Christmas Card
The History
Tahun 1843, Sir Henry Cole dari Inggris merasa terlalu sibuk untuk menulis surat bagi teman-temannya sekadar mengucapkan “Selamat Natal”. Ia kemudian meminta John Calcot Horsley untuk membuat kartu Natal. Kartu Natal pertama dicetak hitam putih dan diwarnai sendiri dengan tangan. Dicetak 1000 buah. Desainnya menggambarkan sebuah keluarga, termasuk anak-anak, yang sedang mengangkat gelas untuk toast. Desain yang kemudian menuai kritik, karena dianggap mempromosikan pesta pora dan mabuk-mabukan.
Setelah itu, kartu natal tidak mengalami perkembangan berarti. Sampai tahun 1862 ketika Charles Goodall muncul dengan desain kartu natal yang minimalis dengan tulisan “Merry Christmas”. Sejak saat itu, kartu natal mengalami perkembangan pesat. Amerika kemudian mengimpor kartu natal dari Inggris selama 30 tahun, sampai kemudian Louis Prang seorang imigran dari Jerman membuka toko litograf di Amerika dan menerbitkan kartu natal pertama di Amerika.
Pada tahun 1881, Prang telah memproduksi lebih dari 5 juta kartu natal per tahun. Desain awalnya adalah bunga dan burung. Perkembangan desain kartu natal kemudian melejit pesat. Beraneka rupa; gambar kandang Betlehem, salju, mainan anak-anak, orang majus, bintang Betlehem, pohon natal, dan lain-lain. Kartu natal kemudian menjadi salah satu elemen natal yang penting. Hingga SMS muncul, dan pelan-pelan menggeser tradisi kartu natal. Minimal di Indonesia. (taken from christmas card gallery at internet)
The Spirit :
Ada banyak cara kita menyampaikan kegembiraan dan sukacita Natal. Pada para sahabat, kolega, kerabat, dan semua orang yang kita kasihi. Tapi cara bukan segala-galanya. Yang penting adalah ketulusan di balik setiap ucapan kita. Bukan sekadar sebuah basa-basi dan tradisi semata.
The Spirit :
Ada banyak cara kita menyampaikan kegembiraan dan sukacita Natal. Pada para sahabat, kolega, kerabat, dan semua orang yang kita kasihi. Tapi cara bukan segala-galanya. Yang penting adalah ketulusan di balik setiap ucapan kita. Bukan sekadar sebuah basa-basi dan tradisi semata.
No comments:
Post a Comment