Day - 208
Selasa, 5 September 2006 -- Hari ini acara pagi hanya sampai jam 11.00. Terus disambung lagi jam 19.30. Di antara waktu itu acaranya makan dan istirahat. Rencananya mau ada sepak bola. Tapi hujan. Jadi acara bebas. Dengan beberapa teman saya sempet berbincang. Just tanya "asal usul" dan kesukaan :). Sekalian ngebiasain bahasa Inggris. Hehehe. Menurut saya, di acara retreat pendeta seperti ini yang penting tuh acara kebersamaan. Jadi bisa lebih saling kenal dan lebih akrab.
Yang surprise tuh Kezia dan Karen. Ada anak-anak lain seusia mereka yang ikut retreat. Mereka langsung bisa "nyambung" loh. Ngobrol dan main kejar-kejaran. Pakai bahasa Inggris. Anak-anak emang amazing ya. Cepat sekali beradaptasi. Ibarat komputer otak mereka bisa langsung ngolah data yang masuk. Termasuk data dalam Bahasa Inggris. Sedang saya sudah terbiasa ngolah dalam Bahasa Indonesia. Bisa juga karena mereka ga terlalu mikirin takut salah ngomong. Pokoknya ngomong. Jadi lebih lepas dan tanpa beban. Kalo orang dewasa kan pake mikir dulu. Banyak takutnya :).
Agak sore hujan reda. Kita sekeluarga berenang. Hotel Sofitel Palm Resort ini fasilitasnya bagus. Tempatnya bagus, pemandangannya juga oke. Tapi sayang service-nya, ga gitu memuaskan. Makanannya juga ga gitu cocok sama anak-anak. Banyak lalat lagi. Heran deh. Untung Dewi bawa mie instan dari rumah. Perempuan tuh emang punya "insting" untuk yang begitu-begitu kali ya :). Jam 19.30 kita masuk session lagi. Ada acara diskusi juga.
Tadi sayup-sayup dengar lagu Ebiet G. Ade. Titip Rindu Buat Ayah. Di Malaysia dengar lagu Ebiet. Rasanya gimana gitu. Tiba-tiba saya jadi ingat Papa saya. "Ayah dalam hening sepi kurindu, untuk menuai padi milik kita". Saya ga punya kenangan menuai padi dengan Papa. Papa bukan petani. Tapi saya punya kenangan dibonceng pake sepeda tua kemana-mana oleh Papa. "Bahumu yang dulu tegap legam terbakar matahari...". Saya jadi ingat kenakalan dan kelakuan ga baik saya terhadap Papa :(. Maafin saya, Pa. Papa sekarang sudah "rapuh" termakan usia. Kelak sayapun akan merapuh. Semoga saya masih punya kesempatan membahagiakan Papa. Semoga pula, saya pun bisa meninggalkan kenangan indah buat Kezia dan Karen. Sekecil apa pun. Sebagaimana Papa terhadap saya.
No comments:
Post a Comment