emergency tapi baru ditangani setelah lebih dari satu jam. Wah. Wah. Kezia di-scan kepalanya. Juga pinggangnya. Ga ada apa-apa. Boleh pulang. Hanya besok harus kontrol lagi. Thx God. Lega. Lega.
Tadi tuh Dewi pulang. Turun dari bis, ia nyebrang tuntun Karen. Ia kira Kezia sama Oma dan Opa. Tapi rupanya Kezia ketinggalan. Kezia lari menyusul. Pas sedan lewat. Lagi kencang pula. Jadi "salah" Kezia juga sih. Setiap kejadian pasti ada hikmahnyalah. Dengan kejadian ini kita diingatkan untuk selalu hati-hati. Kadang saking merasa aman, kita tuh jadi ceroboh. Ga wasapada. Konon bagi para pelayar di laut, keadaan yang paling membahayakan bukan ketika ombak bergulung-gulung dan angin ribut menerjang. Tapi justru ketika laut tenang dan angin sepoi-sepoi basah bertiup. Sebab itu bisa melenakan dan bikin tertidur.
1 comment:
Thank God Kezia ga papa... disini kalo nyebrang memang mesti ati2, yang nyupir disini banyak yang bego. Kalo di indo liat org nyebrang, supirnya pelanin, disini sih kaga...
Post a Comment