Friday, September 01, 2006

Catatan Harian

Day - 212

Jumat, 1 September 2006 -- Hari yang padat. Pagi sampai siang pimpin kebaktian tutup peti. Yang meninggal orang Indonesia. Jenazah mau dibawa ke Klaten sore harinya. Saya naik MRT ke Bishan. Ketemu teman di sana. Lalu kita sama-sama ke Casket di daerah Toa Payoh. Casket tuh toko yang jual peti mati, tapi sekaligus bisa menyediakan jasa untuk ngurus surat-surat berkenaan dengan kematian. Disitu ada ruangan untuk kebaktian. Katanya bisnis Casket di situ sudah tiga turunan. Di Jakarta saya dengar ada perusahaan yang join dengan rumah duka di rumah-rumah sakit. Jualan peti mati dan aksesoris “pemakaman”. Konon itu bisnis milyaran. Apa bisa “tenang” dari bisnis ginian ya?! Wow.

Pulang ke gereja ngajar katekisasi. Ada seorang pekerja rumah tangga yang mau baptis. Katanya sudah lama ia bergumul dengn kekristenan. Dari percakapan, ia orang yang pintar untuk ukuran seorang pekerja rumah tangga. Menarik mendengar pergumulan ia sampai akhirnya mau baptis. Saya paling hati-hati kalau soal beginian. Berdasarkan pengalaman di Jakarta. Ga sedikit orang mau baptis tuh dengan motivasi “ga-ga”. Tapi ia beda. Dari cara ia bicara, dan kualitas bicaranya, saya yakin ia “tulus”. Itu merupakan sebuah keputusan yang diambilnya dengan sadar dan yakin.

Sebelumnya ia sempet cerita tentang lika-liku gimana ia sampai di Singapore. Ia berasal dari sebuah desa di Purwodadi. Lewat agen ia dibawa ke Jakarta. Kemudian setelah beberapa bulan ia dikirim ke Singapore. Gajinya katanya 290 sing dolar. Tapi selama 8 bulan ia hanya dibayar 10 dolar. Yang 280 untuk agen yang ngebiayai ia sampai Singapore. Kasihan. Tenaga kerja Indonesia di luar negeri tuh paling rentan. Kebanyakan karena ketidaktahuan mereka. Dan juga ketidakpedulian pemerintah.

Hari ini anak-anak libur sekolah . Teacher's Day. Kezia dan Karen main ke Science Centre di daerah Jurong East. Mereka diajak teman yang bersama anak-anaknya main ke sana. Sementara Dewi ikut persekutuan Komisi Wanita. Malamnya saya pimpin persekutuan pria yang diperluas. Diperluas maksudnya karena yang ikut boleh siapa saja. Ibu-ibu, pemuda, pasangan dari keluarga muda. Pulang sampe rumah jam 11-an. What a day.

1 comment:

Anonymous said...

Wah rupanya lupa dengan thabita-nya GKI dan byk lagi yayasan yg ngurus orang mati di Jkt. Konon kabarnya Thabita punya dana yg paling besar diantara yayasannya GKI wil. jabar, karena mereka ada rencana punya rumah duka dan taman pemakaman sendiri.
Soal yayasan pemakaman di Jakarta & sekitarnya, kalo kita perhatikan disetiap RS di Jkt. yg punya rumah duka, disediakan kantor khusus utk yayasan pemakaman. Pelayana mereka lengkap. Termasuk pasang iklan dukacita, MC (pemandu acara), ngurus kavling buat kuburan dstnya. Soal kavling nih lebih maju lagi. Promonya sama seperti real estate. Pokoknya bisnis pemakaman sdh menguntungkan koq.